Kebenaran Setengah Hati, Indonesia Tidak akan Belajar Apa-Apa dari Pandemi

Konten dari Pengguna
19 Oktober 2020 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Firdza Radiany tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Coba kita tanya ke kebanyakan orang-orang Indonesia, apakah yang membuat Indonesia akhirnya merdeka dari penjajahan?
ADVERTISEMENT
Niscaya kita akan menemui jawaban-jawaban luhur nan klise :
Jika kita tambahkan poin ke 5 adalah "karena bantuan energi dari jelmaan Burung Garuda" dan poin ke 6 "kita bangsa Atlantis" pun, rakyat akan percaya. Diamini juga oleh orang-orang pintar bergelar Sarjana.
Peristiwa Rengasdengklok (Foto: Wikimedia Commons)
Kita tidak terbiasa dididik, mengerti dan memahami bahwa sebuah usaha itu selain ada hal-hal luhur untuk penyemangat jiwa, kita membutuhkan strategi dan alasan-alasan yang logis.
Kita tidak pernah benar-benar tahu apa strategi Soekarno-Hatta dalam melakukan "perang diplomasi".
Ternyata sebuah perang atau penjajahan bisa diselesaikan bukan adu bambu runcing versus butir peluru. Atau bahkan perang #hashtag.
ADVERTISEMENT
Ternyata sebuah perang atau penjajahan diselesaikan dengan sebuah metode atau prosedur bernama diplomasi.
Lalu ada menyeletuk, "terkutuklah para Bapak Pendiri yang melakukan perjanjian perdamaian dengan bangsa iblis yang sudah menindas, membunuh dan membuat rakyat kita sengsara selama berabad-abad. Dimana harga diri bangsa ini!"
Sejatinya, pola pikir atas celetukan diatas adalah sebuah 'Kesengsaraan Abadi' sesungguhnya.
Pola pikir superficial yang abadi, karena menjadi sebuah 'Kesadaran Kolektif' sedjak doeloe hingga kini.
Kebenaran Setengah Hati saat Pandemi
Pelanggaran Protokol Kesehatan saat kegiatan Pilkada Medan. Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Pandemi COVID-19 sudah berlangsung hampir 8 bulan di Indonesia.
Alih-alih melakukan pendekatan sesuai metode atau prosedur sains dan data, Indonesia memilih melakukan pendekatan-pendekatan kebijakan berbasis kesadaran magis, asumsi dan militer.
Tidak pernah ada Road Map Plan Penanganan Pandemi yang jelas dan kuat. Yang ada hanyalah :
ADVERTISEMENT
Pun dengan transparansi data, seperti setengah hati penyampaiannya. Jika tidak mau dibilang bahwa telah terjadi atraksi sulap data.
Jika kebenaran data sudah setengah hati, bagaimana mungkin penanganan pandemi akan sepenuh hati.
Faktor X - Faktor Pelindung Indonesia, namun tidak bisa dijelaskan dan dikuantifisir.
Indonesia selalu berhasil melewati situasi-situasi krisis (baik ekonomi, sosial, politik, kesehatan, dll), namun entah kenapa situasi krisis di Indonesia selalu lebih baik daripada situasi krisis negara lainnya.
Seperti ada Faktor X ; Faktor ajaib yang melindungi bangsa ini.
Mungkin Faktor X tersebut adalah kombinasi dari kultur sosial masyarakat, keberuntungan, bentuk kepualauan negara Indonesia, rasa optimis yang kuat, jiwa bersyukur yang tinggi, dan apa saja silahkan isi.
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang tahu dan bisa menjelaskan apa sih sebenarnya Faktor X ini.
Ajaibnya, Faktor X ini jugalah yang memungkinkan kenapa kondisi pandemi di Indonesia tidak seburuk negara dengan populasi besar sejenis.
Oh tentu saja mungkin karena jumlah testing dan tracing yang belum adekuat, sehingga data yang ditampilkan berupa ilusi-ilusi.
Jalan pintas vaksin menyelesaikan pandemi.
Indonesia tidak terbiasa menyelesaikan masalah dengan metode atau prosedur yang sudah ada. Kalau bisa potong jalur kenapa tidak?
Masyarakat Indonesia juga terobsesi dengan artikel-artikel yang dimulai dengan kalimat "Cara Cepat Melakukan..."
Seperti :
ADVERTISEMENT
Indonesia tidak pernah percaya akan sebuah proses. Hasil akhir selalu yang diidamkan. Sehingga Indonesia memilih jalan pintas untuk mengakhiri pandemi dengan strategi vaksin ; yang tentu saja menggunakan slogan "Kalau Bisa 3 Bulan Lagi Jadi". Padahal idealnya pembuatan vaksin membutuhkan waktu bertahun atau berdekade lamanya.
Indonesia terbiasa "membeli" hasil akhir.
Sekali lagi, Indonesia akan selamat dari krisis, namun tidak tahu kenapa Indonesia bisa selamat
Apapun strategi yang dipilih oleh Indonesia untuk mengakhiri krisis pandemi, tenang saja Indonesia yakin pasti akan bisa melewatinya.
Kenapa bisa seyakin itu? Menggunakan kesadaran magis yang akut di society Indonesia, saya akan menjawab 'Ya pokoknya yakin aja, aku yakin apa yang aku yakini.'
Meski akan menempuh waktu yang lama untuk menyelesaikan pandemi, misal 2-3 tahun lagi, Indonesia pasti akan bisa melaluinya.
ADVERTISEMENT
Kenapa selama itu?
Karena Indonesia sejak awal pandemi memilih jalur memutar yang sangat jauh untuk menghadapi pandemi, secara terburu-buru dan tanpa dipandu "Google Maps" yang bernama "Scientific Approach".
Kelak, di masa depan anak-anak Indonesia akan mencari tahu dan mempelajari 'Apa dan bagaimana Indonesia berhasil melewati krisis pandemi?'
Knowledge Management System di Indonesia pada akhirnya akan menjawab hal-hal luhur, klise dan jargon-jargon lama seperti karena :
Sementara di masa depan juga, anak-anak Singapore akan mencari tahu dan mempelajari 'apa dan bagaimana Singapore berhasil melewati krisis pandemi?'
Knowledge Management System di Singapore pada akan menjawab hal-hal saintifik seperti :
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, Indonesia tidak akan belajar apa-apa dari pandemi COVID-19.
Dan Indonesia tidak akan pernah siap, saat pandemi virus baru mengancam Indonesia lagi di masa depan.
--
Oleh :
Firdza Radiany
Inisiator @pandemictalks
Analis Data dan Praktisi Marcomm