Pemilu, Bonus Demografi, dan Artificial Intelligance

Dliyaul Haq
Legal di AR Advocates and Partners
Konten dari Pengguna
13 Februari 2024 10:47 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dliyaul Haq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Menaker Ida Fauziyah Saat Resmikan Gedung Vokasi (Sumber: Website cpns.kemnaker.go.id)
zoom-in-whitePerbesar
Menaker Ida Fauziyah Saat Resmikan Gedung Vokasi (Sumber: Website cpns.kemnaker.go.id)
ADVERTISEMENT
Pesta demokrasi telah tiba. Pasangan Capres-cawapres yang telah dinyatakan lolos seleksi berkas oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah melakukan kampanye untuk bisa menarik simpati masyarakat. Dimana pada masa kampanye yang telah dilalui, para pasangan Capres-cawapres beradu gagasan tentang program yang nantinya akan diterapkan dalam bentuk kebijakan ketika nantinya sudah terpilih sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI. Tentunya segala gagasan yang dijanjikan ketika kampanye merupakan sebuah janji politik yang nantinya harus ditepati dan dilaksanakan oleh pasangan Capres-cawapres ketika sudah resmi terpilih sebagai Pimpinan Negara.
ADVERTISEMENT
Namun nampaknya ada yang berbeda pada pemilu kali ini dibanding Pemilu-pemilu sebelumnya, dimana para pasangan Capres-cawapres bukan hanya beradu gagasan dan blusukan menjumpai masyarakat untuk menarik dukungan. Lebih dari itu, para pasangan Capres-cawapres dituntut untuk beradu kreativitas dalam melakukan kampanye. Sebab, pada Pemilu 2024 nanti, Pemilih terbanyak adalah dari kalangan anak muda yang merupakan para gen Z dan Milenial. Hal tersebut tentunya menjadi warna tersendiri pada ajang pesta demokrasi dimana pasangan Capres-cawapres saling beradu kreativitas untuk menarik simpati suara di kalangan anak muda. Hal tersebut bisa dilihat dari kampanye yang dilakukan oleh setiap pasangan calon presiden-wakil presiden yang lebih banyak menjangkau anak muda, misalnya ada kampanye bertajuk 'Desak Anies dan Slepet imin yang digagas oleh Pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden Nomor Urut 1, dan ada kampanye bertajuk 'Tabrak Prof' yang digagas oleh Calon Wakil Presiden Nomor Urut 3. Sebuah kampanye yang dikemas dalam bentuk diskusi seperti ini merupakan sebuah terobosan yang sangat bagus dalam menjaga kebebasan bersuara dan berpendapat dalam iklim demokrasi di negara yang menganut sistem presidensil seperti Indonesia. Sebab dalam acara-acara seperti ini, anak muda yang terkenal kritis dan idealis bisa langsung mendengar, menanyakan, bahkan mengkritisi setiap gagasan dan program yang akan direalisasikan oleh Pasangan Calon Presiden-Wakil Presiden ketika nantinya terpilih menjadi Pimpinan tertinggi di Republik ini.
