Catatan 1 Tahun Pameran 'Pesan Sungai Sekitar'

Bahtiar Dwi Susanto
observer: seni, fotografi dan perjalanan sekitaran
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2023 14:20 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bahtiar Dwi Susanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster Pameran Pesan Sungai Sekitar/ Dokumentasi
zoom-in-whitePerbesar
Poster Pameran Pesan Sungai Sekitar/ Dokumentasi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berbagai data dan fakta informasi tentang kritisnya sungai-sungai di Indonesia bisa kita buktikan dengan melihat sungai-sungai disekitar kita. Kementerian PUPR melalui website resmi, menyatakan bahwa 62 dari total 470 DAS (Daerah Aliran Sungai) di Indonesia mengalami kondisi kritis, yang mengakibatkan penurunan nilai daya tampung air serta fungsi pada daerah tangkapan dan resapan air beberapa DAS di Indonesia. BNPB menyebutkan bahwa setiap tahun jumlah sungai kritis di Indonesia bertambah, kondisi ini berdampak pada kondisi lingkungan sekitarnya. Disebutkan, pada tahun 1984 jumlah DAS yang kritis ada 22, tahun 1994 meningkat menjadi 39 DAS kritis, dan pada 1998, jumlahnya melonjak menjadi 62 DAS kritis serta tahun 2016 meningkat tajam menjadi 106 DAS kritis. Sementara data BNPB hampir sama dengan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada 1984 terdapat 22 DAS dalam kategori kritis dan bertambah menjadi 39 DAS kritis pada 1992, 62 DAS kritis pada 1998, dan 108 DAS kritis pada 2020.
ADVERTISEMENT
Atas dasar itulah, Pameran Pesan Sungai Sekitar yang berangkat dari upaya kampanye dan pelestarian Angke Hulu di kawasan Bogor dirancang dan diselenggarakan sebagai partisipasi terhadap upaya masyarakat yang telah berjalan semenjak tahun 2013 sampai sekarang. Pameran yang melibatkan pekerja seni, seniman, fotografer dan ahli bidang ilmu bumi serta kurator seni ini merupakan strategi baru menggunakan media seni yang menggunakan pengetahuan lingkungan sebagai pesan-pesan kepada masyarakat luas.
Bentuk kampanye ini sekaligus untuk menjadikan pendekatan kebudayaan sebagai dasar dalam pembuatan kebijakan pembangunan daerah dipertanyakan ulang, merujuk pada Undang-undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
1 tahun setelah pameran ini berlalu, masyarakat sekitar Kali Angke Hulu masih tetap semangat dalam upaya-upaya mitigasi bencana dan konservasi sungai. Meski tidak mendapat perhatian cukup serius dari para pemilik kebijakan, namun upaya-upaya yang tetap 'membumi' ini lebih nyata daripada ketidak keseriusan pemerintah dalam langkah nyata penegakan hukum atas faktor-faktor penyebab menurunnya kondisi DAS Kali Angke ini dan potensi ancaman bencana yang setiap saat datang pada saat musim hujan (banjir) dan sekaligus pada saat kemarau (kekeringan).
Aksi bersih sungai masyarakat peduli Kali Angke Hulu/ Dokumentasi Warga
Beberapa karya peserta pameran 'Pesan Sungai Sekitar':
M. Lugas Syllabus_' Cause You are ' 20cm x 20cm . Acrylic on Canvas. 2021-2022/ Dokumentasi pameran
Indah Arysad_Buaya Buntung #2, 60 x 150cm, Digital Print_2022/ Dokumentasi pameran
Oceu Apristawijaya_Horizontal Slope 42 x 15 cm x 3 pieces ,Watercolor on Paper, 2022/ Dokumentasi pameran
Ratu Adina Bachtiar_Kisah CInta di Sungai_30.40_Cat Minyak diatas Kaca_2022
Retno Anjarwati_The Last Journey_140x120cm_mix media_2022/ Dokumentasi pameran
Rezzo Masduki_Penyempitan_AOC_1x1m_2021/ Dokumentasi pameran
Sujarwo_Rasa ikan bakar_42x27cm_mix media_2022/ Dokumentasi pameran
Denny SK_Geomorfologi Cisadane_A3_Drawing_2022/ Dokumentasi pameran
Tri Satriyo_Cikeumeuh_1x1.5cm_Digital print_2022/ Dokumentasi pameran
Retno Anjarwati, Dosen Geologi Universitas Mulawarman yang sedang menempuh S3 UPN Yogyakarta turut berpartipasi dalam karya sekaligus teks pengantar pameran.
