Cerita Dari Warganet Dompu 'Mencuri' Kue Natal di Rumah Guru

Konten Media Partner
25 Desember 2019 7:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kue Natal. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kue Natal. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Info Dompu - Beragam cara dilakukan warganet untuk memperingati Hari Natal. Salah satunya dengan mengenang cerita lucu waktu masa kanak-kanak seperti dilakukan warga Dompu, Nur Syamsiah di akun Facebook-nya.
ADVERTISEMENT
Pada saat Hari Guru Republik Indonesia ke-48 pada 26 November 2019 Nur menuliskan pengalaman seru bersama teman-temannya saat duduk di sekolah dasar berjudul “Dudu Bae Yaaa…” Senin (25/11).
Aktivis perempuan ini mengisahkan pengalamannya saat kelas VI di SDN 2 Tanjung Karang, Mataram pada tahun 1980-an. Sebelum pindah ke Dompu pada 2007 ia menempuh seluruh pendidikannya, termasuk kuliah, di Pulau Lombok yakni SMP N 2 Mataram dan SMAN 1 Ampenan.
Ilustrasi kue Natal. Foto: Pixabay
Nur mengisahkan, saat di kelas VI ia teman-temannya kedatangan guru baru, pindahan dari Irian Jaya (kini Papua, red). Namanya Pak Alfonsius Krikik.
Seketika kelas heboh. Bukan hanya karena kami punya guru baru, tapi karena kami surprise dengan kalimat yang selalu diulangnya berkali-kali untuk menertibkan kami yang nakalnya seperti bandit,” tulis Nur.
ADVERTISEMENT
Pak Alfonsius selalu mengingatkan para muridnya agar duduk secara teratur dengan mengulang kalimat dengan aksen timur “Hei anak, dudu bae yaaa,” (Hei anak, duduk yang baik ya).
Ucapan tersebut sangat khas sehingga membuat Nur Syamsiah dan teman-temannya tertawa dan merasa lucu dengan logat timur yang terdengar aneh tersebut.
Postingan tersebut disambut meriah oleh teman-teman sekelas Nur Syamsiah. Beberapa di antaranya mengenang kembali sikap disiplin Pak Alfonsius yang bahkan menendang dengan ujung sepatunya jika siswanya tidak disiplin.
Ilustrasi kue Natal. Foto: Pixabay
Mereka juga mengenang kebiasaan gurunya yang kalau omong di depan meja maka buku menjadi basah oleh semburan air liur sang guru. “Yang klo ngomong dpan meja buku habis basah karna hujan lokal,” komentar salah satu teman Nur dengan nama akun Bandrax Bandi.
ADVERTISEMENT
Tetapi yang paling berkesan bagi Nur dan teman-temannya adalah saat mereka pura-pura menghadiri perayaan Natal di rumah sang guru dengan tujuan untuk mendapatkan jatah minuman dan kue Natal.
Tiap kali Natal mereka bahkan nekad melompat pagar sekolah untuk mendapatkan kue dan makanan enak saat Natal. Mereka juga sengaja datang berkunjung berkali-kali dan bergerombolan untuk mendapatkan kue.
Untuk penyamaran karena datang berkali-kali, beberapa diantaranya ada yang rela mengganti baju agar tidak dikenali saat para tamu ramai. Tidak hanya makan di tempat, mereka juga membawa pulang kue dan makanan secara sembunyi dengan memasukkanya ke dalam kantong celana masing-masing hingga penuh. Ada juga yang membawa kantong kresek untuk memborong kue Natal.
Ilustrasi kue dan minuman saat Natal. Foto: Pixabay
Dan jangan lupa, kita rela lompat pagar sekolahan pergi natalan ke rumah pak alvon, full kantong celana kiri kanan, depan belakang kita masukin jajanx,” aku akun Restu Fadilia Ibrahim diakhiri empat biji motion tertawa.
ADVERTISEMENT
Jgn lupa jg, di momen natal sll bawa kresek ke rumah pak Alfonso…juga sering saling anter biar bisa berkali2 mkn jajan natal n sprite,” sambung akun Yeni Zain Ibrahim.
Bagi Nur dan kawan-kawan, tidak sekadar keseruan khas anak-anak tapi juga mencerminkan suasana keindonesiaan di sekolah karena siswa dan guru berasal dari berbagai suku dan agama.
Guru2 kita dulu benar2 mencerminkan keindonesiaan. Berasal dari berbagai daerah,” komentar akun Herman Pelangi.
Ilustrasi kue Natal. Foto: Pixabay
Bagi dia, kondisi dulu berbeda dengan sekarang karena siswa umumnya berasal dari latarbelakang dan kampung yang sama, apalagi dengan sistem zaonasi sekolah. Nur membenarkan penilaian tersebut. “Dulu kita sangat Bhineka Tunggal Ika,” tulisnya.
Pada postingannya yang lain, Nur Syamsiah menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua guru yang pernah mendidiknya.
ADVERTISEMENT
Semua guru saya baik-baik dan sangat berdedikasi. Mereka tidak hanya menjalankan peran sebagi guru tapi juga sebagai orangtua. Mereka tidak hanya mengajar tapi juga mendidik. Terima kasih untuk semua Bapak dan Ibu Guru tersayang. Sungguh jasa kalian tak akan mampu terbalas,” tulis Nur Syamsiah.
-
Ilyas Yasin