Menerapkan Aturan 'Alon-Alon Waton Kelakon' dalam Menindak Ulah Turis di Bali

I Gusti Ngurah Krisna Dana
Dosen Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Warmadewa
Konten dari Pengguna
18 Maret 2023 12:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Gusti Ngurah Krisna Dana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi turis asing naik motor di Bali. Foto: Luthfi Syahwal/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi turis asing naik motor di Bali. Foto: Luthfi Syahwal/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keberadaan turis asing di Bali memang dilematis. Kondisi dilematis karena dirindukan ketika situasi Bali sepi tanpa wisatawan namun menjengkelkan di kala berulah. Kelakuan turis-turis nyeleneh di Bali akhir-akhir ini yang kian memprihatinkan membawa pikiran kepada mengapa mereka berani berulah kurang pantas di negara kita, Indonesia tercinta.
ADVERTISEMENT
Bali dengan julukan Pulau Seribu Pura, tentunya memegang adat istiadat yang teguh dan kuat. Banyak acara-acara besar baik nasional maupun internasional dihelat di Pulau Dewata ini. Bermacam-macam tipe objek pariwisata yang terafiliasi dengan adat budaya, melahirkan adab yang kuat bagi masyarakat Bali. Pepatah "di mana Bumi dipijak di situ langit dijunjung' adalah hal yang pas ketika melihat wisatawan-wisatawan yang hadir menikmati indahnya Pulau Bali.
Lalu, mengapa para turis-turis asing atau yang biasa kita sebut Bule sering melakukan hal yang tidak sesuai dengan pepatah diatas? Apakah mereka begitu merasa terhormat dengan hospitality yang kita punya?

Kelakuan Bule di Bali: Antara Mencontoh atau Dicontoh

“Sebenarnya, jika tak berulah maka kita akan senang dan welcome bila bule-bule datang ke kami”, ujar Bu Ketut seorang pedagang lumpia di pinggiran Pantai Sanur, Denpasar, ketika penulis minta pendapatnya mengenai tingkah laku bule di Bali.
ADVERTISEMENT
Tingkah laku para bule-bule di Bali sebenarnya sangat kian menuju memprihatinkan. Mereka dengan mudahnya tak patuh dengan peraturan pemerintah atau adab dan tradisi kita sebagai tuan rumah di Bali.
Mulai dari mengganti nomor polisi kendaraan yang mereka sewa dengan inisial atau julukan mereka di negaranya, ugal-ugalan di jalan raya yang tentunya sangat membahayakan pengguna jalan lainnya, hingga melawan petugas kepolisian akibat tak terima ditertibkan dalam berkendara.
Selanjutnya, yang terbaru adalah oknum-oknum bule bekerja di Bali membuat petisi untuk membungkam suara ayam peliharaan warga local bali di lingkungan tempat bule itu tinggal. Tidak ada yang salah sebenarnya mereka protes akan lingkungan, kita juga sebagai warga local dapat memberikan pengertian selama para oknum bule tersebut mau mematuhi norma-norma di negara kita.
ADVERTISEMENT
Kejadian-kejadian seperti bule berulah di jalanan, bekerja di Bali dengan menyerobot pekerjaan warga lokal serta kemudian mengganti pelat kendaraan mereka adalah bentuk ketidak tegasan stakeholder terkait baik pemerintah, aparat keamanan, atau kita sendiri sebagai tuan rumah untuk memberi contoh yang baik dan peraturan yang tegas kepada bule-bule.
Mencontoh dan dicontoh adalah frasa yang penulis rasa pas dalam melihat kelakuan bule di Bali. Bule akan mencontoh penegakan aturan di negara ini, dan pemerintah serta warga masyarakat harus dicontoh oleh Bule agar tidak melakukan hal di luar nalar kembali.

Alon-Alon Waton Kelakon dalam Menindak

Pengawasan ketat terhadap tingkah laku bule-bule yang berulah juga sebaiknya memerlukan kehati-hatian. Langkah Pemerintah Provinsi Bali dalam merespons kejadian ini sudah cukup tegas. Gubernur Koster bersama jajaran mengeluarkan aturan untuk menindak tegas seperti melarang sementara wisatawan asing menggunakan motor hingga bersurat ke Kemenkumham dan Kemenlu untuk mencabut VoA bagi warga negara Russia dan Ukraina.
ADVERTISEMENT
Namun permintaan dari Gubernur Koster ditolak oleh Dirjen Imigrasi Silmy Karim. Menurutnya, pencabutan VoA bagi warga asing bukan solusi yang tepat, karena dampaknya dapat berimbas ke daerah lain.
Terbaru, Duta Besar Russia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva mengatakan agar pemerintah tidak mencabut Visa On Arrival (VoA) bagi warganya. Hal ini menurutnya akan berimbas pada arus wisatawan, khususnya dari Russia untuk datang kembali ke Bali. Menurutnya, warga Russia cukup patuh terhadap hukum di Indonesia.
Di era keterbukaan media saat ini, hal kecil pun bisa menjadi besar. Tingkah laku bule pun dapat kita lihat dengan viralnya video mereka di media sosial seperti Instagram. Sekalinya viral, maka akan membekas dan otomatis menampakkan jati diri mengenai penerapan aturan yang tegas bagi mereka.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu hal ini jika tidak diantisipasi oleh pemerintah maka warga masyarakat Bali yang sehari-harinya berkutat dengan sector pariwisata pun dapat terkena imbasnya akibat angka wisatawan asing menurun akibat kebijakan yang tidak alon-alon serta menurunkan pamor Bali.
Kelakuan oknum bule-bule di Bali dengan segala tingkah laku lucu dan di luar nalarnya harus disikapi dingin dan tegas. Dingin bukan berarti pasif dan cuek, tapi bisa lebih ke alon-alon. Ya, alon-alon waton kelakon dalam pepatah Jawa yang berarti pelan-pelan asalkan sampai atau terwujud.
Alon-alon waton kelakon ini wajib disertai dengan ketegasan penegakan aturan terhadap ulah para bule-bule. Karena sedikit saja blunder, maka akan berimbas ke Bali dan Indonesia sebagai tujuan destinasi favorit dunia.
ADVERTISEMENT