Theng Seng Hie, Konglomerat Pontianak yang Namanya Diabadikan Jadi Nama Dermaga

Konten Media Partner
12 Maret 2020 12:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas pekerja di dermaga Seng Hie Pontianak. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pekerja di dermaga Seng Hie Pontianak. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Pontianak - Ada butir-butir yang bisa dipetik dari suatu keruntuhan, apalagi dari kejayaan. Kisah hidup Theng Seng Hie menyuguhkan keduanya.
ADVERTISEMENT
Nama Seng Hie kini hanya dikenal sebagai nama sebuah dermaga atau pelabuhan di Pontianak, Kalimantan Barat. Dermaga ini adalah pintu masuk menuju kawasan wisata Water Front City Sungai Kapuas di Pontianak.
Namun di abad lalu, sekitar tahun 1900-1930, dari berdagang palawija dan hasil hutan, lelaki legendaris Pontianak ini, berhasil membangun kerajaan bisnisnya menjadi perusahaan multinasional, yang merambah berbagai bidang usaha.
Theng Seng Hie Concern berkembang menjadi konglomerasi yang menjelujur dari Singapura di Asia Tenggara, India di Asia Selatan, New York di Amerika, London serta Amsterdam di Eropa.
"Seng Hie, yang disebut sebagai konglomerat West Borneo pada zamannya, konon menguasai hampir seperempat luas area bisnis Kota Tanah Seribu di Pontianak, dan boleh dibilang sebagai the richest man between Shanghai and Amsterdam," kata Syafaruddin Usman, pemerhati sejarah Kota Pontianak, kepada Hi!Pontianak, Kamis (12/3).
Seorang pekerja berjalan di atas tepian kapal yang bersandar di dermaga Seng Hie Pontianak. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
Berbagai kisah berkembang di seputar kesuksesan "Raja Pelabuhan Rakyat" ini. Namun, kini tak banyak literatur yang tersedia menguraikan hal ini. Tak juga pada lingkungan generasi ketiga Seng Hie sendiri.
ADVERTISEMENT
Bagi para cucu sang pesohor bisnis ini, segala yang mereka tahu tentang warisan Tionghoa, datang dari orang tua mereka. Kisah Theng Seng Hie, tentang kepribadian serta kekuatannya, mereka dengar dari orang tua mereka.
Theng Seng Hie sang legendaris tidak memperoleh kekayaan dan juga kejayaannya dengan mengusahakan atau bahkan mewarisi harta ayahnya, yang multi jutawan di tanah leluhurnya.
Sebaliknya, Seng Hie secara gemilang menganalisa iklim dan keadaan alamiah dari Indonesia, dengan tujuan Pontianak di West Borneo, dan kebutuhan-kebutuhan dari rakyatnya, serta dari kebutuhan rakyat negara-negara tujuan ekspor.
Dermaga Seng Hie sampai hari ini masih disinggahi kapal-kapal barang untuk berlayar ke sejumlah daerah di Indonesia. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
Dari analisa dan naluri dagangnya ini, Seng Hie melihat bahwa hasil alam Kalimantan Barat bisa dirombak menjadi industri penting dan obyek dagangan.
Lelaki yang kini dikenang namanya dengan kawasan pelabuhan rakyat di Jalan Barito Pontianak, pelabuhan Seng Hie, pada zamannya sangat dikagumi kawan dan lawan.
ADVERTISEMENT
Kawan adalah kalangan elite Kesultanan Pontianak, dan lawan tak bukan, adalah para pejabat kolonial keresidenan.
"Theng Seng Hie telah menciptakan industri besar yang terlebih dahulu. Ketika itu belum ada orang lain yang mencapai kesuksesan di level itu di daerah ini," kata Din, panggilan akrab Syafaruddin Usman.
Kesuksesan ini bukan kemujuran Seng Hie. "Inilah kecerdasan, keuletan, dan yang utama, diakui padanya adalah kejujuran," tambah Din.
Pekerja beraktivitas di atas kapal yang bersandar di pelabuhan Seng Hie. Foto: Leo Prima/Hi!Pontianak
Dalam kesuksesannya, Seng Hie tentu kerap mendapat isu serta desas-desus yang muncul dari iri hati orang yang melihatnya berhasil. Namun, Seng Hie yang tidak lahir di Pontianak dan dimakamkan di Tiongkok ini, membuktikan bahwa ia dapat hidup berdampingan dengan semua orang.
"Kota Pontianak, tentu tidak saja mereka yang dari masyarakat Tionghoa, boleh merasa bangga, telah mempersembahkan seorang laki-laki legendaris sekaliber seorang Theng Seng Hie. Meski tidak lahir di Indonesia, dan kelaknya setelah meninggal dipusarakan di tanah kelahirannya di Negeri China, namun Seng Hie menjadikan dirinya sebagai seorang yang tak pernah putus ikatan-ikatan pada negeri yang memperlakukannya sebagai seorang pesohor kenamaan," papar Din.
ADVERTISEMENT
Theng Seng Hie adalah seorang imigran, pendatang, dari daratan Tiongkok. Ia meninggalkan negeri leluhurnya dan memilih menetap di Pontianak.
Syafaruddin Usman (kanan) berfoto bersama salah satu cucu Theng Seng Hie, Susanto Suwarto. Foto: Dok Din Usman.
Seng Hie datang dari golongan terpelajar dan kaya. Ia menyingkirkan diri, meninggalkan negerinya, berbekal pepatah kuno Tiongkok, “Bilamana seorang memiliki angan-angan dan batin yang kuat, maka maksud dan tujuan angan-angan itu pasti terkabul”. Dan dia berhasil membuktikan itu pada dirinya, dan pada generasi selanjutnya.
Dua anaknya, Theng Ngiang Teng dan Theng Sia Liang, oleh Theng Seng Hie diberikan pendidikan untuk mengikuti penghormatannya kepada Indonesia, Pontianak negeri mereka dibesarkan.
Theng Seng Hie meninggal dunia pada suatu pelayaran di kapal pribadinya dalam sebuah perjalanan bisnis. Pada usia yang tak terlalu senja, Seng Hie mengembuskan napas terakhirnya, ia menutup mata untuk selamanya.
ADVERTISEMENT
Meskipun Raja Pelabuhan Rakyat Theng Seng Hie telah wafat hampir seabad lalu, akan tetapi nama besarnya sampai kini masih menjadi buah tutur pelaku dagang, jika mereka membicarakan soal perdagangan dan industri seumumnya. Begitupun masyarakat luas Kota Pontianak, tak terkecuali yang tak mengenal nama Seng Hie.