news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

16 Faktor Penyebab 16%

Konten dari Pengguna
24 April 2017 11:34 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harris Pranata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Anies-Sandi merayakan kemenangan (Foto: Dedi Wijaya/ANTARA)
Pilgub DKI telah usai. Anies-Sandi terpilih sebagai gubernur baru DKI Jakarta 2017-2022. Meski kemenangan ini sudah diprediksi oleh banyak lembaga survei, namun tidak ada yang menyangka bahwa selisih persentase suara mencapai hampir 16%.
ADVERTISEMENT
Sebagai perbandingan, pada pilgub DKI 2012 putaran kedua, selisih persentase suara Jokowi-Basuki dengan Foke-Nara adalah sekitar 8%. Artinya, selisih di pilgub kali ini adalah 2 kali selisih persentase suara pilgub 5 tahun lalu. Padahal, setahun yang lalu elektabilitas Basuki masih di atas 50% menurut banyak lembaga survei.
Perbandingan Quick Count dan Real Count KPU (Foto: Faisal Nu'man/kumparan)
Mari kita kupas bersama apa saja yang menyebabkan selisih persentase suara hingga mencapai 16 persen itu.
1. Figur yang Merangkul
Product is king. Begitu kata para pemasar top dunia. Product dalam politik adalah figur atau orang, dalam hal ini adalah sosok calon gubernur itu sendiri. Anies bukan kader partai, beliau adalah ex jubir timses Jokowi 2014, yang selanjutnya diangkat sebagai Mendikbud selama 2014-2016.
ADVERTISEMENT
Pilihan tim Prabowo ke sosok Anies adalah sebuah keputusan jenius karena Anies dapat mendulang suara dari sebagian basis pemilih Jokowi 2014 di luar dari pendukung partai pengusungnya, Gerindra dan PKS.
2. Mesin Partai yang Solid
Gerindra yang kompak, PKS yang militan. Kombinasi apik ini sudah terjalin sejak persiapan pilpres 2014. Terbukti, lebih dari 90% pemilih kedua partai ini memberikan suara pada paslon Anies-Sandi, menurut salah satu exit poll.
3. Timses "Dream Team"
Dipimpin oleh Mardani Ali Sera, kader PKS yang berbesar hati mengalah untuk tidak maju, bersama Boy Sadikin (kader PDIP) sebagai ketua tim relawan, timses Anies-Sandi bermaterikan 'dream team'. Perpaduan antara tim Prabowo ditambah ex timses Jokowi 2014. Sebut saja LSI Denny JA yang bergabung ke tim ini.
ADVERTISEMENT
Tentunya bersama Polmark yang dipimpin oleh Eep Saefulloh Fatah. Belum lagi tim digital yang mumpuni antara lain Anthony Leong (koordinator INSIDER), Musa (Jasmed), dan sejumlah tim dan relawan di balik layar, tim ini bekerja tak kenal waktu di dunia maya.
Mempopulerkan sejumlah program jagoannya, sekaligus menepis isu atau fitnah dengan gesit melalui sejumlah social media dan social messaging apps.
4. Program yang Ok Oce
OK OCE menjadi viral tentu bukan kebetulan. Pemilihan nama yang catchy, serta program yang menjawab keinginan warga Jakarta yang kekurangan lapangan kerja membuat OK OCE (One Kecamatan, One Center for Entrepreneurship) selalu menjadi pembicaraan, baik yang positif maupun sindiran dari lawan.
Ada yang memelintir menjadi 'Ogah Kerja Ogah Capek'. Selain itu, program Rumah DP Rp 0 juga sangat diminati oleh warga Jakarta yang mendambakan untuk memiliki rumah di Jakarta.
ADVERTISEMENT
Sekian lama menjadi perdebatan hangat mengenai apakah mungkin dilaksanakan atau tidak, program ini malah makin populer di masyarakat. Ada juga program-program lain yang punya nama unik seperti OK OTRIP, OK OCARE, dan KJP Plus yang melengkapi janji Anies-Sandi.
Sandiaga Uno memperlihatkan kartu oke oce. (Foto: Instagram/sandiuno)
5. Sandi yang Berkeliling
Menguasai setiap sudut kota Jakarta adalah nilai plus buat calon gubernur DKI. Walau akhirnya mengalah untuk menjadi calon wakil gubernur, Sandi telah memiliki modal besar ketika selama hampir setahun berkeliling ke berbagai permukiman di Jakarta, menggali permasalahan dan keinginan warga.