ADVERTISEMENT
...
Peradaban-peradaban besar yang terjadi di dunia itu lahir, tumbuh, dan besar di tepi sungai. Peradaban besar mana pun berdekatan dengan sungai, begitu juga peradaban besar di Indonesia.
Kejayaan maritim Indonesia pada masa lalu itu itu berpijak erat relasi antara samudera dan sungai-sungai. Oleh karena itu, gagasan maritim hari ini tidak boleh berhenti pada gagasan tentang laut. Padahal, yang tidak kalah penting itu interkoneksi antara sungai dan laut. Itu yang belum ada secara representatif dalam kebijakan kementerian maritim. Bahkan, sejak zaman kolonial hingga saat ini belum ada data yang pasti tentang berapa sungai yang ada di Indonesia. Konsep maritim yang ada saat ini belum secara utuh melibatkan mereka yang tinggal di pesisir, terutama pesisir sungai. Padahal, sungai adalah bagian dari sejarah yang membentuk identitas maritim Indonesia hari ini.
ADVERTISEMENT
....
Dr Hajar Pamadhi, MA selaku kurator menegaskan bahwa:
Dunia Seni Kontemporer masuk dalam era posmodern ditandai dengan lepasnya atribut ‘seniman’ karena mereka bekerja untuk kehidupan sosial. Seniman tidak terkelompok secara ekslusif, mereka berperan sebagai pekerja lepas, kantoran atau pun pegiat seni aktif. Gerakan mereka memasuki ruang-ruang sosial, menempatkan seni sebagai media ekspresi gagasan kehidupan sekitar berwujud karya. Kehadirannya dapat dikatakan sebagai karya seni, terkadang berbasis informasi ilmu pengetahuan dan teknologi entah menjadi rupa; lukisan, poster, patung atau seni plastik, instalasi bahkan happening art atau pun performance art. Karya-karya itu meninggalkan estetika kanonik -menurut Hosper; anti aesthetic dalam karya seni, serta menghilangkan batas cabang dan ranting seni, sehingga hanya berusaha mewujudkan ‘Seni Publik’. Ruang berkaryanya lebih bebas tidak berbatas pada satu wilayah seni melainkan ungkapan murni yang mendekat dengan publik. Salah satu penanda utamanya adalah pembacaan ruang karya tidak sekedar ruang sebagai volume kosong yang bisa diisi, namun mereka lebih bebas mengemas bentuk visual maupun virtual, sehingga menggunakan beragam media baik digital, alam, komunitas manusia dan suasana menjadi ruang berkesenian. Representasi karya-karyanya berangkat dari membaca peluang sebagai ruang komunikasi publik, ruang ini sekarang disebut sebagai 'Ruang Alternatif'.
ADVERTISEMENT
Demikian catatan 1 tahun pameran ini dipublikasikan ulang untuk menjadi pengingat bahwa kegiatan konservasi sungai sesungguhnya proses panjang untuk memberikan pengetahuan dan pembelajaran kepada masyarakat tentang arti penting sungai bagi kehidupan. Seperti dituliskan Rasdian A. Vadin, fotografer yang turut memberikan teks pengantar pameran.
Bersama memaknai ulang akan sungai yang diniatkan berujung pada tumbuhnya kesadaran komunal. Bahwa sungai punya peran besar dalam budaya maritim. Mari menyelami karya yang hadir, sembari mengingat sungai di sekitar kita jika terlanjur lama terabaikan. Lalu muliakan keberadaannya.
Terima kasih semoga para pejuang dan pelestari sungai tetap semangat dijalanNya.