2 Taman Nasional di Nusa Tenggara Barat dengan Kalderanya yang Mengagumkan Dunia

Harley B Sastha
Book Author, Travel Writer, Mountaineer, IG-Twitter: harleysastha, Youtube: Harley Sastha
Konten dari Pengguna
10 Agustus 2021 8:14 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Harley B Sastha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dua orang pendaki sedang berjalan di gigiran kaldera Tambora menuju puncak tertingginya di 2.851 mdpl. Foto: Balai TN Tambora
zoom-in-whitePerbesar
Dua orang pendaki sedang berjalan di gigiran kaldera Tambora menuju puncak tertingginya di 2.851 mdpl. Foto: Balai TN Tambora
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi salah satu propinsi yang mempunyai paket lengkap objek daya tarik wisata alam (ODTWA), mulai dari bawah laut hingga puncak gunung. Pesonanya selalu membuat rindu siapa pun yang pernah menginjakkan kakinya di sana. Kemolekan dan kekayaan alamnya menginspirasi lahirnya berbagai seni, budaya dan kuliner yang unik dan beragam.
ADVERTISEMENT
Nah, tahukah kamu, kalau NTB, memiliki dua taman nasional yang masing-masing berada di dua pulau besarnya: Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Menariknya, dua taman nasional tersebut merupakan gunung api atau volcano yang pernah meletus hebat dan memengaruhi iklim serta peradan dunia.
Akibat dari letusan hebat tersebut, alam di dua taman nasional ini memiliki kaldera gunung api dan berbagai pesona alamnya yang elok dan mengagumkan. Berikut ulasan singkat keduanya:
1. Taman Nasional (TN) Gunung Rinjani
Dua orang pendaki saat turun dari puncak Rinjani. Foto: Harley Sastha
Menjulang berdiri anggun hingga ketinggian sekitar 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl), Rinjani, menjadi sentral atau pusat peradaban masyarakat Pulau Lombok. Menjadikannya sebagai gunung api tertinggi kedua di Indonesia.
Masyarakat Lombok, khususnya suku Aasak, memercayai kalau Rinjani adalah Rara Rinjani Rara (Dewi) Rinjani atau Anjani (putri atau ratu) – sering disebut Dewi Anjani. Konon, seluruh kawasan Rinjani dikuasai sang ratu.
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak terpikat akan pesona, atraksi dan bentang alam TN Gunung Rinjani. Namanya sudah tersohor hingga ke mancanegara. Tidak ada yang bisa membantah keelokan salah satu kaldera terindah di dunia ini. Seingga menggoda para pencinta ketinggian memacu adreanlinnya untuk menggapai puncak dari gunung yang telah menjadi TN Gunung Rinjani semenjak ditetapkan melalui Surat Pernyataan Menteri Kehutanan No. 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 maret 1990. Walaupun sebagai kawasan konservasi sudah dimulai sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, pada 1941.
Selain sebagai taman nasional yang memiliki luas 40.330 Ha, Rinjani juga masuk bagian jaringan geopark dunia Unesco Geopark Global Network: Rinjani-Lombok Geopark.
Kerucut Rinjani terlihat di puncak Bukit Gedong Lembah. Foto: Harley Sastha
Gunung Rinjani merupakan 1 dari 4 gunung api di Indonesia yang letusannya ikut memengaruhi dan mengubah peradaban dunia. saudara tuanya, gunung Samalas. Sang raksasa vulkanik yang mempunyai ketinggian lebih dari 4.200 meter di atas permukaan laut (mdpl) meledak hebat pada tahun 1257 M dengan skala 7 Volcanic Explosivity Index (VEI) atau indeks ledakan gunung api. Nilainya mulai 1 hingga 8 (super volcano).
ADVERTISEMENT
Sebuah cerita yang tersimpan di catatan Babad Lombok. Dalam lembaran lontar babad tersebut, diceritakan betapa sangat mengerikannya ketika gunung Samalas meletus – terjadi sebelum periode Selaparang atau sebelum ahir abad 13 M. Gempa bumi terjadi setidaknya selama tujuh hari. Terjadi banjir dan hujan batu, kehancuran rumah serta terjangan lumpur dan lainnya.
