Aplikasi Kelola Sampah Bawa Mahasiswa Indonesia Berjaya di Mancanegara

Konten Media Partner
27 November 2019 12:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Syekh Arpi Ageng memenangkan sebuah kompetisi Advanced Innovation Global Competition (AIGC). Foto: Dok. Syekh Arpi Ageng
zoom-in-whitePerbesar
Syekh Arpi Ageng memenangkan sebuah kompetisi Advanced Innovation Global Competition (AIGC). Foto: Dok. Syekh Arpi Ageng
ADVERTISEMENT
Hi!Pontianak - Tim dari Universitas Amikom Yogyakarta berhasil memenangkan sebuah kompetisi Advanced Innovation Global Competition (AIGC). Berkat karya aplikasi pengelolaan sampah berbasis big data analytics yang mereka ciptakan, tim yang diketuai Syekh Arpi Ageng ini pun membawa pulang emas untuk kategori ICT (Information Communication Technology) dalam kompetisi yang digelar di Nanyang Technological University (NTU) Singapore pada Minggu (17/11) tersebut. Mereka berhasil mengalahkan lebih dari 80 tim dari 10 negara lainnya termasuk Jepang, Ukraina, China, Mesir, Thailand, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
“Ya benar kemarin kita menang, bawa pulang emas dengan memenangkan karya aplikasi pengelolaan sampah berbasis big data analytics untuk mapping konsumsi masyarakat,” ujar Syekh Arpi Ageng kepada Hi!Pontianak, Rabu (27/11).
Selain berperan sebagai ketua, Syekh Arpi Ageng jugalah yang menggagas ide untuk membuat aplikasi tersebut. Ide itu muncul berawal dari keresahan pria berusia 20 tahun itu akan sampah. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara kedua terbesar penghasil sampah di dunia.
“Prihatin, di mana Indonesia merupakan negara penghasil sampah terbesar kedua di dunia. Sehingga banyak permasalahan lingkungan yang berawal dari produksi sampah berlebih ini,” jelas mahasiswa yang akrab disapa Ageng ini.
Perwakilan Universitas Amikom Yogyakarta memenangkan kompetisi Advanced Innovation Global Competition (AIGC). Foto: Dok. Syekh Arpi Ageng
Dengan dibantu lima orang anggota timnya, pria yang berasal dari Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat itu pun menciptakan aplikasi bernama Matrash. Aplikasi tersebut selesai dibuat pada akhir Agustus 2019. Aplikasi tersebut digadang untuk memberikan pelayanan angkutan dan menjual sampah. Ageng mengatakan, ia juga telah bekerja sama dengan bank sampah yang akan mengelola sampah yang telah mereka beli.
ADVERTISEMENT
“Jadi di aplikasi tersebut masyarakat bisa memesan layanan angkutan dan menjual sampah. Lalu sampah yang diangkut dari pengguna akan diinputkan melalui sistem dan diklasifikasi. Lalu sistem kami memetakan pola konsumsi masyarakat suatu daerah,” ungkapnya.
“Matrash”, aplikasi yang dibuat perwakilan Universitas Amikom Yogyakarta memenangkan kompetisi Advanced Innovation Global Competition (AIGC). Foto: Dok. Syekh Arpi Ageng
Sampah-sampah yang telah dibeli, nantinya akan dipetakan menjadi sebuah pola konsumsi masyarakat di suatu daerah dalam data grafis. “Setiap hari masyarakat selalu mengkonsumsi berbagai macam produk, lalu yang tersisa hanya sampah bungkus dan lain-lain. Dari situ kita bisa analisa dari satu pengguna itu seminggu mengkonsumsi produk apa saja, lalu dilihat lebih luas dengan jangkauan daerah, misal kecamatan. Nah dari situ kita bisa tahu produk apa saja yang paling sering masyarakat gunakan,” terangnya.
Ageng juga menargetkan data grafis tersebut nantinya juga dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh pemerintah dalam membuat program ekonomi ramah lingkungan. “Ke depannya data ini bisa dimanfaatkan oleh pemerintah untuk membuat program-program ekonomi ramah lingkungan, seperti menyediakan barang-barang yang sering dikonsumsi dalam bentuk refill atau isi ulang. Sehingga mengurangi penggunaan plastik sekali pakai,” bebernya.
ADVERTISEMENT
Bersama dengan 5 orang tim lainnya, Ageng mengatakan, masih melakukan riset lokal dalam program yang dibangun tersebut. Dijual dengan harga Rp 3 ribu per kilogram, sampah-sampah plastik ia angkut dan akan dikelola oleh bank sampah.
“Kami kerjakan bersama tim. Ada 5 anggota dan saya ketua timnya, sejauh ini masih berfokus pada plastik dan kertas, misalnya untuk botol plastik rata-rata Rp 3 ribu per kilogram,” pungkasnya.
Saat ini Matrash belum tersedia di App Store atau pun Play Store karena masih dalam tahap pengembangan. Sehingga publik pun belum bisa mengunduh dan menggunakan aplikasi ini.