Chavin De Huantar, Kota Religi di Dataran Tinggi Peru

Sarah Salma
Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia Jakarta
Konten dari Pengguna
26 April 2021 9:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sarah Salma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dataran tinggi Peru, Amerika Selatan. Sumber : istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Dataran tinggi Peru, Amerika Selatan. Sumber : istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Chavin de Huantar merupakan situs arkeologi yang sudah tercatat UNESCO sebagai situs warisan dunia yang terletak di Peru, Amerika Selatan, yang berkembang antara abad ke 15 dan ke 5 SM. Situs ini merupakan tempat yang sangat menarik perhatian publik serta penyelidikan arkeologis. Chavin terletak di pegunungan sekitar 3.200 meter di atas permukaan laut dan merupakan situs arkeologi terkenal dari peradaban Andes.
ADVERTISEMENT
Tempat ini memiliki daya tarik di bidang seni pahat pada batu yang menarik sejak abad ke 11. Menurut Paul G. Bahn seorang arkeolog pada buku Incredible archaeology, situs ini dibangun sekitar 1200 SM dan berlangsung hampir satu milenium. Di sana terdapat permukiman manusia yang tumbuh dan berkembang yang mencapai 3000 penduduk, selama itu juga arsitektur di sana mengalami perluasan.
Daerah yang sangat luas dan besar tersebut terdiri dari bangunan-bangunan yang terbuat dari batu yang dicampur dengan lumpur agar kokoh. Sehingga tidak aneh jika tempat ini dahulu merupakan pusat keagamaan dan situs ziarah terkenal di pegunungan Andes. Situs keagamaan yang paling penting di sana berada di Lembah Mosna yang mana telah digunakan selama lebih dari lima abad.
Reruntuhan kuil Chavin. Sumber : istockphoto.com
Chavin de Huantar menampung banyak orang-orang dari berbagai daerah, bahasa, dan menjadikan tempat ini sebagai tempat paling berpengaruh dalam penyebaran ideologis, kebudayaan, agama yang tersebar di wilayah Andes. Tidak heran, jika di sana mencapai puncak populasi sampai 2000-3000 dan mencakup sekitar 100 hektare. Banyak sekali peninggalan-peninggalan bekas tempat ibadah seperti kuil-kuil, kompleks bangunan yang sekarang merupakan reruntuhan berbentuk batu persegi yang di dindingnya terdapat pahatan serta relief-relief yang menggambarkan di antaranya makhluk hibrida yang menggabungkan manusia, kucing, burung pemangsa, dan reptilia atau dapat melambangkan penglihatan supranatural.
ADVERTISEMENT
Menurut Mark Cartwright dalam karyanya di acient.eu Chavin terdapat di antara dua sungai yaitu Mosna dan Wacheksa dan mengalami longsor. Longsor tersebut meninggalkan tanah subur serta lumpur. Karena terdapat banyak pasokan batu serta air lalu dibuatlah proyek pembangunan monumental yang masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Letak geografis Chavin de Huantar terletak di puncak gunung yang memiliki makna penting dan religius. Konon, mereka percaya semakin tinggi tempat peribadatan mereka maka semakin dekat dengan para dewa. Mereka akan mudah menghubungi para dewa yang memegang kekuasaan atas kota Chavin. Lantas, bagaimana cara mereka menyembah para dewa? Dikutip dari early American histori museum, di dataran tinggi itu terdapat kuil khusus yang mereka ciptakan sebagai huaca (objek yang mewakili sesuatu yang dihormati) dan mereka membawa persembahan terbaik. Tidak ada seorangpun yang tidak bersedia melakukan pekerjaan apapun demi mempertahankan huaca, karena hal itu bertujuan untuk memastikan keselamatan para dewa dan roh.
ADVERTISEMENT
Chavin ini juga berstatus sebagai pusat segala jenis agama, namun ironisnya agama Chavin sendiri sedikit-sedikit menghilang yang disebabkan oleh aspek-aspek yang memengaruhi inti ajaran agama yang berada di wilayah Andes. Dari semua peninggalan religius dari agama Chavin terdapat tiga artefak yang mungkin menggambarkan para dewa di antaranya :
1. Lanzon
Lanzon merupakan monolit yang menggambarkan humanoid kucing. Monolit setinggi 4,5 meter ini terdapat di dalam kuil tua yang mana menunjukkan makhluk gaib dengan tangan dan cakar seperti kucing yang dihiasi ular.
2. Tello Obelisk
Monolit yang ditemukan oleh Julio C. Tello ini digambarkan seperti makhluk ular besar seperti cayman (ular tropis besar) yang sering menggambarkan dewa kuna yang kuat dan menjadi dewa kebinatangan yang diwakili oleh cayman dan ular
ADVERTISEMENT
3. Dewa Tongkat
Monolit ini digambarkan seperti kucing yang menyerupai kepala ular yang sedang memegang tongkat di tangannya. Dewa tongkat ini disebut juga dewa staf yang merupakan dewa utama dalam budaya Andes. Dalam peradaban suku inca lebih dikenal dengan nama Viracocha.
Lanzon. Sumber : istockphoto.com
Dari peninggalan-peninggalan di atas bisa kita percayai bahwa status keagamaan Chavin de Huantar sebagai pusat religius memiliki agama yang kuat dan jelas. Kota religi ini mengalami kemunduran sekitar abad ke 3 M disebabkan oleh cuaca yang ekstrem dan gejala alam. Meskipun mengalami kemunduran tetapi banyak mewariskan artisik abadi yang berpengaruh pada peradaban Andes berikutnya.