3 Film dan 1 Lagu, Terinspirasi Perang Yang Disulut Hoax

Isana Mandasari
Peserta Sesdilu Ke-61, Diplomat di Direktorat Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri.
Konten dari Pengguna
24 Agustus 2018 23:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Isana Mandasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
3 Film dan 1 Lagu, Terinspirasi Perang Yang Disulut Hoax
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Suka menonton film sejarah alternatif atau mendengarkan lagu legendaris? Gerah dengan hoax? List jadul berikut cocok menemani akhir pekan.
ADVERTISEMENT
3 Film dan 1 Lagu, Terinspirasi Perang Yang Disulut Hoax (1)
zoom-in-whitePerbesar
1. The Great Dictactor dan Hoax Perang Dunia II
Great Dictactor yang dibintangi dan disutradarai sendiri oleh Charlie Chaplin diputar pertama kali 15 Oktober 1940 di New York, Amerika Serikat.
Film ini merupakan respon Chaplin yang jengah atas berlangsungnya Perang Dunia II. Chaplin yang biasa berakting dengan karakter bisu, memperdengarkan suaranya dalam monolog pidato satire.
Perang Dunia II yang berlangsung 6 tahun (1 September 1939-2 September 1945) dan menewaskan lebih dari 62,5 juta orang, ternyata diawali hoax tentang peristiwa pembunuhan terhadap tentara Jerman oleh pasukan Polandia di wilayah perbatasan.
Faktanya; Adolf Hitler telah mempersiapkan pendudukan terhadap Polandia sejak 1938 namun memerlukan persetujuan parlemen, sehingga membuat skenario pembunuhan pasukannya sendiri.
3 Film dan 1 Lagu, Terinspirasi Perang Yang Disulut Hoax (2)
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
2. Rambo First Blood dan Hoax Perang Vietnam
Rambo yang diperankan Sylvester Stallone rilis 22 Oktober 1982 di Amerika Serikat. Film ini diadaptasi dari novel David Morrell berjudul First Blood dan disutradarai oleh Ted Kotcheff.
Rambo First Blood menceritakan kisah veteran perang Vietnam yang memiliki kemampuan tempur gerilya. Gerilya merupakan gaya perang yang digunakan pasukan Vietnam Utara ketika menghadapi serangan Amerika Serikat di Perang Vietnam, yang konon dimentori pejuang Indonesia.
Perang Vietnam yang berlangsung 1 November 1955 dan berakhir 30 April 1975, ternyata dipicu hoax insiden penembakan kapal perang USS Maddox di Teluk Tonkin oleh kapal Vietnam Utara pada 2 dan 4 Agustus 1946.
Faktanya; Penembakan itu tidak pernah terjadi. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat dibawah Robert McNamara sengaja membuat berita palsu untuk mendorong Kongres menerbitkan resolusi sebagai landasan hukum bagi Presiden Lyndon B. Johnson untuk memerintahkan penyerangan sepihak.
ADVERTISEMENT
Lebih dari 3 juta orang tewas dalam Perang Vietnam.
3 Film dan 1 Lagu, Terinspirasi Perang Yang Disulut Hoax (3)
zoom-in-whitePerbesar
3. Iraq Kuwait dan Hoax Perang Teluk
Group qasidah legendaris Indonesia asal Semarang, Jawa Tengah yang didirikan almarhum H.M Zain, Nasida Ria telah berhasil menelurkan 34 album sepanjang kariernya (1975-sekarang).
Lagu qasidah berjudul Iraq Kuwait yang didendangkan Hj. Mutoharoh bersama group Nasida Ria terdapat dalam album Damailah Dunia. Lagu yang diciptakan H. Abd. Hamid HM ini menceritakan keterlibatan Amerika Serikat dan sekutunya dalam Perang Teluk.
Perang Teluk berlangsung dari 2 Agustus 1990 – 28 Februari 1991 dan menelan 25.378 korban tewas dan 76.000 orang terluka.
Diperkirakan lebih dari 20 ribu tentara Irak tewas dalam Operasi Badai Gurun 1991 yang digelar Amerika Serikat dan sekutu sebagai respon atas hoax kebiadaban tentara Iraq membunuh dengan kejam balita-balita Kuwait. Hoax ini diceritakan Nariyah al-Sabah, remaja 15 tahun asal Kuwait di depan Kongres Amerika Serikat pada 19 Oktober 1990.
ADVERTISEMENT
Faktanya; Nariyah al-Sabah adalah putri Duta Besar Kuwait untuk Amerika Serikat yang telah sengaja dilatih akting untuk digunakan sebagai saksi palsu agar Amerika Serikat dan sekutu membantu Kuwait dalam pertempuran melawan Iraq yang hendak menjadikan Kuwait sebagai Provinsi.
3 Film dan 1 Lagu, Terinspirasi Perang Yang Disulut Hoax (4)
zoom-in-whitePerbesar
4. The Green Zone dan Hoax Senjata Pemusnah Massal Irak
Green Zone disutradarai oleh Paul Greengrass, naskahnya ditulis oleh Brian Helgeland berdasarkan novel fiksi karya jurnalis Rajiv Chandrasekaran berjudul Imperial Life in the Emerald City.
Film yang tayang perdana 26 Februari 2010 di Jepang dipercaya sebagai alternate history atas invasi Amerika Serikat ke Iraq tahun 2003. Bahkan alasan penayangan di Jepang lebih awal dibanding di negaranya sendiri (12 Maret 2010) dipercaya sebagai upaya untuk menyuguhkan film apa adanya kepada publik sebelum masuk sensor Amerika Serikat, karena memuat banyak fakta dan cuplikan kisah nyata.
ADVERTISEMENT
Green Zone menceritakan U.S. Army Chief Warrant Officer, Roy Miller (Matt Damon) seorang anggota Mobile Exploitation Team (MET) yang bertugas mencari dan menghancurkan senjata pemusnah massal Iraq. Namun dalam setiap operasi, tim MET menemukan semua petunjuk yang diberikan kepada MET tidak pernah akurat. Hingga akhirnya Roy Miller justru menemukan kebenaran, tujuan lain dari invasi dan fakta tidak pernah adanya senjata pemusnah massal.
Nyatanya demikian, sampai dengan hari ini senjata pemusnah massal Iraq tidak pernah terbukti. Tetapi Amerika Serikat telah terlanjur meluluh lantakkan Iraq atas dasar hoax.
Hoax disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Colin Powell, pada sidang Dewan Keamanan PBB pada 8 Februari 2003. Amerika Serikat mengklaim telah memiliki bukti bahwa Iraq memiliki: 1. Senjata Kimia seperti mostar yang dapat menyebabkan kulit melepuh, tabun dan sarin yang dapat menyerang syaraf; 2. Senjata Biologi seperti botulinum yang dapat meracuni dan mencekik manusia, basillus antraxis yang dapat menyebabkan penyakit antrax/sapi gila; 3. Rudal Scud berhulu ledak nuklir dengan jangkauan 900 kilometer.
ADVERTISEMENT
Faktanya; Senjata pemusnah massal tidak pernah ditemukan, Presiden Irak Saddam Husein digulingkan dan minyak Iraq dikuasai. Bahkan hingga kini Iraq masih belum dapat pulih dan alih-alih menjadi negara demokrasi yang digaungkan Amerika Serikat sebelum invasi, Iraq justru berubah menjadi sarang bagi teroris seperti ISIS beserta simpatisan foreign terrorist fighter dari seluruh dunia.