Syawalan di UIN SUKA, Perkuat Kesadaran atas Keragaman, Tradisi, dan Seni

UIN Sunan Kalijaga
Menghadirkan informasi seputar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Mari kunjungi laman resmi UIN Sunan Kalijaga uin-suka.ac.id
Konten dari Pengguna
11 Mei 2022 17:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari UIN Sunan Kalijaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber: Tim Humas UIN Sunan Kalijaga
UIN Sunan Kalijaga menggelar pembinaan pegawai dan Syawalan dengan turut mengundang pemuka agama lintas iman, sebuah tradisi perayaan Syawalan yang sejak tahun lalu diinisiasi oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Phil Al Makin, M.A. Acara berlangsung di Gedung Prof. Amin Abdullah atau gedung multipurpose UIN Sunan Kalijaga, Rabu (11/5/2022), mengangkat tema Peningkatan Kesadaran atas Keragaman, Tradisi, dan Seni, dengan dihadiri sivitas akademika, para pemuka dan cendekiawan agama mulai dari Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, serta tamu undangan dari berbagai instansi.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya diisi dengan refleksi pemuka agama mengenai perayaan idulfitri, acara Syawalan ini juga dimeriahkan oleh penampilan seni dari perwakilan komunitas jamaah lintas agama, antara lain penampilan Keroncong oleh Mahasiswa Universitas Sanata Dharma, penampilan Vokal Grup Intergenerasi GPIB Marga Mulya menyanyikan sebuah lagu berjudul Katong Samua Satu, dan penampilan Wilis Rengganiasih, S.Sn., M.A. menginterpretasikan pesan Buddha dalam Sekar Macapat Sinom Logondhang Laras Pelog Pathet Barang dengan tarian meditatif, dibersamai lantunan gamelan yang dimainkan oleh Bayu Nugroho Setyo Adi.
Prof. Al Makin dengan semangat menjadikan UIN Sunan Kalijaga sebagai rumah dan tempat yang nyaman bagi semua agama, tradisi, dan mazhab mengawali sambutannya dengan mengajak semua hadirin untuk ikut berkontribusi dalam moderasi beragama. Dengan cara mendengarkan dan memperhatikan versi kekhusyukan dan tradisi agama lain dijalankan. “Moderasi dan toleransi tidak bisa dilaksanakan sendirian hanya dengan modal berbicara dan berkhotbah. Mulailah dengan modal mendengar, mengenali perbedaan sekaligus persamaan tujuan hidup, doa, makna, dan kehidupan menurut masing-masing keyakinan dengan sepenuh pengertian, toleransi yang sesungguhnya.” ujar Prof. Al Makin.
ADVERTISEMENT
Jika mengamati sejarah manusia, sesungguhnya masyarakat Indonesia terhubung dan tidak bisa menghindari dari bertemunya agama-agama, terutama masyarakat Indonesia sangat religious dan selalu menempatkan agama pada posisi penting dalam ekonomi, sosial dan politik. Dengan hadirnya globalisasi, memungkinkan kita untuk saling memberi teladan dan mengambil pelajaran dari satu agama ke agama lain, tidak hanya arsitektur pura, vihara, masjid, gereja, kapel yang saling terinspirasi dan mengadopsi bentuk-bentuk cantiknya. Cinta kasih sudah sangat kita rindukan dan ucapkan, tentu tradisi Kristiani menginspirasi kita semua. Yoga dipraktekkan siapa saja, di Amerika, Eropa dan di Indonesia banyak pusat-pusat Yoga, tanpa memandang iman atau mazhab, denominasi, sekte atau aliran. Yoga sudah universal.
Meditasi dipraktekkan semua pemeluk agama, meditasi menjadi milik manusia semuanya. Bermeditasi tidak harus menjadi Buddhis secara teologis. Bank Syariah, industri halal, makanan halal, dinikmati siapa saja tidak hanya milik Muslim. Tradisi angpao tidak harus Khonghucu atau Buddha, tetapi Muslim saat lebaran juga memberi dan menikmati angpao menurut tafsirnya sendiri. Sebagaimana Natal dan tahun baru Masehi dirayakan siapa saja, tanpa melibatkan iman mana, atau pergi ke tempat ibadah siapa. Ajaran dan tradisi agama menjadi universal. Semoga Indonesia sebagai tempat bertemunya banyak tradisi agama dunia dan juga kepercayaan khas Nusantara memperkaya ini dan memberi arti baru tentang keragaman, kebhinekaan, perbedaan.
ADVERTISEMENT
“Mari kembali pada jati diri, membaca lagi Sang Hyang Kamahayanikan (doa dan petunjuk pencerahan tertua di Nusantara), Sutasoma, Negarakertagama, Kakawin, Babat, Serat, dan khazanah Nusantara. Idul Fitri ini mari rayakan dengan segala imannya, paling tidak di kampus UIN Sunan Kalijaga.,” demikian Prof. Al Makin mengakhiri sambutannya.
Pada acara Syawalan ini juga turut mengundang pihak-pihak yang berkontribusi dalam pembangunan Kampus II Pajangan UIN Sunan Kalijaga. Untuk itu, UIN Sunan Kalijaga menyerahkan sertifikat penghargaan sebagai apresiasi dari dedikasi dan kerjasama yang telah terjalin. Pihak-pihak tersebut adalah, Kepala Kanwil BPN/ATR DIY, Drs. Suwito, SH., M. Kn., Kepala Dinas Pertanahan dan Tata Ruang DIY, Drs. Krido Suprayitno, SE, M.Si., Kepala Kantor Pertanahan/ATR Bantul, Iskandar Subagyo, SH, M.Hum. dan Lurah Guwosari, Masduki Rahmad, SIP, dan penyampaian refleksi oleh enam pemuka agama lintas iman. (Tim Humas)
ADVERTISEMENT