Belenggu Standar Kecantikan di Masyarakat Membuat Perempuan Tak Percaya Diri

Intan Sapira
Mahasiswa Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
3 September 2023 17:48 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Intan Sapira tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi. Foto: Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi. Foto: Pexels
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Standar kecantikan yang ada di masyarakat menjadi mimpi buruk bagi perempuan. Kecantikan dan perempuan bagaikan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan meski memiliki perspektif yang berbeda , standar kecantikan untuk wanita di seluruh dunia umumnya sama seperti berkulit putih, rambut lurus, dan tubuh langsing.
ADVERTISEMENT
Adanya standar kecantikan dan pusat kecantikan yang ada di masyarakat membuat banyak orang—perempuan khususnya—tidak percaya diri karena merasa gagal sebagai perempuan karena semua manusia di dunia ini memiliki ras dan ciri fisik yang berbeda-beda.
Sehingga orang yang tidak sesuai dengan standar kecantikan akan dicap dan dilabeli dirinya tidak cantik. Mereka berpotensi mendapatkan perlakuan tidak adil dan memicu obsesi terhadap kecantikan yang dapat memicu self-harm.
Dengan adanya standar kecantikan membuat perempuan tergila-gila dengan penampilannya, berbagai produk kecantikan digunakan untuk mencapai standar kecantikan yang mereka inginkan.
Standar kecantikan menggambarkan bagaimana perempuan dituntut untuk memenuhi kepuasan publik. Proses standar kecantikan mencakup kriteria ideal yang sempit. Itu membatasi wanita untuk mengekspresikan kecantikan mereka.
ADVERTISEMENT

Standar Kecantikan Memperkuat Ketidaksetaraan Gender

Ilustrasi beragam wanita kuat cantik yang berjuang untuk kesetaraan dan hak. Foto: KatePilko/Shutterstock
Yang berarti perempuan dianggap lemah dan dapat digunakan dalam kecantikan seperti produk perawatan wajah dan tubuh. Kepercayaan yang berkembang saat ini di masyarakat luas membuat banyak tuntutan terhadap perempuan.
Perempuan harus memenuhi standar kecantikan yang konyol itu. Mereka hanya akan merasa cantik jika memenuhi standar kecantikan yang dipercaya masyarakat. Untuk mencapai kecantikan tersebut, wanita dihadapkan pada banyak kendala. Mereka mulai dari kritik terhadap orang yang menyakiti perasaan.
Adanya standar kecantikan membuat perempuan berlomba-lomba untuk menjadi yang tercantik. Mereka rela menghabiskan banyak uang dan waktu untuk perawatan wajah, tubuh, rambut, belajar make-up, dan beli produk kecantikan. Perempuan rela mengubah bentuk tubuhnya melalui diet, mengubah gaya rambut, dan mengubah penampilan dengan operasi hanya untuk memenuhi standar kecantikan.
ADVERTISEMENT
Persepsi orang tentang kecantikan berbeda-beda karena setiap orang memiliki selera untuk menetapkan batasan kecantikan menurut standar mereka. Namun, media membingkai standar kecantikan ideal yang membuat wanita terpengaruh, seperti merasa tidak percaya diri dan malu dengan penampilannya yang memiliki warna kulit gelap.
Meski dianggap tidak adil dan rasis, sayangnya para perempuan ini juga merasa tidak tampil menarik dengan kulit gelap. Karena pengaruh media begitu signifikan terutama terhadap pola pikir masyarakat.
Pada akhirnya persepsi kecantikan pada setiap orang menjadi sama. Media memiliki peran penting dalam membentuk stereotipe kecantikan. Menurut media, kecantikan selalu ditandai dengan penampilan fisik yang menarik.
Standar kecantikan menyebabkan banyak orang kesulitan menghadapinya. Ketika orang tidak dapat mencapai standar kecantikan, mereka akan menghadapi fenomena berbahaya seperti kehilangan kepercayaan diri, obsesi terhadap kecantikan, dan menyakiti diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Setiap perempuan ingin tampil cantik dan menawan di hadapan banyak orang. Tak heran jika berbagai cara akan digunakan untuk mendapatkan perhatian dan pengakuan bahwa dirinya cantik, namun terkadang definisi cantik itu sendiri perlu diluruskan. Kecantikan bukan hanya fisik, seperti tinggi, langsing, rambut lurus dan panjang, serta kulit putih.