ADVERTISEMENT
Masa Depan Pemuda dalam Pemilu
Jika dikatakan "Presiden dan Wakil Presiden tidak akan berpengaruh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara", sehingga dengan pernyataan tersebut seolah 'golput' dalam Pemilu adalah hal yang wajar, nampaknya pernyataan tersebut harus dicerna kembali. Sebab segala keputusan dalam wilayah politik sangat berpengaruh bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Kita mulai dari hal yang paling umum, misalnya harga kebutuhan pokok. Hal tersebut merupakan sebuah kebijakan dalam ranah politik. Selain itu harga BBM yang umum digunakan oleh masyarakat di era maraknya transportasi yang menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) juga diputuskan oleh pemerintah. Ada juga hal yang berkaitan erat dengan pemuda, misalnya pembukaan lapangan perkerjaan yang luas, hal tersebut juga sangat dipengaruhi oleh setiap keputusan dalam wilayah politik. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Badan Pusat Statistik, jumlah pengangguran di Indonesia pada periode bulan Agustus 2023 sudah mencapai 7,86 juta orang. Tentunya jumlah pengangguran di Indonesia tersebut bisa berkurang apabila pemerintah dalam hal ini dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi anak muda Indonesia, hal tersebut tentunya juga ada peran perusahaan swasta dalam membuka lapangan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Bonus Demografi dan Artificial Intelligence
Bonus Demografi adalah sebuah kondisi pada suatu negara, dimana penduduk dengan usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar jumlahnya dibanding dengan usia non produktif (65 tahun keatas). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mengalami bonus demografi sejak tahun 2015 dengan periode puncak bonus demografi tersebut diperkirakan akan terjadi pada periode 2020- 2035. Bonus demografi sebagai bagian dari tahapan transisi demografi merupakan sebuah peluang bagi suatu negara untuk memajukan pembangunan negara pada sektor ekonomi dan sosialnya. Oleh sebab itu besarnya potensi dari bonus demografi perlu dimanfaatkan setiap negara dengan sebuah kebijakan yang mampu memajukan Indonesia dengan terjadinya bonus demografi, misalnya dengan memanfaatkan kreatifitas anak muda sehingga terciptanya lapangan pekerjaan agar kemampuan dan kesempatan dalam bekerja berjalan dengan selaras. Di saat Indonesia sedang mengalami puncak bonus demografi, di sisi lain, saat ini dunia sedang mengalami sebuah transisi ke era digital, hal tersebut bisa dilihat dengan maraknya pekerjaan yang berpotensi akan hilang sebab dapat digantikan oleh Artificial Intelligence (AI). Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah sejenis teknologi di bidang ilmu komputer yang memiliki kemampuan khusus untuk memecahkan masalah. Dengan kehebatan teknologinya, AI ini disebut-sebut dapat membantu pekerjaan manusia. Tentunya, dengan maraknya perkembangan AI, hal tersebut merupakan sebuah keunggulan yang harus bisa dimanfaaatkan dalam dunia kerja agar terjadi digitalisasi sesuai dengan perkembangan zaman, namun perlu diingat, AI pun dapat mengancam pekerjaan yang tadinya hanya dapat dikerjakan oleh manusia, kelak akan dapat digantikan oleh teknologi AI. Arsjad Rasjid, mantan ketua kamar dagang dan industri (Kadin) pernah menyatakan bahwa “Teknologi AI sangat penting dibahas karena menyangkut prediksi di tahun 2030 nanti akan ada 23 juta pekerjaan yang berpotensi untuk digantikan oleh teknologi AI,”. Dengan maraknya pekerjaan yang diprediksi akan dapat digantikan oleh AI, tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi para calon Presiden Republik Indonesia, sebab saat ini Indonesia sedang berada pada fase bonus demografi, dimana usia-usia produktif lebih banyak jumlahnya dibanding usia non produktif. Kendati teknologi AI diprediksi akan dapat menggantikan beberapa pekerjaan yang dilakukan oleh manusia, tentunya akan ada pekerjaan baru yang tercipta dengan hadirnya AI tersebut, tentunya pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang berorientasi pada kemampuan dalam bidang teknologi digital.
ADVERTISEMENT
Oleh sebab itu, anak muda yang saat ini menjadi pemilih terbesar dalam Pemilu tahun 2024, harus bisa menentukan pilihannya kepada para calon Presiden dan calon Wakil Presiden yang mampu beradaptasi terhadap perkembangan zaman ke era digital, sehingga dapat menciptakan sebuah tantangan menjadi sebuah peluang bagi tercapainya Indonesia Emas 2045 sebagaimana yang menjadi cita-cita bersama.
Semoga, dengan adanya Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2024 ini, Indonesia mempunyai pemimpin baru yang adil dan dapat memajukan Bangsa dan Negara, agar tercipta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.