Penggunaan Analisis Bahasa dalam Menguji Validitas Kesaksian Saksi

M Irwan P Ratu Bangsawan
Prodi Hukum Fakultas Bisnis dan Humaniora Universitas Siber Muhammadiyah, Yogyakarta
Konten dari Pengguna
21 Juni 2023 12:25 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari M Irwan P Ratu Bangsawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Asisten rumah tangga Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Susi, usai bersaksi dalam sidang kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat dengan terdakwa Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudihang Lumiu di PN Jakarta Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Asisten rumah tangga Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, Susi, usai bersaksi dalam sidang kasus pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat dengan terdakwa Bhayangkara Dua Richard Eliezer Pudihang Lumiu di PN Jakarta Selatan. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Persidangan sering kali menjadi panggung pertarungan bukan hanya antara jaksa, pengacara, dan terdakwa, tetapi juga dengan saksi yang terkadang suka berbohong.
ADVERTISEMENT
Salah satu contoh yang menarik perhatian adalah kasus keterangan saksi Susi, seorang asisten rumah tangga (ART) yang bekerja pada mantan jenderal polisi Ferdy Sambo. Dalam persidangan terdakwa Bharada E, keterangannya menjadi sorotan utama.
Majelis hakim terkesan jengkel dengan keterangan yang diberikan oleh Susi, yang ternyata tidak konsisten dengan isi Berita Acara Pemeriksaan (BAP) pada sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel).
Majelis hakim secara tegas menyebut bahwa keterangan yang diberikan oleh saksi Susi terindikasi sebagai kebohongan yang disengaja.
Ilustrasi buku puisi. Foto: Shutter Stock
Kesalahan konsistensi antara keterangan di persidangan dan isi BAP menjadi titik kritis dalam kasus ini. Pertanyaannya adalah, bagaimana seorang ahli linguistik forensik dapat membuktikan bahwa kesaksian Susi adalah bohong?
ADVERTISEMENT
Dalam kasus keterangan saksi Susi, ahli linguistik forensik dapat berperan membantu hakim (jika diperlukan) untuk mengungkap kebohongan yang mungkin terjadi dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kesaksian tersebut.
Dengan menggunakan metode analisis bahasa, ahli linguistik forensik dapat mengidentifikasi inkonsistensi dan ketidaksesuaian antara kesaksian saksi di persidangan dengan isi BAP.
Hasil analisis ini akan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang kejujuran saksi dan membantu mengungkapkan kebenaran yang mendasarinya.
Ilustrasi Palu Sidang. Foto: Shutterstock
Selain itu, peran ahli linguistik forensik juga penting dalam memberikan panduan kepada jaksa, pengacara, dan hakim dalam mengeksplorasi dan mengorek keterangan saksi.
Dengan pemahaman mendalam tentang bahasa dan komunikasi, ahli linguistik forensik dapat mengajukan pertanyaan yang relevan dan mengidentifikasi kemungkinan manipulasi atau pengaruh eksternal dalam kesaksian saksi.
ADVERTISEMENT
Dalam konteks persidangan, keberhasilan ahli linguistik forensik dalam mengungkap kebohongan dalam kesaksian saksi dapat berkontribusi secara signifikan terhadap proses hukum yang adil dan akurat.
Melalui analisis bahasa yang teliti dan objektif, mereka membantu memastikan bahwa keputusan yang diambil didasarkan pada fakta yang benar dan kebenaran yang sejati.

Teknik Analisis Bahasa dalam Menguji Validitas Kesaksian Saksi

Susi, Asisten Rumah Tangga FS dan PC menjalani sidang di PN Selatan, Jakarta (31/10). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Dalam konteks persidangan yang sering kali diwarnai dengan ketegangan, teknik analisis bahasa telah terbukti menjadi senjata yang efektif dalam mengungkap kebohongan yang tersembunyi dalam kesaksian saksi.
Para ahli linguistik forensik, dengan kepakarannya, siap menggali setiap tanda kebohongan yang dilakukan oleh saksi. Mereka menjalankan analisis mendalam terhadap setiap aspek bahasa yang digunakan oleh saksi, dengan tujuan memecahkan puzzle kata-kata dan memperoleh pemahaman yang lebih jelas.
ADVERTISEMENT
Salah satu teknik yang digunakan adalah analisis sintaksis, yang memeriksa struktur kalimat yang dipilih saksi. Ketika kalimat tersebut mengandung ambigu, ketidakkohesifan, atau tidak sesuai dengan fakta yang diketahui, para ahli segera menjadi curiga dan melihatnya sebagai potensi kebohongan dalam kesaksian tersebut.
Mereka juga menjalankan analisis semantik, dengan mengamati dengan seksama makna kata-kata yang digunakan oleh saksi. Jika terdapat penggunaan kata-kata yang keluar dari konteks atau memiliki arti yang samar, hal ini dapat menjadi indikasi bahwa kebenaran dalam kesaksian telah dimanipulasi.
Ilustrasi sidang di Pengadilan Tipikor. Foto: Soejono Eben/kumparan
Selain kata-kata, para ahli linguistik forensik juga dapat melakukan analisis pragmatik yang melibatkan aspek non-verbal komunikasi. Mereka memerhatikan ekspresi wajah saksi, intonasi suara, gerakan tubuh, dan bahasa tubuh lainnya yang dapat memberikan petunjuk tentang kejujuran atau ketidakjujuran saksi. Dalam hal ini, konteks sosial dan situasional dari kesaksian menjadi sangat penting untuk dipahami secara mendalam.
ADVERTISEMENT
Ahli linguistik forensik juga memperhatikan analisis gaya bahasa yang digunakan oleh saksi. Mereka melihat bagaimana saksi berbicara, termasuk penggunaan gaya bahasa yang berlebihan, atau ketidaksesuaian dengan karakteristik komunikasi saksi.
Jika gaya bahasa yang digunakan tidak konsisten atau tidak sesuai dengan norma yang berlaku, maka tingkat kecurigaan akan semakin meningkat.
Dengan menggabungkan berbagai teknik analisis bahasa ini dengan hati-hati dan keahlian, para ahli linguistik forensik mampu menemukan bukti yang kuat yang dapat mendukung proses hukum untuk mencapai keadilan yang lebih akurat.
Dalam upaya mereka memecahkan teka-teki kebohongan, mereka memastikan bahwa kebenaran tidak lagi bisa disembunyikan di balik lapisan tipu muslihat yang rumit.

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Hasil Analisis Bahasa

Ilustrasi buku puisi. Foto: Shutter Stock
Dalam kompleksitas proses analisis bahasa untuk mengungkap kebohongan dalam kesaksian saksi, terdapat sejumlah faktor yang memiliki peran penting dalam menentukan hasil akhir dari analisis tersebut.
ADVERTISEMENT
Faktor-faktor ini menjalin jaringan yang rumit, membentuk landasan yang kuat untuk menggali kebenaran yang tersembunyi dalam kata-kata yang diucapkan.
Salah satu faktor yang tidak boleh diabaikan adalah ketersediaan data yang memadai. Sebagaimana dalam setiap analisis, data yang lengkap dan komprehensif menjadi tonggak utama dalam memastikan hasil yang akurat.
Sebaliknya, keterbatasan data dapat membawa risiko kehilangan rincian penting, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi akurasi hasil analisis.
Ilustrasi konsultasi dengan psikolog saat pandemi COVID-19. Foto: Shutter Stock
Tak bisa diabaikan pula adalah faktor konteks sosial dan situasional yang melingkupi kesaksian saksi. Beban psikologis, tekanan eksternal, atau pengaruh dari lingkungan sekitar dapat mempengaruhi kejujuran dan konsistensi dalam penggunaan bahasa oleh saksi.
Mereka membentuk latar belakang yang kompleks, yang harus dipahami dan dipertimbangkan dengan cermat dalam menginterpretasikan hasil analisis.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, kemampuan bahasa saksi juga memiliki peranan penting dalam hasil analisis. Saksi yang memiliki kemampuan bahasa yang baik mungkin memiliki keterampilan dalam menyembunyikan kebohongan atau menggunakan strategi komunikasi yang kompleks.
Keahlian dalam memanipulasi kata-kata menjadi tantangan bagi ahli linguistik forensik yang berusaha untuk menyingkap kebenaran yang tersembunyi.
Selain itu, kebiasaan berbicara saksi juga dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam analisis bahasa. Kebiasaan berbohong atau penggunaan gaya bahasa yang ambigu dapat menyulitkan identifikasi kebohongan. Para ahli linguistik forensik harus cermat dalam membedakan kebiasaan berbicara dari potensi manipulasi informasi.
Terakhir, metode analisis bahasa yang digunakan juga memiliki dampak yang signifikan terhadap hasil analisis. Pemilihan metode yang tepat, yang sesuai dengan konteks dan tujuan analisis, menjadi kunci untuk menghindari kesalahan interpretasi dan penilaian yang tidak akurat terhadap kebohongan dalam kesaksian.
ADVERTISEMENT
Dalam memeriksa setiap butir informasi yang terkandung dalam kata-kata saksi, ahli linguistik forensik harus senantiasa menyadari faktor-faktor yang berpengaruh tersebut.
Kesadaran akan keterbatasan data, pemahaman mendalam terhadap konteks sosial dan situasional, serta penerapan metode analisis yang tepat menjadi landasan untuk mencapai hasil analisis yang akurat dan dapat diandalkan.
Dengan dedikasi dan keahlian yang tinggi, para ahli linguistik forensik melangkah maju, mengungkap kebohongan dan membawa kebenaran ke permukaan, memberikan kontribusi penting dalam proses peradilan. (***)