Kebenaran akan kisah tersebut, baru kemudian dapat dibuktikan setelah hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli gunung api dipublikasikan pada 2013, berjudul Source of the great A.D. 1527 Mistery Eruption Unveiled, Samalas Volcano, Rinjani Volcanic Complex, Indonesia.
Letusan dahsyat tersebut terjadi dalam rentang waktu antara 13–22 jam, dengan kolom letusan mencapai 43 km. Kemudian, lahirlah Kaldera Samalas atau Kaldera Rinjani dengan diameter 7,5 km x 6 km.
Desa Tete Batu dengan latar belakang kawasan Gunung Rinjani. Foto: Fathul Rakhman.
Dalam kalderanya,terdapat danau kaldera yang berbentuk bulan sabit: Danau Segara Anak dan kerucut baru yang aktif: Gunung Baru Jari.
ADVERTISEMENT
Konon, sebagai penguasa, Dewi Anjani bersemayam di tengah kawah yang disebut Muncar. Sesekali sang dewi memamerkan kekuasannya. Menurut cerita, biasanya saat Gunung Rinjani meletus, menjadi pertandanya.
Bagi para pendaki gunung, mendaki menggapai puncak pelawangan dan puncak Rinjani, melihat kemolekan Danau Segara Anak dengan Gunung Baru Jari serta matahari pagi yang terbit dari ketinggian memberikan rasa takjub dan magis. Termasuk, kemping dan bermalam di sekitar Danau Segara Anak serta berendam di air panas. Walaupun, untuk menikmati itu, harus rela berjalan kaki mendaki berjam-jam.
Untuk kamu yang ingin mendaki menuju puncak pelawangan atau pun puncak tertingginya dan danau, hanya ada enam jalur resmi yang bisa digunakan: Sembalun, Senaru, Aik Berik, Torean, Tete Batu.
ADVERTISEMENT
Selain itu, ada juga wisata non pendakian yang juga bisa kamu sambangi: Otaq Kokok Joben, Joben Eco Park, Telaga Biru, Air Terjun Jeruk Manis, Air Terjun Mayung Polak, Air Terjun Mangkusakti, Gunung Kukus, Sebau, Savana Propok, Treng Wilis, Ulem-ulem, Tangkok Adeng, Bukit Gedong, Bukit Malang, Bukit Telaga dan Jalur Sepeda Sembalun. Pada sebagian besar destinasi tersebut, kamu juga bisa trekking, hiking dan kemping.
2. Taman Nasional (TN) Tambora
Dua orang pendaki sedang berada di tebing sekitar tubir atau gigiran kaldera Tambora. Foto: Harley Sastha
Gunung Tambora, menjadi salah satu dari empat taman nasional termuda dari 54 taman nasional di Indonesia. Mengantongi luas hingga 71.645,64 Ha, Gunung Tambora ditetapkan sebagai taman nasional ke-51 melalui Sura Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan SK No. 111/MenLHK-II/2015 tanggal 7 April 2015, dengan luas 71.645,64 Ha.
ADVERTISEMENT
Siapa dinyana, gunung api Tambora yang berdiri anggun di Semanjung Sanggar, Pulau Sumbawa, 206 tahun yang lalu, 10-12 April 1815, pernah mengguncang dunia dengan letusan akbarnya yang dahsyat dengan kekuatan mencapai 7 skala VEI. Dan, ini menjadi letusan gunung api terbesar dan terhebat sepanjang sejarah manusia modern yang terekam dalam ingatan manusia. Letusan yang menjadi penyebab penyimpangan iklim dunia. Menjadi letusan gunung api yang paling dahsyat dan mematikan dalam 200 hingga 500 tahun terakhir.
