Kala Bank BUMN Hambat Transisi Energi Terbarukan

firdauscahyadi
Firdaus Cahyadi. Direktur Yayasan SatuDunia. Konsultan knowledge management, monitoring dan evaluasi, analisis media untuk organisasi masyarakat sipil.
Konten dari Pengguna
1 September 2021 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari firdauscahyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber foto: https://unsplash.com/photos/ICNI2HX2Wvo
zoom-in-whitePerbesar
Sumber foto: https://unsplash.com/photos/ICNI2HX2Wvo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagaimana nasib kita 5-10 tahun ke depan, di saat perubahan iklim menghampiri kita? Tidak ada yang tahu. Tapi yang jelas krisis iklim telah membuat negara-negara maju berlomba menghentikan penggunaan energi fosil, termasuk batu bara.
ADVERTISEMENT
Jerman misalnya, menargetkan tidak lagi memakai PLTU batu bara pada 2030. Lantas, bagaimana dengan Indonesia?
Jika tidak mau ketinggalan, Indonesia juga harus mulai secara serius merencanakan transisi energi terbarukan. Terlebih Indonesia memiliki sumber energi terbarukan itu. Sumber energi terbarukan yang ada di Indonesia itu, antara lain, energi matahari, angin, gelombang dan pasang surut air laut.
Jika semua sumber energi terbarukan itu bisa dimanfaatkan Indonesia akan bisa melampaui negara-negara maju tersebut. Energi terbarukan bukan saja akan menghantarkan Indonesia menuju ketahanan namun juga kedaulatan energi.
Sayangnya, menurut Koordinator 350.0rg untuk Indonesia, Sisilia Nurmala Dewi, dalam siaran persnya hari ini (1/9), transisi energi terbarukan di Indonesia terhambat bukan hanya oleh lemahnya kemauan politik pemerintah tapi juga komitmen bank-bank nasional untuk mewujudkannya.
ADVERTISEMENT
Sektor perbankan nasional, menurut Sisil, masih belum menghentikan pendanaannya untuk proyek-proyek energi kotor batubara. “Padahal sudah jelas bahwa batubara adalah penyebab krisis iklim,” lanjut Sisil, “Bahkan tujuh negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 telah sepakat menghentikan pendanaan internasional untuk proyek batubara pada akhir tahun ini.”
Saat dunia internasional berlomba meninggalkan energi kotor batubara. Ironisnya, bank BUMN, seperti BNI justru terus mendanai energi kotor itu. “Bank-bank BUMN, termasuk BNI masih menjadi penghambat terjadinya transisi energi terbarukan di Indonesia,” jelasnya, “Ironisnya, BNI yang selama ini menyasar konsumen dari kalangan anak muda justru mendanai energi kotor yang mengancam masa depan mereka,” jelasnya.
Sisil pun mengajak seluruh masyarakat mendesak bank-bank nasional, termasuk BNI, untuk menghentikan pendanaan ke proyek-proyek energi kotor batubara. “Saat ini bank-bank nasional seperti sedang berada di persimpangan jalan,” ujarnya, “Bank-bank itu harus segera memilih jalan lurus dengan mendanai proyek-proyek energi terbarukan dan menghentikan pendanaan proyek energi kotor batubara.”
ADVERTISEMENT
Apakah kita membiarkan bank-bank BUMN, seperti BNI menghambat transisi energi terbarukan di Indonesia, dengan terus mendanai batubara?