Melawan Perubahan Iklim dengan Buku Tabungan

firdauscahyadi
Firdaus Cahyadi. Direktur Yayasan SatuDunia. Konsultan knowledge management, monitoring dan evaluasi, analisis media untuk organisasi masyarakat sipil.
Konten dari Pengguna
23 Agustus 2021 14:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari firdauscahyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambarL veeterzy, @veeterzy, https://unsplash.com/photos/UwBrS-qRMHo
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambarL veeterzy, @veeterzy, https://unsplash.com/photos/UwBrS-qRMHo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Jika, pada kenyataannya, permukaan laut naik dua setengah kaki lagi (sekitar 0,7 meter), Anda akan melihat jutaan orang bermigrasi, memperebutkan tanah yang subur,” kata Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, seperti dikutip berbagai media beberapa waktu yang lalu, “Apa yang terjadi di Indonesia jika perkiraannya benar bahwa, dalam 10 tahun ke depan, mereka mungkin harus memindahkan ibu kotanya karena akan tenggelam?”
ADVERTISEMENT
Sialnya, bukan hanya Jakarta yang diramal akan tenggelam akibat perubahan iklim. Menurut kajian dari Kepala Laboratorium Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, Heri Andreas, bukan hanya Jakarta yang diproyeksikan bakal tenggelam. Ada 112 kabupaten kota yang terancam tenggelam akibat perubahan iklim.
Celakanya lagi, menurut laporan Badan PBB, Panel Antar-pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel Climate Change/IPCC), perubahan iklim akan lebih cepat terjadi. Artinya, mungkin bukan lagi anak cucu kita yang akan menjadi saksi tenggelamnya Jakarta dan kota-kota pesisir lainnya di Indonesia. Kita bisa saja yang akan menyaksikannya sendiri.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan untuk melawan perubahan iklim? Kita bisa melawan perubahan iklim dengan buku tabungan. Ya, buku tabungan yang mendokumentasikan sejumlah uang kita yang tersimpan di bank.
ADVERTISEMENT
Lha, apa kaitannya perubahan iklim dengan buku tabungan?
Sebuah laporan lembaga yang berbasis di Jerman, ada 6 (enam) bank nasional Indonesia tercatat masih memberi pinjaman ke perusahaan batu bara, selama periode Oktober 2018 hingga Oktober 2020. Bukan sebuah rahasia lagi batu bara adalah energi kotor yang menyebabkan krisis iklim di bumi.
Apa saja bank yang masih mendanai energi kotor batu bara itu. Menurut laporan, keenam bank nasional tersebut adalah Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, BTN, dan Indonesia Eximbank. Selengkapnya laporan bank-bank yang masih mendanai energi kotor batu bara dapat dilihat di artikel BANK NASIONAL INDONESIA MASIH BELUM BERALIH KE PENDANAAN INDUSTRI BERKELANJUTAN, http://theprakarsa.org/bank-nasional-indonesia-masih-belum-beralih-ke-pendanaan-industri-berkelanjutan/.
Salah satu bank yang masih mendanai proyek energi kotor batu bara, penyebab perubahan iklim, tapi agresif menjaring nasabah dari kalangan anak muda itu adalah BNI. "Ironis, BNI yang katanya memiliki produk yang sesuai untuk anak muda, justru ikut serta membunuh masa depan anak muda melalui pendanaannya di proyek batu bara," ungkap Koordinator Indonesia Team Leader 350.org Sisilia Nurmala Dewi dalam sebuah siaran pers saat peringatan HUT RI ke-76 lalu. 350.org adalah sebuah organisasi lingkungan hidup internasional yang memiliki fokus pada krisis iklim.
ADVERTISEMENT
Dengan buku tabungan itu, kita bisa memilih akan tetap menyimpan uang di bank-bank yang masih mendanai energi kotor batu bara atau di bank-bank yang sudah bersih dari pendanaan energi kotor itu? Kendali ada di tangan kita.