Benarkah Pendaki Perempuan Hipotermia Disetubuhi Terjadi di Rinjani?

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
25 Juli 2019 4:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seorang pendaki mancanegara sedang menuju puncak Gunung Rinjani. Foto: Harley Sastha (2013)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pendaki mancanegara sedang menuju puncak Gunung Rinjani. Foto: Harley Sastha (2013)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jagad media sosial hingga kini masih ramai dengan cerita viral tentang pendaki perempuan yang terserang hipotermia ditangani dengan cara disetubuhi. Dari tangkapan layar sumber viralnya cerita ini, dikatakan lokasi kejadian di Gunung Rinjani. Tetapi tidak disebutkan tanggal dan tahun terjadinya peristiwa tersebut.
ADVERTISEMENT
Untuk menggali kebenaran informasi ini, saya menghubungi Sudiyono, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) melalui pesan singkat pada Rabu (24/7).
Menurut beliau, dari hasil diskusi para pelaku wisata yang telah dikonfirmasi Balai TNGR, bahwa tidak benar pernah ada kejadian tersebut di Gunung Rinjani.
“Perlu diketahui bahwa penanganan kecelakaan atau kondisi sakit bagi para pendaki di Gunung Rinjani selama ini ditangani petugas dari Edelweis Medical Healt Center (EMHC). Jadi para pelaku wisata, para guide, dan porter membantah cerita viral tersebut,” kata Sudiyono.
Tangkapan layar yang membuat ramai jagad media sosial.
Hal ini diamini oleh Lalu Ramli, salah seorang pelaku wisata asli Lombok yang sudah puluhan kali naik turun Gunung Rinjani.
ADVERTISEMENT
“Kalaupun misalnya benar kejadian di Gunung Rinjani, pasti di sana akan ada porter, guide, yang setiap hari mondar-mandir. Pasti salah satu mereka akan heboh cerita bila ada yang beginian,” ungkap Ramli melalui pesan singkat.
Lalu, Ramli juga mengatakan media seharusnya memfilter informasi, jangan asal mengejar rating dan viewer dengan konten-konten yang kontroversial. Apalagi belum tentu kebenarannya.
“Pertimbangkan juga ekses negatif yang ditimbulkan dari sisi norma dan psikologis kami di daerah. Saat Lombok sedang berusaha bangkit dari keterpurukan, mbok ya bantu dengan share info-info yang positif dan konstruktif,” tambah Ramli.
Ia juga mengatakan citra aktivitas trekking ke Rinjani akan dipandang tambah negatif oleh kelompok-kelompok masyarakat yang tidak pro-pariwisata dengan adanya informasi yang belum tentu kebenarannya.
ADVERTISEMENT
Mengenai hipotermia, Sudiyono menyarankan para pendaki harus membawa perlengkapan standar pendakian yang cukup.
“Bagi wanita yang akan mendaki Gunung Rinjani, bisa minta didampingi guide wanita atau cari teman sesama wanita. Pastikan juga kondisi fisik fit, sehat, dan baik sebelum mendaki,” kata Sudiyono.
Untuk mengantisipasi pertolongan pertama pada kasus hipotermia, Sudiyono mengatakan ke depan perlu adanya pos atau shelter yang memadai untuk penanganan korban.
“Sekarang ini petugas kami saat bertugas diharuskan membawa tenda sendiri. Kami ingin ada bangunan yang aman ketika tiba-tiba ada badai di atas, meski itu tidak kami harapkan). Di mana bangunan tersebut juga berfungsi untuk mengatasi korban hipotermia,” tutup Sudiyono.
Mencegah Serangan Hipotermia
Gunung Rinjani. Foto: Shutter Stock
Perlu diketahui, hipotermia sendiri merupakan salah satu penyakit yang bisa menimpa para pendaki gunung. Suatu kondisi di mana mekanisme tubuh mengalami kesulitan untuk mengatasi tekanan udara atau suhu dingin.
ADVERTISEMENT
Dalam situs hellosehat, dituliskan hipotermia adalah suatu kondisi darurat medis di mana tubuh tidak sanggup mengembalikan suhu panas tubuh karena suhu terlalu cepat turun. Di mana suhu tubuh berada pada posisi rendah di bawah 35 derajat celcius. Ini menyebabkan organ tubuh tidak dapat bekerja secara optimal. Jika tidak segera mendapat pertolongan yang tepat, dapat menyebabkan kegagalan total pada fungsi jantung dan sistem pernapasan. Akhirnya dapat mengarah pada kematian.
Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipotermia di antaranya: terlalu lama kehujanan dan terpapar cuaca dingin tanpa tempat perlindungan yang memadai; cuaca di gunung yang dapat tiba-tiba berubah dengan cepat; dan kurangnya asupan makanan yang bergizi dan cukup, serta kurang minum.
Berdasarkan pengalaman pribadi, rata-rata pendaki terserang hipotermia dikarenakan persiapan yang tidak matang. Baik fisik, mental, maupun perlengkapan hingga logistik makanan dan minuman, serta pengetahuan.
ADVERTISEMENT
Jalan terus tapi kurang makan. Pakaian basah masih terus dipakai dan tidak diganti. Tidak memakai raincoat atau jas hujan yang memadai. Tidak menyadari dirinya mulai terserang hipotermia karena tidak mengetahui gejala-gejala awal serangannya dalam tahap yang masih ringan.
Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya oleh Dokter Lelita Danukusumo, Founder 4Life First Aid Care Product, seharusnya pendaki juga belajar mengenal secara dini gejala awal hipotermia di saat masih ringan. Karena tahap ini masih mudah untuk ditangani. Setidaknya teman sependakian juga mengetahui tanda-tanda gejala awal serangan hipotermia ringan, di antaranya: menggigil, jalan sudah mulai tersandung-sandung, diajak bicara tidak nyambung, lemas, disuruh makan susah atau tak mau, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Mengenai cara pencegahan terserang hipotermia, Medina Kamil, anggota Tim Jelajah 54 Taman Nasional Indonesia, memberi beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadinya.
“Gue pribadi selalu mengutamakan kenyamanan selama tidur. Karena istirahat itu sangat penting saat pendakian. Ketika tidur gunakan pakaian yang tebal, hangat, dan sleeping bag yang nyaman. Selama pendakian juga wajib makan teratur dengan porsi yang agak banyak. Jangan sampai malas makan, karena tubuh butuh energi dari makanan yang kita makan. Jangan lupa minum-minuman yang hangat,” kata Medina.
Medina Kamil saat menangani korban hipotermia ketika melakukan trip Jelajah 54 Taman Nasional Indonesia di TN Gunung Merbabu. Foto: Tim Jelajah 54 Taman Nasional Indonesia
Tidak jauh berbeda dengan Medina Kamil. Persiapan yang dilakukan Eva Fitriyeni, dari Mapala UI yang juga koordinator penyelenggara event pameran outdoor Indofest, untuk mengantisipasi serangan hipotermia, yaitu pengetahuan kita dalam menghadapi kemungkinan serangan tersebut. Sehingga bisa mempersiapkan diri agar terhindar.
ADVERTISEMENT
Bekali pengetahuan dengan cara membaca dan mencari informasi sebelum jalan. Persiapan fisik, perlengkapan, dan mengetahui kondisi lokasi yang kita tuju. Baik itu alamnya maupun cuacanya.
Mengenai cuaca, kita dapat mencari tahu melalui forecast weather. Banyak tersedia di internet. Kita bisa mencarinya melalui mesin pencari. Masukan kapan waktu kunjungan kita. Sehingga kita bisa mempersiapkan sesuai dengan prakiraan cuaca saat itu.
“Sebagai cewek, lo juga harus siapkan diri lo sendiri. Perlengkapan pribadi bawa sendiri. Jadi kalau kehujanan atau kedinginan di manapun, bisa langsung dipakai. Juga jangan manja saja. Misalnya lo naik gunung sama teman cowok, terus lo minta dibawain semuanya. Nah, kalau kejadian lo jalannya beda irama dan jaraknya terpisah, bisa kelar hidup lo, kan,” tegas Eva.
ADVERTISEMENT
Selain yang telah disebutkan di atas, selalu menjaga tubuh untuk tetap kering, menggunakan topi, syal, sarung tangan, kaus kaki, dan sepatu, serta melakukan gerakan-gerakan sederhana adalah juga cara untuk menghindari serangan hipotermia.
Jadi, dapat disimpulkan, cara penanganan awal yang harus dilakukan pada korban yang terserang hipotermia dengan menunjukkan gejala awal yaitu: pindahkan korban pada tempat yang terlindung dari paparan angin maupun udara terbuka, misalnya bangunan shelter atau tenda terdekat atau bivak; ganti pakaian basah dengan yang kering; selimuti dengan emergency blanket dan masukan dalam sleeping bag; beri asupan makanan dan minuman hangat yang tidak mengandung kafein dan nonalkohol; dan jaga kondisi korban untuk tetap terus terjaga atau sadar.
Yang harus selalu diingat, salah satu faktor yang mengancam keselamatan para pendaki sebenarnya adalah dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT