Takut Dibilang Salah, Terus Khawatir dan Mencari Pembenaran

Gilang Ramadhan
Pengajar - Penulis - S1 Bahasa dan Sastra Indonesia - Warga Gang Mangga Garis Lurus
Konten dari Pengguna
19 Desember 2023 12:31 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gilang Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi panik.  Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi panik. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam perjalanan kehidupan, seringkali kita terjebak antara dua hal yang berlawanan: takut dibilang salah dan keinginan untuk mencari-cari pembenaran. Kedua hal ini sering menjadi pemicu konflik internal yang menghambat kemajuan kita.
ADVERTISEMENT
Ketakutan akan disalahkan adalah sesuatu yang melekat pada keberadaan manusia. Ada keinginan bawaan untuk dihormati, diterima, dan tidak mengecewakan orang lain. Takut membuat kesalahan merupakan manifestasi dari kekhawatiran akan penilaian orang lain terhadap tindakan atau keputusan yang diambil. Ini bisa berasal dari berbagai faktor, mulai dari tekanan sosial, harapan diri sendiri, hingga pengalaman masa lalu.
Tak jarang, ketakutan ini menyebabkan kita mengekang diri untuk tidak mengambil risiko atau berinovasi. Kita cenderung memilih yang aman dan terjaga, meskipun itu mungkin tidak membawa kita ke arah yang diharapkan. Kita mungkin terjebak dalam zona nyaman, takut akan reaksi orang lain jika kita melakukan langkah-langkah yang di luar kebiasaan atau norma yang telah terbentuk.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, mencari-cari pembenaran seringkali menjadi upaya alami untuk meredakan kecemasan kita terhadap kesalahan yang mungkin kita buat. Ini bisa menjadi perangkap karena kita cenderung mencari alasan untuk melegitimasi tindakan kita, terlepas dari kebenaran atau kesalahan yang sebenarnya. Ini sering kali merupakan cara untuk memperhalus kesalahan kita kepada diri sendiri dan orang lain.
Mencari pembenaran bisa menjadi kebiasaan yang buruk. Alih-alih mengakui kesalahan dan belajar darinya, kita mencari pembenaran untuk meyakinkan diri sendiri bahwa tindakan kita adalah hal yang tepat atau setidaknya bisa dimaklumi. Ini seringkali menghalangi pertumbuhan pribadi kita dan menghambat perkembangan menuju kesadaran diri yang lebih baik.
Pertanyaannya adalah, bagaimana kita menemukan keseimbangan antara takut dibilang salah dan mencari pembenaran yang berlebihan?
ADVERTISEMENT
Pertama, penting untuk menyadari bahwa kesalahan adalah bagian dari kehidupan. Tidak ada yang sempurna, dan setiap orang pernah membuat kesalahan. Ini adalah bagian alami dari proses belajar. Mengubah perspektif terhadap kesalahan dari sesuatu yang menakutkan menjadi kesempatan untuk belajar adalah langkah pertama untuk meredakan ketakutan kita.
Kedua, penting untuk memiliki kemampuan untuk mengakui kesalahan. Ini bukanlah tanda kelemahan, tetapi justru menunjukkan keberanian dan kedewasaan. Ketika kita mampu mengakui kesalahan kita, kita juga membuka jalan untuk memperbaikinya.
Ketiga, jangan terjebak dalam siklus mencari pembenaran yang tak berujung. Bila kita sadar telah melakukan kesalahan, lebih baik fokus pada pembelajaran darinya daripada membuang waktu mencari pembenaran yang mungkin tidak valid.
Keempat, terimalah tanggung jawab atas tindakan kita. Hal ini tidak hanya berlaku untuk kesalahan yang kita buat, tetapi juga untuk tindakan kita di masa depan. Mengambil tanggung jawab akan membantu kita tumbuh sebagai individu yang lebih bertanggung jawab dan sadar.
ADVERTISEMENT
Kelima, belajarlah untuk memaafkan diri sendiri. Terlalu keras pada diri sendiri atas kesalahan yang telah kita buat hanya akan memperburuk situasi. Alih-alih menyalahkan diri terus-menerus, belajarlah dari kesalahan dan bergerak maju dengan tekad yang lebih kuat.
Pada akhirnya, perjalanan antara takut dibilang salah dan mencari pembenaran adalah proses yang kompleks. Ini membutuhkan kesadaran diri, kesabaran, dan keberanian diri untuk melangkah maju. Dengan mengubah pandangan kita terhadap kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar dan tumbuh, kita dapat menemukan keseimbangan yang lebih baik antara perasaan takut dan upaya pencarian pembenaran yang kontraproduktif.