Empat Kuadran yang Perlu Kita Lakukan Agar Hidup Sejahtera

Iwan Iwe
S.I.Kom. Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) Surabaya
Konten dari Pengguna
18 Maret 2024 9:55 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Iwan Iwe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kekayaan. (Foto: unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekayaan. (Foto: unsplash.com)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap orang ingin sejahtera. Tak ada satu pun manusia di dunia ini yang ingin hidupnya menderita. Pada umumnya, untuk hidup sejahtera dan tidak menderita, manusia butuh uang.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, kebanyakan manusia hanya tahu cara mengumpulkan uang tapi tak punya cukup pengetahuan bagaimana mempertahankan dan melindungi asetnya. Alhasil, uang yang dikumpulkannya selama hidupnya bisa habis dalam sekejap.
Dalam sebuah seminar yang saya ikuti, pemateri memaparkan jika kita bisa hidup sejahtera jika kita melakukan empat kuadran.
Empat kuadran itu adalah wealth creation, wealth protection, wealth accumulation, dan wealth distribution.
Empat kuadran agar hidup sejahtera. (Foto: freepik.com)
Kebanyakan manusia biasanya hanya sibuk melakukan wealth creation atau mendatangkan penghasilan. Tanpa diajari pun, kita sudah tahu kalau menghasilkan uang wajib dilakukan. Tapi ternyata itu tidak cukup.
Bagaimana seandainya kita sakit parah dan membutuhkan perawatan di rumah sakit? Inilah fungsi dari wealth protection. Kita harus mampu melindungi aset kita jika kita mengalami sakit yang membutuhkan banyak biaya. Proteksi bisa didapat jika kita membeli premi asuransi.
ADVERTISEMENT
Asuransi itu ibarat kita membawa payung saat jalan-jalan di luar rumah ketika langit diselimuti awan gelap. Mungkin saja tidak hujan, tapi besar kemungkinan hari itu hujan lebat tiba-tiba turun. Payung itu yang akan melindungi kita dari derasnya air hujan. Kita tidak berharap hujan turun tapi kita merasa aman sepanjang perjalanan.
Bagi yang tidak membawa payung dan tiba-tiba hujan turun, dia harus siap basah.
Analogi itu tepat menggambarkan betapa pentingnya asuransi. Seandainya kita mampu mengumpulkan aset senilai Rp 500 juta, asuransi-lah yang bisa melindungi aset itu jika kita sakit dan membutuhkan biaya perawatan. Karena dalam asuransi, kita memindahkan resiko itu ke penanggung. Kompensasinya, kita harus membayar premi setiap bulannya.
Sudah sering kita dengar cerita orang-orang yang harus merogoh kocek pribadi hingga ratusan juta untuk biaya perawatan. Tentu sangat terlambat jika kita sadar pentingnya asuransi saat terbaring lemas di meja operasi.
ADVERTISEMENT
Kuadran ketiga adalah wealth accumulation atau penggandaan nilai aset. Jika kita mampu mengumpulkan aset senilai Rp 500 juta, bagaimana caranya aset ini bisa berkembang menjadi Rp 1 miliar, 2 miliar, dst. Sebagian dari kita menganggap bahwa menyimpan di bank sudah cukup. Namun saat ini, produk perbankan tidak menawarkan imbal balik hasil yang signifikan. Inflasi adalah musih utama dari produk perbankan. Tabungan dengan bunga 3 persen per tahun tentu akan dimakan inflasi per tahun yang bisa mencapai 7 persen.
Oleh karena itu, kita perlu memilih instrumen investasi yang tepat yang memberi imbal balik hasil yang signifikan. Instrumen yang dipilih bisa reksadana, saham, forex, properti, tanah, obligasi, emas, dll. Tentu masing-masing instrumen memiliki resiko dan imbal balik yang berbeda. Prinsip investasi adalah high risk, high return. Semakin tinggi resiko, tentu profitnya semakin besar. Begitu juga sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Yang terakhir adalah wealth distribution atau pendistribusian aset ke orang-orang yang kita cintai.
Setiap orang pengen meninggalkan legacy yang baik buat istri/suami dan anak-anaknya. Suatu saat kita pasti meninggal. Pertanyaannya, apakah aset yang kita kumpulkan bertahun-tahun bisa kita wariskan ke orang-orang yang kita sayangi?
Kita sering mendengar banyak cerita perebutan warisan karena orang yang meninggal tidak mempersiapkan pendistribusian aset dengan baik. Atau mereka hanya sibuk mengumpulkan aset-aset tidak likuid seperti tanah dan rumah. Saat pemilik aset meninggal dan keluarganya membutuhkan uang untuk bertahan hidup, mereka kesulitan menjual tanah atau rumahnya. Kalaupun bisa dijual, nilai asetnya bisa berkurang karena harganya didiskon dan harus membayar pajak penjualan.
Belum lagi jika ternyata ada sengketa antar sesama ahli waris. Tentu aset yang kita simpan di bank akan sulit dicairkan. Bank pasti meminta ahli waris untuk menyelesaikan sengketa itu di pengadilan. Hal ini membutuhkan waktu lama bahkan tahunan. Padahal hidup harus terus berjalan, sementara biaya-biaya terus mengejar.
ADVERTISEMENT
Asuransi jiwa bisa menjadi solusi. Produk ini sangat likuid jika pemegang polis meninggal. Uang Pertanggungan (UP) bisa langsung dicairkan ke rekening yang ditulis sebagai ahli waris. Asuransi ini juga bukan obyek pajak. Jika kita membeli UP sebesar Rp 1 miliar, uang itu langsung cair ke rekening ahli waris tanpa potongan pajak. Hebatnya lagi, kita bisa membeli UP itu sebesar 20–30 persen tergantung usia masuk. UP akan dianggap menjadi aset kita yang bisa kita wariskan orang-orang yang kita sayangi tanpa ribet.
Apakah hal yang sama bisa kita dapatkan jika kita membeli properti? Jawabannya tentu tidak. Karena itu, asuransi jiwa bisa kita jadikan opsi saat kita melakukan wealth distribution.
***
Keluarga adalah motivasi utama selama kita masih hidup di dunia. Kita pasti tak ingin orang-orang yang kita sayangi hidup menderita. Empat kuadran di atas bisa kita lakukan agar kita dan keluarga bisa hidup sejahtera.
ADVERTISEMENT
Anda sedang berada di kuadran apa? (*)