Mengapa Kita Sangat Mudah Percaya Berita Hoaks?

Gideon Budiyanto
Sarjana Teologia (S.Th.) di bidang pastoral/konseling. Profesi : Karyawan Swasta dan Penulis. Anggota Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Tangerang Selatan dan ISP NULIS
Konten dari Pengguna
24 Juli 2021 21:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gideon Budiyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by memyselfaneye from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Image by memyselfaneye from Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita tentu masih ingat pernyataan dari dr. Lois Owien mengenai tidak percaya adanya virus Covid-19 dan para korban yang meninggal akibat virus tersebut ternyata diduga akibat interaksi obat saja.
ADVERTISEMENT
Masyarakat tentu saja menjadi geger akibat ulah dr. Lois itu, bahkan banyak yang mempercayainya. Para pemuja teori konspirasi juga merasa semakin mendapat angin segar, apalagi bagi orang-orang yang memang menolak vaksin, makin merasa tidak membutuhkan karena ternyata menurut dr. Lois, Covid-19 tidak pernah ada.
Dan, memang tidak butuh waktu lama, pernyataan dr. Lois itu akhirnya memakan korban seperti yang kita baca di berita-berita media.
Pernyataan hoaks yang disampaikan oleh dr. Lois tentu saja bukan hoaks pertama yang kita percaya begitu saja mentah-mentah. Ada begitu banyak berita hoaks yang beredar di sana sini yang langsung dipercaya serta turut serta menyebarkan tanpa mengerti serta memahami konsekuensi yang menyertainya.
Pertanyaannya sekarang adalah, mengapa sih kita begitu mudah percaya akan berita hoaks?
ADVERTISEMENT
Pertama, narasi yang disampaikan berita hoaks biasanya terkesan bombastis, spektakuler, mengejutkan serta berbeda dari pandangan umum yang ada.
Kita mungkin merasa hidup begitu monoton dengan persoalan itu-itu saja yang tidak terselesaikan, apalagi di masa pandemi, himpitan hidup semakin berat dan kita butuh pelampiasan atau hal yang bisa dibuat sekadar sebagai pengalihan. Berita hoaks yang bombastis itu seakan bisa menjadi alternatif ‘hiburan’ buat kita sehingga teralihkan sejenak dari kebosanan serta himpitan hidup.
Kedua, malas mencari sumber alternatif yang kredibilitas dan kebenarannya bisa dipertanggung jawabkan.
Kemalasan mencari sumber berita lain membuat kita begitu saja mudah percaya berita hoaks apalagi
kita sering kali mempunyai mindset bahwa kalau sudah mempercayai sesuatu yang kita suka tidak akan mudah dipatahkan apalagi kebenarannya terkadang bertentangan dengan apa yang kita percayai.
ADVERTISEMENT
Ketiga, malas membaca.
Ini memang menjadi kelemahan kita yang paling mendasar padahal dengan banyak membaca, wawasan kita akan lebih luas, juga pengetahuan kita. Kita juga akan mudah memilah-milah berita yang benar dan tidak sehingga tidak gampang percaya begitu saja berita yang kita dengar atau baca.
Membaca juga merupakan salah satu cara supaya otak selalu sehat dan produktif.
Jadi, mari kita sama-sama belajar menjadi orang yang cerdas dan kritis dalam menilai segala hal di sekeliling kita dengan tidak begitu saja mempercayai setiap berita yang mampir di telinga dan mata kita.