Sebagaimana Rinjani, letusan Tabmbora juga menyebabkan perubahan pola musim yang terjadi saat itu dan berpengaruh besar pada kehidupan manusia. Suhu planet bumi pun mendingin hingga setengah derajat celsius. Mempengaruhi iklim bumi hingga tiga tahun lamanya. Cakrawala di Benua biru Eropa berkabut sepanjang satu tahun, yang kemudian dikenal dengan the year without summer atau tahun tanpa musim panas.
Jalur pendakian Piong yang didominasi vegetasi Savana. Foto: Erwin/Balai TN Tambora
Dengan titik tertingginya yang kini mencapai 2.851 mdpl, tidak ada yang akan menyangka, kalau sang bomber dari bumi Sumbawa ini, sebelum April 1815, pernah berdiri gagah setinggi 4.300 mdpl. Melihat dari mata elang atau udara, lanskap Tambora terlihat begitu mengagumkan dengan lingkaran cawan kaldera raksasanya yang nyaris sempurna.
ADVERTISEMENT
Diameter kaldera yang mencapai lebih dari 7 Km dan kedalaman lebih 1,2 Km, menjadikannya sebagai kaldera gunung api terdalam di dunia. Kaldera raksasa Tambora terlihat begitu mengagumkam. Tidak heran jika dunia internasional memberinya julukan The greatest caldera in Indonesia.
Letusan hebat Tambora, benar-benar telah melahirkan panorama alam vulkanik yang menakjubkan. Sejauh mata memandang, lautan pasir terhampar luas di sepanjang tubir atau gigiran kaldera. Lapisan-lapisan piroklastik dan lava memahat tebing kaldera, seperti menceritakan kisahnya yang telah membeku tentang gelegarnya lebih dari 200 tahun yang lalu.
Erupsi hebat April 1815, telah membentuk lanskap alam Tambora semakin memesona, dengan potensi kekayaan geologi, ekologi, flora dan fauna. Selain hutan tropis, padang savana Piong dan Doro Ncanga menjadi bagian lanskap khas Tambora yang khas dan cantik.
Air Terjun Bidadari di Kawinda To'i. Foto: Erwin/Balai TN Tambora.
Jauh di kedalaman dasar kalderanya, tampak terlihat seperti lautan pasir, yang sejatinya material batuan hasil erupsi lebih dua abad yang lalu.
ADVERTISEMENT
Kepulan asap putih gas solfatara dari sebagian dinding dan kepundan Doro Api To’i dan Doro Api Bou – gunung api keci dan gunung api baru, anak Tambora. Saat musim hujan, sebuah danau dengan airnya yang berwarna hijau, menambah kecantikannya.
Para pakar hingga kini, tidak berhenti untuk mengais jejak-jejak sejarah, arkeologi, geologi dan ekologi sang Tambora.
Saat pagi menjelang, dari puncak kaldera Tambora, sinar matahari pagi menyemburat memberikan daya magisnya.
Pemandangan matahari terbit dari Pos Jalur Pendakian Piong. Foyo: Harley Sastha
Ada empat jalur resmi pendakian untuk kamu yang ingin mendaki menuju puncak kalderanya: Pancasila dan Kawinda To’i – jalur pendakian yang menuntun kamu mendaki berjalan kaki sejak awal pendakian – serta Piong (Zollinger Route) dan Doro Ncanga – jalur kombinasi, dimana kamu menggunakan kendaraan mobil double gadan dulu diawal pendakian, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju puncak kaldera.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kamu dapat trekking dan kemping diseputaran savana Piong dan Doro Ncanga, juga trekking menuju air terjun bidadari di Kawinda To’i. Melihat kawanan Rusa di savana Doro Ncanga serta kerbau, kuda dan sapi.
Nah, dari kedua taman nasional tersebut, mana yang ingin kamu kamu sambangi lebih dulu? Tidak ada salahnya juga loh, menyambanginya keduanya sekaligus sambil menikmati alam Nusa Tenggara Barat yang eksotis di sepanjang perjalanannya. Tetapi ingat ya, untuk selalu mematuhi autran yang berlaku dan ditetapkan pengelola taman nasional. Selalu menjadi pejalan atau pendaki yang bijak, cerdas dan bertanggungjawab. Baik terhadap diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan sekitar.