Vin Baker: Bintang NBA yang Bertahan Hidup Jadi Pegawai Starbucks Usai Bangkrut

Konten dari Pengguna
15 Desember 2020 19:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Info Sport tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Vin Baker saat melakukan tembakan ke ring Los Angeles Lakers pada Game Empat dari Semifinal Wilayah Barat di pertandingan Seattle Supersonics vs Los Angeles Lakers di Great Western Forum di Inglewood, 10 Mei 1998. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Vin Baker saat melakukan tembakan ke ring Los Angeles Lakers pada Game Empat dari Semifinal Wilayah Barat di pertandingan Seattle Supersonics vs Los Angeles Lakers di Great Western Forum di Inglewood, 10 Mei 1998. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Eks bintang NBA, Vin Baker, harus menerima kenyataan bahwa kehidupannya telah berubah 180 derajat dibanding saat masa jayanya. Hidupnya hancur semenjak dirinya memiliki ketergantungan dengan alkohol.
ADVERTISEMENT
Diwartakan Sportscasting, Baker terkenal semenjak direkrut oleh Milwaukee Bucks pada 1993. Di sana, ia menghabiskan empat tahun sebelum hijrah ke Seattle Supersonics dan bermain selama lima musim.
Pria 49 tahun itu memang tidak setenar Shaquille O'Neal dan Michael Jordan, tetapi pada puncak karirnya ia memiliki permainan yang mengesankan. Mencetak rata-rata 15 poin, tujuh rebound dan dua assist per game.
Selain Bucks dan Supersonics, Baker juga tercatat memperkuat sejumlah klub NBA seperti Boston Celtics, New York Knicks, Houston Rockets, dan Angeles Clippers. Kelihaiannya dalam bermain bisa dibuktikan dengan terpilih masuk ke skuat NBA All-Star empat kali berturut-turut serta Timnas Basket Amerika Serikat di Olimpiade 2000.
Selama kariernya, Baker bahkan mampu meraup penghasilan mencapai sebesar USD 100 juta (Rp 1,4 Triliun). Akan tetapi, di pengujung kariernya, kemampuan Baker yang mulai meredup membuatnya terpaksa gonta-ganti klub. Inilah awal titik kehancuran hidupnya.
Moment Vin Baker saat melatih di Gatorade Training Camp sebagai bagian dari NBA Global Games 2016/17 China, 6 Oktober 2016. Foto: Getty Images
Baker mulai menderita depresi berat dan mulai menenggak alkohol sebagai pelampiasan atas penampilan buruknya di lapangan. Semakin lama, Baker semakin ketergantungan terhadap alkohol hingga hingga membawanya ke penyakit lainnya yakni berjudi.
ADVERTISEMENT
Uangnya yang ia dapat selama menjadi pemain basket mulai tergerus hingga menipis karena gaya hidupnya yang asal-asalan. Ditambah dia pernah melakukan investasi di sebuah restoran ikan lokal, tetapi malah rugi besar.
Setelah memutuskan pensiun pada 2006, ia sempat bangkrut hingga menjual sejumlah properti rumahnya dan medali emas Olimpiade-nya yang laku sebesar USD 67 ribu (Rp 947 Juta). Akhirnya dia memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Saybrook.
Di sana, Baker mendapatkan kesempatan kembali untuk bangkit dengan menjadi pegawai Starbucks. Melalui kerja keras, dedikasi dan kerendahan hati, membuat Baker mendapatkan promosi sebagai manajer di salah satu gerai di Connecticut.
Pada 2011, kehidupan Baker perlahan mulai membaik seiring ditunjuk sebagai asisten pelatih untuk tim basket SMA di St. Bernard’s.
ADVERTISEMENT
Sementara, pada 2014, Baker dan eks bintan Chicago Bulls, Dennis Rodman, sempat bermain basket di Korea Utara sebagai bagian dari diplomasi.
Tahun lalu, cerita kelam Baker berubah menjadi bahagian setelah akhirnya ia kembali ke klub yang membesarkan namanya dahulu, Milwaukee Bucks. Di sana, Baker ditunjuk sebagai asisten pelatih.