Naisbitt: Ramalan 29 Tahun Lalu dan Masa Depan Manusia

Mohamad Kurniawan
Pemilik Sekolah Alkautsar Temanggung Jawa Tengah, wirausahawan sosial di bidang pendidikan dan pengembangan SDM
Konten dari Pengguna
26 Februari 2023 15:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mohamad Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kreativitas manusia tak akan pernah tergantikan teknologi (Foto: pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Kreativitas manusia tak akan pernah tergantikan teknologi (Foto: pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
John Naisbitt, futurolog asal Amerika Serikat, pernah meramalkan di masa depan akan terdapat lima hal yang bersifat paradoksal dan global. Bertolak belakang satu sama lain. Kelimanya adalah sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Pertama, berkembang pesatnya teknologi mampu mengubah hampir semua cara kita hidup dan berkehidupan. Bekerja, belanja, belajar, pun berubah secara signifikan dewasa ini.
Dunia daring dan luring kian menjadi pola lumrah dalam interaksi kita dalam kehidupan. Ironisnya, justru manusia semakin hari semakin menghadapi persoalan dan tantangan dalam hubungan antar sesama. Semakin banyak manusia yang bersumbu pendek.
Kedua, semua paham kalau dunia kian terhubung. Batas geografis antar negara pun hanya tergaris di atas peta. Kemajuan teknologi informasi membuat kita seolah tinggal di sebuah desa global. Justru di saat inilah identitas dan jati diri lokal setiap bangsa semakin menguat. Hingga muncul istilah de-globalisasi.
Ketiga, meningkatnya ketergantungan pada sumber daya manusia di tengah kemajuan teknologi. Makin maju dan berkembang teknologi, kebutuhan pada peran manusia justru semakin tinggi.
ADVERTISEMENT
Tak hanya kreativitas, imajinasi, daya inovasi saja, namun kemampuan nalar dan akal budi manusia menjadi kunci dalam mengatasi berbagai masalah-masalah global dewasa ini. Pemanasan global, misalnya.
Keempat, kerja sama antar negara adalah sebuah keniscayaan dewasa ini. Tak ada satupun negara yang mampu menyelesaikan persoalannya sendiri. Urusan domestik sekalipun. Namun demikian, persaingan antar negara pun justru kian tajam. Baik yang nampak maupun tidak. Perang dagang antara Amerika Serikat dan China adalah sebuah contoh.
Terakhir, meningkatnya kompleksitas dalam dunia bisnis dan politik. Kompleksitas ini terjadi karena adanya perubahan teknologi, globalisasi, dan perkembangan informasi yang semakin cepat dan kompleks, sehingga menuntut kemampuan adaptasi yang lebih tinggi.
Keputusan bisnis atau politik yang dibuat di satu negara atau organisasi memiliki implikasi dan dampak yang luas pada tatanan negara dan organisasi lain di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Kelima poin paradoks global di atas ditulis Naisbitt dalam bukunya berjudul Global Paradox. Buku tersebut diterbitkan tahun 1994 atau 29 tahun silam.
Bila kita cermati maka "ramalan" Naisbitt kian menemukan relevansinya dewasa ini. Semua poin yang dia sampaikan, kita temui saat ini. Menjadi kenyataan yang tak terbantahkan oleh siapapun saat ini, Bahkan dalam intensitas dan skala yang mungkin tidak pernah dibayangkan oleh siapapun. Termasuk Naisbitt sekalipun.
Lantas bagaimana sikap kita menghadapi fenomena paradoks global ini? Setidaknya ada lima hal yang ditawarkan oleh Naisbitt kepada kita.
Pertama, menjaga keseimbangan antara kemajuan teknologi dan pengalaman manusia. Teknologi harus dikembangkan dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan manusia dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia.
ADVERTISEMENT
Kedua, menghargai budaya dan identitas lokal. Dalam menghadapi globalisasi, kita harus menghargai dan mempertahankan identitas lokal dan nilai-nilai budaya yang penting bagi masyarakat.
Seni kreatif lokal menjadi materi yang diajarkan ke anak-anak di sekolah (Foto: pribadi)
Ketiga, meningkatkan keterampilan manusia dan menyesuaikan diri dengan kemajuan teknologi. Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia juga harus mengembangkan keterampilan baru dan terus belajar untuk meningkatkan daya saing di pasar global.
Keempat, meningkatkan kerja sama dan mengurangi persaingan yang merugikan. Kerja sama global dan persaingan yang sehat dapat membantu mengatasi masalah yang melintasi batas nasional, seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan konflik internasional.
Kelima, memperkuat kepemimpinan dan mempromosikan kebijakan yang berkelanjutan. Kepemimpinan yang kuat dan kebijakan yang berkelanjutan dapat membantu mengatasi kompleksitas dalam dunia bisnis dan politik, serta memastikan bahwa keputusan yang diambil berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan
ADVERTISEMENT
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana peran dunia pendidikan dalam ikut serta berkontribusi menghadapi tantangan global ini? Apakah yang harus dilakukan para pemangku kepentingan pendidikan? Bagaimana cara kita berubah menghadapi tantangan ini Semua akan saya bahas dalam tulisan berikutnya. Selamat belajar!