Stress dan Mental Health di Tempat Kerja

Moh Saiful Hakiki
Dosen di Prodi S1 Manajemen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA). Lulus dari S1 Arsitektur dan S2 Manajemen Proyek ITS Surabaya. Bidang Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat: Manajemen Kolaborasi dan Manajemen Keuangan.
Konten dari Pengguna
17 Juni 2023 16:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Moh Saiful Hakiki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by Total Shape from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Image by Total Shape from Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pendahuluan
Di antara Anda pasti pernah merasakan stress (tertekan) di tempat kerja. Tapi tahukah Anda, bahwa stress pada kadar tertentu justru baik bagi Anda dan juga dapat meningkatkan kinerja Anda menjadi sangat baik (berprestasi). Banyak contoh di sekitar kita bagaimana seseorang atau sekelompok orang yang diberikan stimulus berupa tekanan, kemudian dapat terlecut semangatnya untuk berprestasi, misalnya studi kasus tentang kesuksesan Lamborghini dan Ferrari; Manchester City, Manchester United dan Liverpool; Coca Cola dan Pepsi; McDonalds dan Burger King; Star Wars dan Star Trek; Marvel dan DC; dan kasus-kasus lain yang masih bisa digali/dikaji lagi. Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai peran dari stimulus dan persepsi, serta jenis-jenis tekanan (stres), khususnya di dunia pekerjaan, serta pengaruhnya bagi kinerja dan prestasi kita.
ADVERTISEMENT
Langkah-langkah pembahasan pada artikel ini adalah diawali dari pengertian Persepsi, pengertian Stimulus, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai Stress dan jenis-jenisnya, di mana Zero Stress dapat menyebabkan kebosanan dan perilaku mangkir/absen/alpa, Stress yang cukup dapat mengoptimalkan kinerja, dan Stress yang berlebihan dapat menyebabkan kegelisahan, burnout, serta bahkan dapat menyebabkan seseorang mengundurkan diri (resign) dari pekerjaannya.
Persepsi mengenai Half Full dan Half Empty (Image by Gerd Altmann from Pixabay)
Persepsi dan Stimulus
Persepsi adalah proses pengolahan informasi dari seseorang/individu yang terdiri dari proses menerima, menganalisis, menginterpretasikan, memahami dan memaknai sebuah stimulus dari lingkungan kerja.
Stimulus dari lingkungan kerja tersebut dapat berupa kebijakan pemberian imbalan/gaji/reward/ gaya kepemimpinan dalam mempersuasi serta mengawasi pekerjaan, kebijakan alur kerja (SOP), di mana stimulus tersebut diamati oleh karyawan, yang akhirnya mempengaruhi persepsi dari karyawan tersebut terhadap organisasi/perusahaan tempat dia bekerja.
ADVERTISEMENT
Pemahaman mengenai stimulus dan persepsi penting tidak hanya bagi manajer/pimpinan, namun juga penting bagi karyawan, agar pimpinan dan anggota dapat melakukan telaah/pengolahan informasi secara kognitif mengenai apa yang sedang terjadi di tempat kerja, sehingga pimpinan dan anggota dapat menjalankan pekerjaan sehari-hari sesuai rel/jalur yang disepakati dan tentunya bersama-sama mencapai tujuan organisasi/perusahaan.
Persepsi yang baik dari anggota organsiasi mengenai dukungan organisasi bagi dirinya dan bagi pekerjaannya akan mempengaruhi sikap dan kepuasan kerja dari anggota organisasi tersebut. Di antara pengaruh baik dari persepsi positif tersebut di antaranya:
• Anggota perusahaan menjadi disiplin dalam bekerja.
• Anggota perusahaan lebih berkomitmen dalam bekerja.
• Terbentuknya karakter anggota organisasi menjadi individu yang baik dan rajin bekerja.
ADVERTISEMENT
• Kinerja/hasil kerja yang baik sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya, baik dalam kualitas maupun kuantitas.
Persepsi dan Stress
Persepsi pada tingkatan individu juga dapat menjadi sumber lahirnya stress. Tiga faktor yang menjadi faktor penyebab stres, di antaranya:
1. Faktor lingkungan, berupa kondisi yang tidak pasti, kebijakan politik/sosial di kantor yang tidak stabil, dan kondisi perkembangan teknologi/alat pendukung pekerjaan yang tidak pasti.
2. Faktor organisasi, berupa tuntutan tugas, tuntutan peran (role conflict, role ambiquity, role overload), tuntutan sesama rekan kerja, struktur organisasi, kepemimpinan, dan siklus organisasi.
