Tren Menggunakan Cadar di Dompu, Potensi Pasar Fesyen Menjanjikan

Konten Media Partner
20 Desember 2019 10:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi butik. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi butik. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Dalam tiga tahun terakhir tren pemakaian cadar di kalangan muslimah di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), menunjukkan peningkatan. Tidak hanya di kalangan ibu-ibu, remaja, anak sekolah dan mahasiswa tapi juga bahkan beberapa pegawai pemerintah.
ADVERTISEMENT
Munculnya sejumlah sekolah swasta Islam maupun maraknya kelompok pengajian menambah kesemarakan cadar di bumi Nggahi Rawi Pahu. Tren pemakaian cadar kemudian menjadi potensi pasar yang mulai dilirik beberapa kalangan terutama mereka yang menjalankan bisnisnya secara daring (online).
Seperti diakui Desy Yulianingsih (23), salah satu pelaku bisnis daring. Semula ia berbisnis produk kecantikan dan fesyen tapi kemudian ia melirik fesyen muslimah termasuk cadar. Dia mengaku belum setahun mencoba peruntungan di bisnis ini.
Ilustrasi fesyen. Foto: Pixabay
“Iya, saya baru beberapa bulan sih menggeluti bisnis cadar. Kebetulan juga baru dapat partner sih,” akunya via Facebook Messenger ketika dihubungi Rabu malam (18/12).
Mahasiswi semester akhir sebuah kampus swasta di Dompu ini bercerita, semula ia mulai tertarik bisnis ini karena hendak membantu teman-temannya yang mulai banyak memakai cadar. Mereka sering mencari busana muslimah tersebut tetapi persediannya sering kosong. Untuk saat ini, gadis ini memesan barang ini pada salah satu agen di Kota Dompu dengan alasan takut mendapatkan barang palsu alias KW.
ADVERTISEMENT
“Saya hanya menjual cadar yang branded; bermerek. Meski agak sedikit mahal tapi relatif aman karena tidak mendapatkan komplen dari costumer,” terangnya. Sebelumnya ia mengaku menjual beberapa barang yang relatif murah tapi ternyata banyak mendapatkan protes dari pelanggan karena kualitasnya tidak sesuai dengan sampel yang ada di foto.
Ilustrasi pengguna cadar. Foto: Unplash
Dicontohkan satu potong cadar dengan desain simpel harga minimalnya Rp 20 sampai Rp 35 ribu. “Simpel karena tak ada penutup dahinya. Tetapi mereka yang paham cadar akan memilih cadar yang menutupi alis. Yang ini biasanya harganya hingga Rp 60 ribu,” tambahnya sambil menjelaskan untuk satu set cadar harganya bahkan bisa mencapai Rp 500 ribu terdiri atas alas jilbab (ciput) handsock dan jilbab.
ADVERTISEMENT
Tetapi untuk beberapa pelanggan, Desy kadang membeli secara terpisah. Berbeda dengan busana muslimah gamis, Desy mengaku tidak banyak mengambil keuntungan dari cadar karena mengambil barang dari tangan kedua bahkan ketiga.
Untuk gamis, karena mengambil langsung dari produsennya atau tangan pertama ia bahkan mendapatkan keuntungan hingga 50 persen, apalagi dapat potong harga maupun gratis ongkos kirim. Permintaan seragam gamis biasanya meningkat saat musim nikah, seragam keluarga atau seragam kerja. Karena baru menggeluti bisnis cadar, ia mengaku omzetnya masih kecil yakni maksimal Rp 400 ribu dalam sebulan.
Ilustrasi fesyen. Foto: Pixabay
Semula, kata dia, beberapa pelanggannnya agak berat dengan standar harga yang agak mahal itu. "Kok mahal ya? Tapi setelah mereka melihat kualitas bahan akhirnya mereka ambil,” kata Desy lagi.
ADVERTISEMENT
Desy menawarkan produk cadar melalui akun facebook-nya dengan menyasar kaum perempuan. Pelanggannya hampir 90 persen dari kalangan mahasiswa. Desy menjelaskan lebih suka mengantar dan bertemu langsung dengan pelanggannya dari pada dikirim via pos.
“Iya, kalau kita antar langsung barangnya dan bertemu face to face dengan pelanggan itu lebih asyik. Kita bisa ngobrol, dapat kenalan baru dan tahu kebutuhan pelanggan. Mereka juga suka nanya, misalnya, kok tas yang kamu pake bagus ya? Dari sana mereka biasanya tertarik beli,” ujarnya.
Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, ke depan Desy hendak lebih serius menggeluti bisnis cadar ini dengan cara memproduksinya sendiri karena keluarganya penjahit. Kedua orang tuanya dan saudaranya mahir menjahit.
“Kalau sudah paham cara pembuatannya saya akan bikin sendiri. Kebetulan kami keluarga penjahit hehehe,” ujarnya. Kendala yang dihadapi, katanya, adalah ketersediaan bahan yang masih terbatas di Dompu sehingga harus mengambil di Bima atau pesan keluar daerah.
Nur Anisyah, pengguna dan penjual cadar. Foto: Info Dompu
Sementara itu penjual cadar lainnya Nur Anisyah (23) justru mengaku mendapatkan omset cukup lumayan dari bisnis cadar yang dijalaninya. Gadis bercadar ini mampu meraup Rp 8 juta hingga Rp 10 juta per bulan.
ADVERTISEMENT
“Itu tergantung aktif di butik atau promonya sih. Kalau lagi ramai sehari bahkan bisa dapat Rp 10 juta jika ada yang pesan seragam pondok (pesantren),” kata Anisyah ketika dihubungi via pesan WhatsApp, Rabu malam (18/12).
Tapi jika sepi penjualannya maksimal Rp 1 juta hingga ratusan ribu saja. Angka penjualan biasanya akan meningkat pada musim tertentu seperti musim nikah atau hari raya. Selain melalui butik miliknya, Nur Anisyah juga menjual cadar melalui akun Facebook-nya.
-
Ilyas Yasin