Tradisi Mudik: Antara Silaturahmi, Kangen Kampung Halaman, dan Flexing

M Irwan P Ratu Bangsawan
Prodi Hukum Fakultas Bisnis dan Humaniora Universitas Siber Muhammadiyah, Yogyakarta
Konten dari Pengguna
20 April 2023 11:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Irwan P Ratu Bangsawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mudik bareng. Foto : Dok. Pertamina
zoom-in-whitePerbesar
Mudik bareng. Foto : Dok. Pertamina
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap tahun, menjelang Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Indonesia memiliki tradisi yang sangat khas dan sangat dinanti-nanti yaitu tradisi mudik. Tradisi mudik sendiri berasal dari kata "mudik" yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya "pergi ke arah utara". Tradisi ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia selama berabad-abad.
ADVERTISEMENT
Mudik adalah tradisi perpindahan masyarakat dari kota atau tempat kerja mereka ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri atau Lebaran.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, tradisi mudik di Indonesia sudah mulai berkembang karena adanya kebijakan Belanda yang membatasi orang pribumi untuk bekerja di kota-kota besar. Orang pribumi hanya diperbolehkan bekerja di daerah-daerah pedesaan atau di perkebunan milik Belanda.
Hal ini menyebabkan banyak orang pribumi yang bekerja di kota merasa terasing dan rindu akan keluarga dan kampung halaman mereka. Oleh karena itu, mereka memanfaatkan waktu libur Idul Fitri untuk pulang ke kampung halaman.
Ilustrasi keluarga mudik. Foto: abdul hafiz ab hamid/Shutterstock
Setelah Indonesia merdeka, tradisi mudik tetap dipertahankan dan menjadi lebih populer karena semakin banyak orang yang bekerja di kota-kota besar. Selain itu, tradisi mudik juga menjadi simbol pentingnya silaturahmi dan kebersamaan dalam masyarakat Indonesia. Selama pulang kampung, orang-orang akan mengunjungi kerabat, teman, dan tetangga mereka dan saling bermaafan.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring dengan perkembangan jalan raya dan transportasi, tradisi mudik juga mengalami perubahan. Pada awalnya, tradisi mudik dilakukan dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan seperti sepeda motor, becak, atau delman. Namun, dengan adanya kendaraan bermotor seperti mobil dan bus, proses mudik menjadi lebih mudah dan cepat.
Dengan semakin padatnya jalan raya dan meningkatnya volume kendaraan selama musim mudik, tradisi ini juga menimbulkan berbagai masalah seperti kemacetan, kecelakaan, dan biaya yang cukup mahal.
Oleh karena itu, pemerintah Indonesia terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan infrastruktur transportasi dan memberikan fasilitas yang lebih baik bagi para pemudik.

Silaturahmi dan Kangen Kampung Halaman

Ilustrasi silaturahmi saat Lebaran. Foto: Odua Images/Shutterstock
Tradisi mudik memang erat kaitannya dengan silaturahmi dan kangen kampung halaman. Kebanyakan orang yang melakukan mudik adalah mereka yang bekerja atau tinggal di kota besar dan ingin kembali ke kampung halaman mereka untuk berkumpul dengan keluarga dan teman-teman lama.
ADVERTISEMENT
Melakukan mudik adalah sebuah momen yang sangat berharga bagi banyak orang karena mereka dapat bertemu kembali dengan orang-orang terdekat yang mereka sayangi. Di kampung halaman, mereka dapat berkumpul bersama keluarga, saudara, dan teman-teman lama dan memperkuat hubungan antara satu sama lain.
Hal ini sangat penting karena kehidupan modern yang serba cepat dan sibuk seringkali membuat kita kehilangan waktu untuk berkumpul dan bersilaturahmi dengan orang-orang terdekat.
Selain itu, kangen kampung halaman juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tradisi mudik. Orang-orang yang tinggal di kota besar seringkali merindukan suasana kampung halaman, keindahan alamnya, dan kehidupan yang lebih sederhana.
Ilustrasi foto keluarga momen lebaran. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Mereka ingin kembali ke kampung halaman untuk merasakan kembali suasana yang mereka rindukan dan menenangkan diri dari kehidupan yang penuh tekanan di kota.
ADVERTISEMENT
Dalam kaitannya dengan silaturahmi, tradisi mudik juga memberikan kesempatan bagi orang-orang untuk saling berbagi cerita dan pengalaman. Selama bertahun-tahun, banyak hal yang telah terjadi dalam kehidupan masing-masing orang.
Momen mudik menjadi waktu yang tepat untuk mengenang masa lalu dan berbicara tentang masa depan. Selain itu, mudik juga merupakan momen untuk mempererat hubungan keluarga dan teman-teman.
Dengan berkumpul bersama dan saling berbagi cerita, orang dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan yang sulit ditemukan di kota besar yang padat dan sibuk. Ini adalah salah satu nilai positif dari tradisi mudik yang sangat dihargai oleh banyak orang.

