BBM Langka di Perbatasan, Speedboat Merakai-Sintang Berhenti Beroperasi

Konten Media Partner
3 Mei 2023 11:48 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Speedboat Merakai-Sintang berhenti beroperasi. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Speedboat Merakai-Sintang berhenti beroperasi. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hi!Sintang - Kelangkaan BBM yang terjadi di pedalaman Sintang, membuat aktivitas masyarakat terganggu. Salah satu yang terkena dampak adalah pengelola angkutan sungai di Nanga Merakai, Kecamatan Ketungau Tengah, Kabupaten Sintang.
ADVERTISEMENT
"Akibat kelangkaan BBM berupa bensin dan Pertalite, speedboat penambang Merakai-Sintang tidak bisa operasional lagi," ungkap Alpius, Anggota DPRD Sintang ketika dihubungi Hi!Pontianak, Rabu 3 Mei 2023.
Dengan adanya kondisi tersebut, ia meminta pihak terkait memikirkan dampak kelangkaan BBM yang dirasakan masyarakat di daerah perbatasan tersebut.
"Mohon berlakulah bijaksana, jangan hanya mementingkan pribadi. Ingat rakyat perlu makan dan beban rakyat semakin berat. Ekonomi sulit, cari pekerjaan sulit. anak perlu biaya untuk sekolah," ujarnya.
Politisi dari daerah perbatasan ini menyebut kelangkaan BBM yang terjadi saat ini sangat berpengaruh besar terhadap semua aspek kehidupan masyarakat di daerah.
Panglima Aliansi Solidaritas Anak Peladang (ASAP), Andreas, mengungkapkan bahwa pada saat dirinya ke Kecamatan Ketungau Hulu akhir April lalu masyarakat sudah mengeluhkan harga BBM yang meroket akibat kelangkaan.
ADVERTISEMENT
"Kelangkaan ini sudah terjadi sekitar dua minggu, khususnya di jalur perbatasan Ketungau," ujarnya.
Ketika ditanyakan penyebab kelangkaan BBM, masyarakat beralasan mereka tidak bisa mengantre lagi. Dengan alasan Polda melarang antrean menggunakan jeriken maupun drum.
"Makanya kami melakukan aksi damai ke Pertamina. Karena bagaimanapun juga, para pengantre ini kecil inilah yang menunjang masyarakat di daerah terkait pemenuhan BBM. Dengan mereka tidak diizinkan mengantre, otomatis tidak ada minyak yang dijual di kampung," jelasnya.
Andreas menyebut, di satu sisi dirinya setuju dengan Kapolda yang melarang antre minyak menggunakan jeriken karena mafia minyak cukup biasa. Karena kita tidak tahu mana minyak yang ditimbun maupun yang benar-benar didistribusikan lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di pendalaman.
ADVERTISEMENT
"Makanya kami minta pemerintah daerah, BPH Migas maupun Pertamina membuat regulasi untuk membantu masyarakat agar mudah mendapatkan BBM, khususnya mereka yang di daerah atau kecamatan-kecamatan," pungkasnya.