3. Faktor individu, berupa masalah keluarga dan masalah ekonomi yang sedang dihadapi, serta jenis/tipe kepribadian dari individu tersebut.
Persepsi mengenai dukungan organisasi sangat dibutuhkan oleh karyawan, agar karyawan bersemangat dalam menjalankan pekerjaan. Persepsi tersebut di antaranya berupa stimulus dalam bentuk penghargaan, kepedulian, tunjangan kesehatan, dan benefit berupa gaji (kesejahteraan). Persepsi karyawan yang positif mengenai perusahaan akan menurunkan tingkat stress, begitu pula sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Stimulus, Respon, dan Stress
Di dalam teori stimulus, stress (tekanan) diartikan sebagai kekuatan yang merangsang dan menekan individu, sehingga individu akan memberikan respon terhadap tekanan tersebut. Sementara dalam teori respon, stress diartikan sebagai tanggapan yang bersifat fisiologis, psikologis, dan perilaku dari individu terhadap tekanan dari lingkungan, di mana individu bersikap waspada terhadap stimulus tekanan tersebut sebagai faktor eksternal yang dapat membahayakan.
Jika digabungkan keduanya antara stimulus dan respon, stress diartikan sebagai akibat/ pengaruh yang bersifat timbal balik (dua arah) antara rangsangan tekanan dari lingkungan dan respon dari individu, sehingga dapat disimpulkan bahwa stress dapat terjadi ketika seorang individu mempersepsikan bahwa dirinya sedang mendapat stimulus berupa tekanan dari lingkungan kerja, baik dalam tingkatan yang rendah, sedang, maupun tinggi.
ADVERTISEMENT
Berikut ini hubungan antara tingkat Stress dengan kinerja anggota organisasi:
1. Tanpa adanya stimulus berupa tekanan (kondisi di mana beban kerja terlalu rendah), seorang individu akan mengalami kebosanan, penurunan motivasi kerja, alpa/mangkir kerja, dan kelesuan dalam bekerja.
2. Sementara stress pada tingkat yang tidak terlalu tinggi/optimum akan memiliki dampak positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi dan kinerja.
3. Sedangkan stres yang terlalu tinggi disebut sebagai burnout, akan menimbulkan ketidakpuasan dalam bekerja, menurunkan performa kerja, menimbulkan rasa gelisah dan depresi. Seperti dijelaskan pada diagram di atas.
Diagram Hubungan antara Tingkat Tekanan/Stress Level dengan Kebosanan, Kinerja Optimal dan Burnout (Sumber: https://delphis.org.uk/peak-performance/stress-and-the-pressure-performance-curve/)
Jenis-jenis gejala stres berupa burnout yang dialami sebagai akibat dari persepsi terhadap stimulus tekanan/stress/beban kerja yang terlalu besar, di antaranya:
• Gejala fisiologis, berupa pusing kepala, tekanan darah tinggi, dan gangguan jantung.-
ADVERTISEMENT
• Gejala psikologis, berupa sikap murung, berkurangnya kepuasan kerja, dan gejala kecemasan/ gelisah.
• Gejala perilaku, berupa turunnya produktivitas kerja, tidak masuk kerja, dan jumlah karyawan yang mengundurkan diri akan menjadi tinggi.
Penutup
Persepsi memiliki peran krusial dalam pengaruhnya terhadap organisasi, baik pada tingkat individu maupun kelompok. Persepsi merupakan proses pengolahan informasi yang melibatkan penerimaan, analisis, interpretasi, pemahaman, dan pemaknaan stimulus dari lingkungan kerja. Pada tingkat individu, persepsi terhadap dukungan organisasi mempengaruhi sikap kerja seperti kedisiplinan, kepuasan, dan komitmen terhadap perusahaan. Pada tingkat kelompok, karyawan dengan sikap positif ini dapat meningkatkan prestasi organisasi secara keseluruhan. Namun, persepsi juga dapat menjadi sumber stres. Faktor lingkungan, organisasi, dan individu memainkan peran dalam mempengaruhi persepsi terhadap beban kerja. Dukungan organisasi yang positif dapat mengurangi tingkat stres, sedangkan persepsi terhadap tekanan kerja yang berlebihan dapat menyebabkan burnout. Gejala stres seperti fisiologis, psikologis, dan perilaku dapat muncul akibat persepsi terhadap beban kerja yang terlalu besar. Manajemen perlu memperhatikan faktor-faktor ini untuk menciptakan lingkungan kerja yang seimbang dan mendukung prestasi/peningkatan karir anggota.
ADVERTISEMENT