Kangen tapi Flexing

Ilustrasi pamer kekayaan atau flexing. Foto: jesterpop/Shutterstock
Istilah "kangen tapi flexing" merujuk pada perasaan rindu akan kampung halaman dan keluarga, namun juga ingin menunjukkan kesuksesan dan keberhasilan di kota atau tempat kerja. Dalam konteks mudik, hal ini seringkali tercermin dalam cara orang mempersiapkan diri dan memperlihatkan gaya hidup mereka saat pulang kampung.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang cenderung ingin memamerkan keberhasilan mereka di kota dengan membawa barang-barang mewah seperti mobil atau pakaian branded saat pulang kampung.
Hal ini sering disebut sebagai "flexing". Namun, di sisi lain, mereka juga merindukan kehidupan sederhana di kampung halaman dan ingin menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang mereka kepada keluarga dan kerabat di sana.
Sementara itu, ada juga orang-orang yang tidak ingin terlibat dalam "flexing" dan lebih fokus pada silaturahmi dan kebersamaan dengan keluarga dan teman-teman di kampung halaman. Mereka lebih memilih untuk menunjukkan kasih sayang mereka dengan cara-cara yang sederhana, seperti menghabiskan waktu bersama keluarga dan membantu dalam kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.
Ilustrasi keluarga mudik. Foto: Odua Images/Shutterstock
Dalam konteks mudik, "kangen tapi flexing" dapat menjadi dilema bagi sebagian orang, terutama yang merasa tertekan untuk menunjukkan kesuksesan mereka di kota atau tempat kerja. Namun, penting untuk diingat bahwa yang terpenting dalam tradisi mudik adalah silaturahmi dan kebersamaan dengan keluarga dan teman-teman di kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, tradisi mudik juga memiliki sisi lain yang kurang menyenangkan. Karena jumlah orang yang melakukan mudik sangat besar, maka terjadi kemacetan yang sangat parah di jalan raya.
Terkadang, orang harus menghabiskan waktu berjam-jam bahkan berhari-hari hanya untuk melakukan perjalanan yang biasanya hanya membutuhkan waktu beberapa jam. Selain itu, biaya untuk melakukan mudik juga bisa sangat tinggi, terutama bagi orang-orang yang bekerja di kota besar dan ingin pulang ke kampung halaman mereka.
Tapi meskipun demikian, tradisi mudik tetap menjadi salah satu tradisi yang sangat dihargai di Indonesia. Bagi sebagian besar orang, tradisi mudik adalah momen yang sangat ditunggu-tunggu setiap tahunnya.
Ini adalah momen untuk kembali ke akar dan mengenang masa lalu, sambil juga menunjukkan keberhasilan dan kesuksesan kepada orang-orang terdekat kita. Sebuah tradisi yang kaya akan makna dan nilai-nilai kemanusiaan yang harus dipertahankan dan dihargai.
ADVERTISEMENT