Melalui komunitas Jakarta Berlari, Sandi juga menuntaskan lari bersama di lima kotamadya di Jakarta, dimulai jauh sebelum penetapan calon.
6. Pandji, Bambang, Raffi
Mereka adalah public figure yang berperan besar mempengaruhi pemilih. Pandji Pragiwaksono terus mengajak followers-nya memilih Anies-Sandi melalui tulisan di website-nya pandji.com dengan penyebaran melalui facebook dan twitter-nya. Bambang Widjojanto menegaskan bahwa Anies-Sandi anti korupsi.
ADVERTISEMENT
Raffi Ahmad menemani mereka berdua untuk lebih merangkul anak muda dan milenial di Jakarta, serta memberi persepsi 'fun' bagi paslon ini dengan berkeliling menggunakan VW Kombi yang diliput di facebook.
7. Pengelolaan Isu yang Cepat dan Tepat
Isu dan fitnah terus menyerang. Melalui jakartamajubersama.com dan fitnahlagi.com, mereka membuat klarifikasi dan segera diblast oleh tim dan relawan cyber ke kelompok masing-masing. Isu Jakarta bersyariah, isu tidak menshalatkan jenazah, dan isu KJP yang tidak dilanjutkan, misalnya, dikelola secara cepat dan tepat sehingga tidak merugikan paslon jagoannya.
8. Pemilih AHY
Kesalahan paslon BaDja adalah ketika mereka gencar menyerang Agus-Sylvi saat putaran pertama, baik pada saat acara debat maupun menyerang program melalui media, bahkan menyerang track record SBY. Mereka lupa bahwa pemilih AHY adalah kunci di putaran kedua.
ADVERTISEMENT
9. Harapan Akan Gubernur Baru
Mayoritas warga Jakarta mendambakan gubernur baru yang lebih santun, membawa kesejukan, merangkul semua kalangan, dan menunjukkan keadilan bagi seluruh warga Jakarta.
10. Counter-Action terhadap TPS 'Unik'
Belajar dari kejadian pada putaran pertama di mana ada 1.848 TPS yang terindikasi kecurangan, menurut Eep Saefulloh Fatah. Indikasi itu datang dari pemilih tambahan, hampir 250 ribu DPTB pada putaran pertama. Itu terkonsentrasi di tempat-tempat yang paslon tertentu berpotensi menang besar, lanjutnya.
11. Pengusaha yang Kecewa
Kabarnya banyak pengusaha yang kecewa dengan sikap petahana selama ini. Usaha jadi lebih sulit, katanya. Sementara itu, rekan Sandi di HIPMI, Erwin Aksa diberi tugas untuk membuka basis-basis suara di kalangan pengusaha.
12. Dukungan Partai "Gerbong Kosong"
ADVERTISEMENT
Dari exit poll mengenai proporsi pemilih berdasarkan partai pilihannya, terlihat bahwa dukungan dari 3 partai pendukung BaDja, kecuali PDIP, jauh dari solid, bahkan bisa disebut membawa gerbong kosong untuk 2 partai yang baru bergabung di putaran kedua.
13. Pendukung Fanatik yang Mengkultuskan Ahok
Para pendukung ini terus menerus menyanjung dan mendewakan Ahok tanpa kenal waktu dan tempat. Bahkan tidak sedikit yang menyamakan atau membandingkan Ahok dengan salah satu figur utama agamanya. Hal ini tentunya menimbulkan penolakan dari swing voters pada umumnya.
14. Blunder Al Maidah
Blunder ini adalah puncak dari tidak terkendalinya ucapan Ahok selama ini yang membuat timsesnya sibuk meredam serangan dari umat muslim.
15. Blunder Video
Video keberagaman yang sempat di youtube dan twitter ini seakan membuka luka lama kerusuhan 98. Alih-alih mendapat simpati, video ini mendapat kecaman dari banyak netizen, hingga akhirnya dihapus.
ADVERTISEMENT
16. Blunder Sembako
Pembagian sembako oleh sejumlah orang berbaju kotak-kotak terus terjadi hingga masa tenang. Hal ini menjadi viral di medsos dan jadi bahan serangan lawan yang sangat berdampak negatif hingga hari pencoblosan.
Semoga analisis sederhana ini dapat menjadi refleksi bagi kita semua. Sampai jumpa lagi pada pilkada serentak 2018 dan pemilu 2019.