Terjebak Maya

Ilham Wahyu Hidayat
Saya Seorang Pendidik
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2020 21:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ilham Wahyu Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Terjebak Maya
zoom-in-whitePerbesar
Terjebak Maya
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diam-diam kubuka lagi akun facebook yang sudah sebulan lebih aku non aktifkan. Iseng saja. Maklum lagi tidak ada kerjaan. Lagi pula kuota data internetku juga melimpah. Dari pada hangus percuma lebih baik buat lihat postingan atau ngobrol dengan teman-teman di dunia maya yang sebulanan sudah aku tinggalkan.
ADVERTISEMENT
Ting! Sebuah notifikasi tiba-tiba datang. Setelah aku lihat ternyata permintaan pertemanan dari perempuan bernama Maya. Meskipun tidak kenal langsung saja aku terima.
"Salam kenal" sapaku padanya setelah kulihat dia online pada daftar teman. "Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyaku lagi dan dia balas dengan emoticon tawa.
"Apakah untuk berteman di Facebook harus bertemu dulu di dunia nyata? Tidak bukan?" begitu jawabnya dan dalam hati aku membenarkan kata-katanya.
Untuk berteman di facebook memang tidak harus kenal sebelumnya di dunia nyata. Siapapun bebas menggunakan Facebook. Siapapun bisa masuk dan berinteraksi. Asalkan ada koneksi internet, laptop, komputer atau gadget setiap orang dari seluruh penjuru dunia bebas menjalin komunikasi. Begitu pula bagi orang bernama Maya itu. Dia bebas berteman dengan siapa saja termasuk dengan aku.
ADVERTISEMENT
"Aku off dulu. Bye! Makasih dah mau jadi temenku" kata Maya melalui Facebook Messenger. Lalu tanpa menunggu jawabanku dia langsung offline.
Aku tutup facebook. Bukan karena tidak ada lagi teman yang diajak ngobrol tapi karena mendadak entah dari mana datangnya istriku telah berdiri di hadapanku.
"Facebook-an lagi, Mas?" tanya istriku dengan wajah menyelidik dan aku menggeleng saja.
"Jangan bohong ya. Ingat! Mas udah janji gak bakal facebook-an lagi. Tepati janji itu!" kata istriku lagi dan aku jawab dengan anggukan. Sementara dalam hati perasaan bersalah menyelinap karena telah melanggar janjiku dulu.
Dulu aku memang berjanji untuk tidak lagi menggunakan media sosial seperti instagram, tweeter dan facebook. Alasannya diprotes istriku. Katanya sejak aku gemar bermedia sosial jadi kurang perhatian padanya. Katanya aku ini lebih suka menghabiskan waktu dengan media sosial dari pada dengannya.
ADVERTISEMENT
Aku tidak dapat membantah semua protesnya. Sejak kenal media sosial aku memang jadi jarang ngobrol dengannya. Kalau pun ngobrol pasti seperlunya saja. Sebaliknya aku lebih banyak habiskan waktu luang dengan chatting bersama teman-teman di dunia maya yang belum pernah aku temui sebelumnya.
Semua ini kadang membuatku berpikir sebenarnya internet itu seperti pisau bermata dua. Pada satu sisi internet menghapus pembatas ruang dan waktu antar manusia. Pada sisi lain internet juga menjauhkan manusia dari dunia nyata. Yang jauh terasa di depan mata sedangkan yang di pelupuk mata kadang lenyap dari pandangan. Buktinya seperti yang alami sekarang bersama Maya.
Sejak kenal perempuan itu aku jadi sering lagi buka facebook. Apalagi kalau istriku sedang tidur atau sedang tidak di rumah. Pada saat seperti itu aku selalu sempatkan buka facebook untuk sekedar ngobrol dengan perempuan itu atau mengomentari postingannya.
ADVERTISEMENT
"Apa istrimu tidak marah kamu online terus dengan aku, Mas?" tanya Maya suatu kali.
"Istri? Istri yang mana? Aku ini belum menikah" begitu jawabku pada Maya dan di luar dugaan dia membalasnya dengan emoticon hati berbunga.
Sampai suatu kali Maya mengajakku bertemu. "Aku bosan tiap hari chatting terus, Mas. Kapan kita ketemuan?" tanyanya diselipi emoticon cinta.
"Bagaimana kalau sekarang saja di rumahku" jawabku spontan. Aku berani mengajaknya bertemu di rumah karena istriku memang sedang ada acara arisan dengan teman-teman lamanya. Lalu tanpa pikir panjang aku berikan alamat rumahku.
"Satu jam lagi aku datang kesitu. Tunggu aku." katanya memastikan.
Rasa cemas dan senang menjadi satu. Cemas karena takut kalau istriku tiba-tiba datang. Pada sisi lain senang karena akan bertemu Maya. Namun semua rasa cemas langsung lenyap saat sebuah pesan Whats App datang.
ADVERTISEMENT
Pesan Whats App itu dari istriku. Dia mengabarkan kalau nanti pulang sedikit terlambat. Katanya setelah arisan dia mau ke rumah sakit mengunjungi salah satu teman yang melahirkan.
"Hati-hati di jalan. Lanjutkan saja acara dengan teman-teman" jawabku tenang dalam hati senang.
Tak menunggu lama aku segera ganti baju. Tidak lupa pakai parfum. Kusisir rambut rapi. Di depan kaca kupastikan aku tampil sempurna di hadapan Maya nanti.
Perasaan senang kembali bermekaran dalam dada saat kudengar pintu ruang tamu diketuk seseorang dari luar. Setelah aku buka seorang perempuan telah berdiri dengan senyum merekah.
"Hai, apa kabar. Perkenalkan saya Maya" kata perempuan itu sambil mengulurkan tangan.
Aku tak sanggup menjabat tangannya. Aku terdiam. Lidah terasa keluh. Nafasku terasa sesak. Waktu serasa berhenti sejenak saat melihat perempuan yang berdiri di balik pintu.
ADVERTISEMENT
Perempuan itu istriku.
Malang, 30 Oktober 2020
Penulis : Ilham Wahyu Hidayat
Guru SMP Negeri 11 Malang