Pengelo Destinasi Wisata Berbasis Masyarakat Menunggu Prototype New Normal

Gede Gandhi
Seorang petualang
Konten dari Pengguna
6 Juni 2020 14:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Gede Gandhi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Wayan Puspa Negara selaku Praktisi pariwisata Legian - Bali
zoom-in-whitePerbesar
Wayan Puspa Negara selaku Praktisi pariwisata Legian - Bali
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gubernur Bali I Wayan Koster secara tegas mengatakan belum bisa membuka akses pariwisata di seluruh Bali. Hal ini disebabkan masih terjadinya kasus positif dan transmisi lokal di Bali. Namun sesungguhnya, Bali yang menjadi provinsi terbaik di Indonesia mau tidak mau harus segera memasuki era new normal.
ADVERTISEMENT
Praktisi pariwisata Legian Bali Wayan Puspa Negara mengatakan, hingga saat ini belum ada semacam guideline atau Prototype era new normal di Bali.
“Sekarang sudah banyak destinasi yang berbasis masyarakat atau yang dikelolah masyarakat menunggu panduan atau guideline dari pemerintah bagaimana menerapkan new normal di bidang pariwisata. Sekarang kami di Legian juga menunggu panduan dari pemerintah, bagaimana menerapkan new normal di destinasi pariwisata,” ujarnya di Denpasar, Rabu (3/6).
Menurutnya, saat ini masih ada sekitar 5 ribu wisatawan yang tidak pulang ke negaranya karena Covid-19. Saat ini mereka sudah jenuh tinggal di hotel dan mereka ingin agar pemerintah segera membuka akses wisata. Bahkan, di beberapa destinasi pantai misalnya, banyak wisatawan yang akhirnya keluar ke pantai sekedar refreshing. Kondisi ini bisa dimaklumi karena sesungguhnya para pengelolah destinasi menunggu panduan protokol Covid-19 untuk memasuki destinasi pariwisata.
ADVERTISEMENT
Pria yang menjabat sebagai Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa Legian Bali ini mengatakan, destinasi yang dikelolah desanya memamg belum bisa dibuka untuk umum. “Selama ini banyak yang bertanya, apakah pantai di Legian lebih penting untuk orang asing atau lokal. Ini pertanyaan yang sangat serius. Namun sesungguhnya, persoalannya bukan untuk orang asing atau lokal, tetapi semuanya harus memenuhi protokol kesehatan di era new normal,” ujarnya.
Protokol new normal itu harus segera dikeluarkan oleh pemerintah. Misalnya, bagaimana wisatawan selama di sebuah destinasi, dimana tempat cuci tangan, bagaimana jarak, bagaimana harus bertransaksi, bagaimana berinteraksi dan sebagainya. Panduan itu harus seragam, karena turis itu perlu safety, perlu health, perlu kepastian, perlu keamanan dan seterusnya.
ADVERTISEMENT