Hadist tentang Cinta kepada Sesama Manusia Karena Allah

umpo media
Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Konten dari Pengguna
2 Desember 2023 19:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari umpo media tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Muhammadiyah.or.id
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Muhammadiyah.or.id
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ
ADVERTISEMENT
قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُم ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Jamaah salat Jumat yang berbahagia…
Alhamdulillah, atas nikmat dan karunia Allah pada siang hari ini kita masih dapat berjumpa untuk bersama-sama mengerjakan ibadah salat Jumat di hari yang sangat mulia ini dibandingkan hari-hari biasa lainnya yaitu Hari Jumat. Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, kepada keluarganya dan sahabat-sahabatnya. Dan semoga kita termasuk umatnya yang mendapatkan syafaat kelak di Yaumul Qiyamah.
ADVERTISEMENT
Jamaah salat Jumat yang berbahagia..
Mahabbah (cinta) adalah salah satu nikmat rasa yang Allah anugerahkan kepada manusia sebagai bentuk sayangnya Allah kepada makhluk-Nya. Betapa pentingnya perasaan ini sampai dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad mengorelasikannya dengan keimanan.
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
“Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari)
Hadis di atas menunjukkan bahwa keimanan seseorang dapat dikatakan sempurna apabila ia bisa mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, sepanjang dalam hal kebaikan. Saudara yang dimaksud disini tidak terbatas hanya saudara kandung, saudara seayah atau seibu, akan tetapi lebih luas lagi mencakup saudara sesama manusia.
ADVERTISEMENT
Jamaah salat Jumat yang berbahagia…
Perpecahan dan permusuhan tidak lagi menjadi fakta baru di lapangan. Dewasa ini, masyarakat tampak lebih mudah tersulut emosi yang kemudian berujung pada cacian dan hinaan hanya karena masalah-masalah furu‘. Perbedaan golongan, instansi, suku, atau bahkan mazhab yang dianut menjadi ranah sensitif yang rentan terjadi gesekan karena perbedaan pendapat. Ini adalah satu masalah besar yang harus mendapat atensi dari kaum muslimin.
Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad menjanjikan kenikmatan besar berupa naungan pada Hari Kiamat bagi orang yang mencintai sesama saudaranya.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ…
ADVERTISEMENT
“Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw bersabda: Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (yaitu) pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabb-Nya, seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”. (HR Bukhari).
Hadis di atas menjelaskan bagaimana Allah dan Rasul-Nya sangat memperhatikan dan menghargai kecintaan seorang hamba kepada hamba-Nya yang lain. Pada Hari Kiamat manusia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menunggu hisab amal perbuatannya. Disini manusia akan merasa sangat kepayahan dan kondisi mereka tergantung pada amal yang mereka kumpulkan ketika berada di dunia. Maka akan sangat beruntunglah orang-orang yang mendapat naungan Allah pada hari itu.
ADVERTISEMENT
Jamaah salat Jumat yang berbahagia..
Nabi Muhammad diutus Allah bukan sekadar untuk menyebarkan agama Islam namun juga menyebarkan kedamaian dan perdamaian. Lupakah kita bagaimana Nabi Muhammad di bawah kepemimpinannya berhasil mempersatukan Kaum Aus dan Khazraj yang dalam sejarah disebutkan telah berselisih lebih dari 100 tahun? Atau kaum Muhajirin dan Anshar yang dari latar belakang ekonomi sangat berbeda namun mampu bersatu dan saling tolong menolong bahkan lebih erat dari saudara sedarah.
Oleh karena itu, dengan meneladani kisah pada masa lalu tidak seharusnya umat Islam zaman sekarang mudah terprovokasi sehingga merenggangkan ukhuwah Islamiyah. Allah Swt sendiri memerintahkan:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا
ADVERTISEMENT
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.“(Qs. Ali Imran: 103)
Jamaah salat Jumat yang berbahagia…
Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Saling memberi, menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing sebagai sesama makhluk Tuhan merupakan satu cara untuk menjaga keberlangsungan hidup. Namun perlu disadari, ketergantungan dengan orang lain tidak akan langgeng bila hanya berdasarkan unsur kepentingan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad menganjurkan agar mencintai sesama manusia secara tulus karena Allah dan tidak boleh melebihi cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesuai dengan sabdanya:
ADVERTISEMENT
« ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَمَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ »
“Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang ia akan mendapatkan manisnya iman yaitu orang yang mencintai seseorang namun tidak mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih cinta dimasukkan ke dalam neraka daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya.” (HR. Muslim)
Hadis di atas menjadi semacam batasan untuk kita semua agar kadar cinta yang kita berikan kepada manusia tidak melebihi kadar cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
ADVERTISEMENT
Mengapa demikian?
Berlebihan mencintai manusia membuat manusia lalai karena hakikat mencintai adalah berusaha memberi yang terbaik kepada yang dicintai bahkan terkadang mampu mengorbankan apapun demi orang yang dicintai. Sehingga ketika menempatkan Allah dan Rasul-Nya di tingkatan teratas, kita akan mendahulukan ketaatan akan segala syariat yang Allah tetapkan dan meneladani setiap sunnah yang Nabi kerjakan.
Demikianlah khutbah pertama ini. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan taufiq-Nya. Aminn..
أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ إِنَّهُ هُوَ السَمِيْعُ العَلِيْمُ