Perkuat Peran Keluarga, Cegah Stunting

I Gede Alfian Septamiarsa
Pranata Humas Ahli Muda - Sub Koordinator Komunikasi Pimpinan Biro Administrasi Pimpinan Setdaprov Jatim
Konten dari Pengguna
30 Juni 2023 12:45 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari I Gede Alfian Septamiarsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keluarga (sumber foto : freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Keluarga (sumber foto : freepik.com)
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil yang memiliki peranan penting dalam pembangunan bangsa. Termasuk di dalamnya menjadi garda depan dalam upaya penurunan prevalensi dan pencegahan stunting.
Melalui penguatan peran keluarga inilah dapat mempercepat penurunan angka stunting di Indonesia. Ini sejalan dengan tema Peringatan Harganas tahun 2023 yaitu "Menuju Keluarga Bebas Stunting Untuk Indonesia Maju". 
Sebagai informasi, kondisi stunting ditandai dengan panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar usia anak seharusnya. Di Indonesia, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka prevalensi stunting 21,6 persen atau satu di antara lima anak Indonesia mengalami stunting.
Seluruh keluarga perlu merefleksikan nilai-nilai yang mampu menguatkan peran dan kualitas sebuah keluarga dalam upaya awal pencegahan stunting. Pasalnya, pencegahan stunting sejatinya dimulai sejak seorang calon ibu masih dalam usia remaja.
ADVERTISEMENT
Peningkatan pengetahuan dan pemahaman keluarga berperan penting untuk pencegahan stunting dan mempersiapkan anak agar tumbuh kembang optimal menjadi generasi maju.
Setiap anggota keluarga memiliki andil besar dalam pencegahan stunting. Karena, kesehatan dan pemenuhan gizi seimbang calon ibu akan berdampak signifikan terhadap janin yang nanti akan dikandungnya. 
Bagaimana keluarga mampu mencukupi kebutuhan zat besi, vitamin, gizi dari anak-anak yang ada di keluarga mereka, terutama remaja-remaja putri? Inilah yang perlu diperhatikan keluarga. 
Saat telah siap berumah tangga dan menjadi calon ibu, gizi mereka pun harus terpenuhi, dan bagi remaja putra memiliki pengetahuan seperti ini adalah bekal bila sudah jadi suami, calon ayah atau sudah menjadi ayah. Maka pemenuhan gizi dan menjaga kesehatan anak adalah bagian dari kewajiban.
ADVERTISEMENT
Di Provinsi Jawa Timur sendiri, Pemerintah Provinsi bersama PKK dan BKKBN tengah menjalankan program-program yang diharapkan mampu berdampak signifikan terhadap penurunan angka stunting di Jatim. Yaitu lewat program Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) dan Sekolah Lansia Tangguh (Selantang). 
Program ini berupaya memberikan edukasi kepada orang tua untuk mengetahui bagaimana merawat dan mendidik anak dengan baik, terutama di 1000 hari pertama kehidupan. SOTH ini memiliki kurikulum yang terpadu dan tersusun secara komprehensif. Ada dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, dan lainnya.
Dengan langkah-langkah yang dilakukan melalui pendekatan ke keluarga, berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Jatim, prevalensi stunting Jatim terus mengalami penurunan. Tahun 2020, prevelensi stunting di Jatim mencapai 25,6 persen. Kemudian tahun 2021 menurun menjadi 23,5 persen, dan di tahun 2022 kembali turun dan menjadi 19,2 persen. 
ADVERTISEMENT
Meskipun angka ini sudah dibawah standar WHO yaitu di angka 20 persen, tetapi targetnya di tahun 2024 Provinsi Jatim bisa menyentuh angka 14 persen. Sebagaimana yang ditargetkan Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo Sp.OG (K) target penurunan stunting 14 persen pada 2024.
Pada akhirnya, komitmen bersama seluruh lapisan masyarakat dalam upaya penguatan peran keluarga guna percepatan penurunan stunting harus terus diperkuat, sehingga menjadi daya ungkit keberhasilan program dan penguatan komitmen bersama menurunkan stunting.
Penulis : I Gede Alfian Septamiarsa, S.Sos, M.I.Kom
Jabatan : Pranata Humas Ahli Muda Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur