Humas Kuasai Strategi Komunikasi

Hardini Kusumadewi
Pranata Humas Ahli Muda di Sekretariat Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Kementerian Kesehatan
Konten dari Pengguna
24 April 2022 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Hardini Kusumadewi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Ta'jil Buka Puasa. Foto: Hardini Kusumadewi.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Ta'jil Buka Puasa. Foto: Hardini Kusumadewi.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Assalamualaikum Nanda, Nia, Sari, apa kabar? Sudah lama tidak jumpa,” sapaku pada sahabat SD-ku. Rasanya kangen sekali sudah hampir dua dekade tidak bertemu, dan hanya bisa bertemu di bulan Ramadhan, waktu bukber.
ADVERTISEMENT
“Hai, Wi. Waalaikumsalam, bagaimana kabarnya, sehat?” jawab sahabatku.
“Kalian kerja dimana sekarang?” tanyaku kepada ketiga sahabatku. “Aku sekarang sudah pindah ke Rumah Sakit, mengurusi SDM,” jawab Nanda. “Kalau aku masih sama seperti dulu, cuma masih WFH sampai sekarang,” sahut Nia. “Sepertinya cuma aku saja yang masih free, belum punya kerjaan,” timpal Sari.
“Kalau aku, sekarang punya kerjaan baru, jadi humas,” jelasku. “Wah kamu seperti media berjalan,” kami tertawa mendengar celetuk Nia.
Kami pun mengobrol sambil menunggu bedug maghrib untuk berbuka bersama (bukber). Tidak butuh waktu lama, obrolan kami langsung mencair seperti es krim yang sangat manis.
Eh tapi kok bukber sambil ngobrol? Bukankah Satgas Covid-19 sudah menyampaikan himbauan boleh bukber tapi tidak boleh ngobrol? Aneh memang, pikirku dalam hati. Sahabat dari kecil, lama tidak bertemu dan hanya bisa bertemu di bulan Ramadhan, rasanya tidak mungkin melewatkan bukber sambil ngobrol. Karena ngobrol secara langsung (fisik) dan ngobrol tidak langsung (melalui media sosial) itu rasanya berbeda.
ADVERTISEMENT
Hebatnya media sosial bisa menemukan sahabat di lingkaran internal paling kecil yang bertahun-tahun tidak berkontak. Teknologi media sosial semakin memudahkan manusia melakukan komunikasi (mengobrol), hal yang biasa dilakukan seorang humas atau public relation (PR). Komunikasi langsung atau tidak langsung, keduanya wajib dikuasai oleh seorang humas.
Komunikasi memiliki peranan yang sangat vital dalam kehidupan kita, baik dalam membentuk hubungan sosial maupun hubungan interpersonal. Proses komunikasi terjadi dalam berbagai konteks dan bidang serta berjalan melalui tahap-tahap komunikasi yang rumit dan kompleks sehingga diperlukan strategi komunikasi yang tepat untuk memastikan informasi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.
Tantangan terbesar dalam pengelolaan informasi dan komunikasi publik bukan pada aspek informasi, tetapi bagaimana melakukan aktivitas komunikasi dengan cepat, terarah, terkoordinasi dan bermanfaat bagi setiap warga negara. Dalam konteks kehumasan, fungsi informasi hanya sepertiga dari aktivitas, sepertiga lainnya adalah strategi dan metode komunikasi serta pilihan taktik dan media komunikasi (Jojo Raharjo, 2022).
ADVERTISEMENT
Mengapa perlu berstrategi?
Alasannya, karena diantaranya masih mengandalkan komunikasi satu arah dan kurang optimal dalam memanfaatkan komunikasi digital. Himbauan untuk tidak ngobrol saat makan waktu bukber adalah himbauan satu arah yang disampaikan oleh Satgas Covid kepada masyarakat untuk mencegah penyebaran virus dan meningkatnya kasus Covid-19. Setelah makan selesai, bisa lanjut mengobrol lagi. Himbauan ini bagus walaupun pada kenyataannya sulit diterima masyarakat, apalagi para milenial (anak muda).
Menurut pandangan ahli kesehatan melalui akun Instagram @drnigz, Dokter Spesialis Penyakit Dalam, R.A. Adaninggar, dr, SpPD (Dr. Ning) menjelaskan bahwa droplet tidak hanya keluar ketika kita membuka mulut seperti bicara, bersin, batuk atau bernyanyi. Droplet juga bisa keluar dari mulut dan hidung ketika kita bernapas sehingga tetap bisa menyebar saat makan meskipun tidak sambil ngobrol. Jadi bukber itu tetap berisiko karena saat makan pasti buka masker.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana caranya agar kita tetap bisa bukber dengan aman?
Strateginya adalah dengan memilih lokasi outdoor yang memiliki ventilasi baik dan dilakukan dengan kelompok kecil serta membatasi membuka masker hanya ketika makan untuk mencegah penyebaran droplet yang berlebihan.
Selain itu, sebaiknya tidak perlu menghadiri acara bukber jika sedang tidak enak badan atau belum vaksin. Langkah yang juga tak kalah penting adalah melakukan tes antigen mandiri sebelum bukber dan memantau gejala Covid-19 selama 14 hari setelah acara. “Jadi, saat bukber tetap boleh ngobrol. Yang penting, tahu caranya meminimalkan risiko,” jelas Dokter Ning.
Komunikasi melalui instagram atau media sosial lainnya ternyata bisa menjadi strategi komunikasi yang baik dan tepat sasaran, khususnya kaum milenial yang paling suka berkumpul dan mengobrol.
ADVERTISEMENT
Kembali lagi ke diri kita masing-masing, sebenarnya kita bisa saling mengingatkan satu sama lain untuk tetap menjaga protokol kesehatan dimana pun kita berada. Karena pada prinsipnya setiap orang adalah humas bagi dirinya sendiri dan bagi keluarga terdekatnya.
“Eh kalian masih ingat dengan Charles, yang paling ganteng di SD? Sekarang dia sudah jadi pendeta,” tiba-tiba Nia mengingatkan kami pada salah satu cowok ganteng di sekolah.
“Serius?” tanya kami berbarengan seolah tak percaya.
“Iya serius. Si Acit ingat? Sekarang gendut banget. Pokoknya cowok-cowok yang dulunya ganteng banget di masanya, sekarang sudah berubah semua.” jelas Nia.
Kami pun tertawa terbahak-bahak.