Berkoperasi Yuk?

Isana Mandasari
Peserta Sesdilu Ke-61, Diplomat di Direktorat Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri.
Konten dari Pengguna
25 Agustus 2018 15:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isana Mandasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berkoperasi Yuk?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang teman sesama Diplomat yang masih malu-malu disebut namanya, bertanya kepada saya setelah membaca artikel pertama di Kumparan.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana jika bukan seniman, penulis, dan bertampang sederhana sehingga enggan menjadi youtuber?”
Kami berbincang panjang lebar. Muncul ide bisnis kost ekslusif, digital library café, salon muslimah, childcare, pasar kaget produk kreatif, toy library, desa wisata sampai bisnis club manula agar kami memiliki komunitas saat pensiun.
Namun sebagai sesama Diplomat saya paham kegelisahan teman selanjutnya adalah faktor pengelolaan saat bertugas di luar negeri. Maka sampailah kami pada diskusi tentang pendirian koperasi.
Kenapa? Dengan berkoperasi maka kami bisa bergantian menjadi pengurus. Saat bertugas ke luar negeri kami jadi anggota, saat di Indonesia kami bisa jadi pengurus atau mendelegasikan kepengurusan.
Berkoperasi bukan berarti harus usaha simpan pinjam loh? Bidang usaha koperasi bisa apa saja.
ADVERTISEMENT
Bapak Koperasi dan Proklamator tercinta, bung Hatta mengatakan koperasi adalah soko guru perekonomian yang sesuai nilai-nilai dan karakter masyarakat Indonesia. Koperasi bisa menjadi cara mewujudkan keadilan sosial. Koperasi selaras dengan prinsip keumatan yang sedang trending, dan konsep ekonomi kerakyatan yang digagas almarhum Prof. Dr. Mubyarto dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Menariknya lagi, siapapun bisa berkoperasi dan koperasi bisa menjadi solusi. Tidak percaya? Yuk, coba kita simulasikan contohnya?
Koperasi Petani
Maryanto yang sedang mengecat rumah ternyata bertani saat di kampung.
“Tani susah. Benih, pupuk, obat mahal kalau musim tanam. Kalau pas panen harganya ambruk. Rugi,” Kata Maryanto menceritakan alasannya merantau.
“Untuk keperluan rumah (konsumsi) kadang harus utang warung dulu. Kalau sudah ditagih terus ya terpaksa jual ke pengijon. Jadi kerjanya iya, tapi panennya gak ngrasain,” Keluhnya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana koperasi bisa menjadi solusi untuk petani?
Pertama, siasati harga turun saat panen dengan menyimpan sampai harga baik.
Agar tahan lama dan meminimalisir penyusutan kualitas, maka perlu gudang dengan spesifikasi khusus. Koperasi bisa memanfaatkan gudang milik koperasi unit desa/KUD. Biaya modifikasi gudang bisa dari pemanfaatan Dana Desa atau dari corporate social responsibility.
“Betul juga. Kalau diperlakukan dengan benar, memang bisa tahan disimpan sampai 2 tahun. Cukup waktu menunggu harga naik,” Sahut Maryanto. Kami menoleh dan mengacungkan jempol.
Nah untuk modal dan konsumsi petani, koperasi bisa bekerjasama dengan bank yang mau memberikan kredit yang bisa dibayar saat panen.
"Jadi bisa dilunasi setelah panen dan tidak perlu membayar cicilan perbulan ya?" Celetuknya lagi.
ADVERTISEMENT
Bila perlu, koperasi saja yang menyediakan semua kebutuhan petani, baik untuk produksi maupun konsumsi.
Pertani dapat berhutang benih, pupuk, alat pertanian, sampai kebutuhan pokok di koperasi. Besarnya hutang yang diperbolehkan dihitung proporsional sesuai luas lahan dan mempertimbangkan rata-rata hasil panen.
Saat panen, hasilnya wajib disetorkan ke koperasi. Ketika harga bagus, beras dijual ke bulog. Hasil penjualan dihitung, dikurangi biaya, dan keuntungannya untuk petani.
Kedua, koperasi menjadi inkubator inovasi, misalnya: 1. Melatih petani membuat produk organik; 2. Menyelingi tanaman padi dengan produk yang bisa masuk ke pusat perbelanjaan seperti edamame; 3. Mencoba varietas padi baru, misalnya benih lokal Sertani yang ditemukan Surono Danu yang diklaim berbulir lebih banyak, tahan hama, dan cocok untuk lahan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ketiga, koperasi dapat bekerjasama memasarkan produknya melalui start up lokal seperti: RegoPantes, SayurBox, Simbah, Eragano, iGrow, 8Villages, Karsa, TaniHub, Kecipir, dan Pantau Harga.