Mengenal Mobil Hidrogen di Indonesia

Konten dari Pengguna
19 Maret 2024 16:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Infootomotif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Toyota Mirai Terbaru. Foto: dok. Toyota
zoom-in-whitePerbesar
Toyota Mirai Terbaru. Foto: dok. Toyota
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mobil hidrogen merupakan kendaraan bertenaga hidrogen sebagai salah satu bentuk pemanfaatan sumber energi terbarukan. Kehadiran mobil hidrogen menjadi alternatif baru pengganti bahan bakar minyak (BBM) di masa depan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, mobil hidrogen memiliki pilihan yang terbatas. Hanya beberapa produsen otomotif yang sudah memproduksi mobil tersebut secara global.
Lantas bagaimana dengan peluang mobil hidrogen di Indonesia? Untuk mengetahui informasi selengkapnya, simak penjelasannya di bawah ini.

Peluang Mobil Hidrogen di Indonesia

Pertamina dan Toyota kerja sama kembangkan mobil berbasis hidrogen. Foto: Dok: Pertamina
Pemerintah Indonesia tengah membentuk ekosistem kendaraan masa depan berbasis hidrogen untuk mendukung penggunaan bahan bakar hidrogen dalam sektor transportasi.
Hal ini ditandai dengan diresmikannya stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) Hidrogen atau Hydrogen Refueling Station (HRS) milik PT PLN Indonesia Power (IP).
Dengan adanya SPBU Hidrogen tersebut nantinya dapat digunakan pengisian ulang hidrogen pada mobil berbahan bakar hidrogen.
Sementara itu, pabrikan otomotif yang telah memproduksi mobil berbahan bakar hidrogen yakni Toyota dan Hyundai. Toyota dengan produknya yang bernama Mirai dan Hyundai dengan mobil hidrogennya yaitu Nexo.
ADVERTISEMENT
Mengenai peluang Toyota Mirai meluncur di Indonesia, Wakil Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azam memberikan tanggapan.
Pertamina NRE dan Toyota berkolaborasi untuk mengembangkan ekosistem hidrogen di sektor transportasi, guna memastikan infrastruktur dan permintaan bahan bakar hidrogen siap digunakan.
“Dengan Pertamina memang sedang mengembangkan hidrogen, dan kami punya kendaraan berteknologi hidrogen jadi kami berkolaborasi bagaimana bisa saling melengkapi satu sama lain,” papar Bob saat ditemui di xEV Center, Karawang, Jawa Barat, Senin (21/1), seperti yang dikutip dari kumparanOTO.
Namun, Bob tidak bisa berbicara banyak mengenai peluang Mirai dipasarkan di Indonesia. “Ya, kita lihat saja,” kata Bob merespons peluang Mirai dijual di Indonesia dalam waktu dekat.
Toyota merupakan pabrikan Jepang yang memiliki satu produk berteknologi hidrogen atau Fuel Cell Electric Vehicle (FCEV) bernama Mirai. Generasi keduanya pernah mencetak rekor menempuh perjalanan sejauh 1.360 kilometer hanya sekali isi bahan bakar hidrogen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Toyota juga tengah gencar melakukan serangkaian tes untuk pemanfaatan hidrogen, termasuk Toyota GR Corolla H2 di Thailand atau Toyota HiAce H2 di Australia.

Pemanfatan Hidrogen untuk Sektor Transportasi di Indonesia

Launching green hydrogen plant di PLTGU PLN Muara Karang, Pluit Jakarta Utara, Senin (9/10/2023). Foto: Akbar Maulana/kumparan
Teknologi mobil hidrogen atau fuel cell electric vehicle (FCEV) untuk mobil di Indonesia membutuhkan waktu yang lama untuk dapat digunakan.
Hal ini diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko), Airlangga Hartarto.
"Hidrogen masih lama karena kita harus punya source energi green atau energi hijau. Salah satunya melalui PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) hydro power," kata Airlangga di JIExpo Kemayoran, Jakarta (15/2/2024) seperti yang dikutip dari kumparanOTO.
Data Kementerian ESDM, potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) hidrogen berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang tersebar di Kalimantan Utara, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Papua. Saat ini potensi produksi listrik dari EBT telah mencapai 3.000 gigawatt (GW) dan baru diutilisasi sekira 12,5 GW.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Direktur Aneka Energi Baru dan Terbarukan Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan, sektor transportasi akan didorong menggunakan sumber energi pada 2031. Sementara satu dekade setelahnya, energi tersebut diharapkan bisa diutilisasi oleh sektor industri.
(SA)