Hari Sumpah Pemuda, Kaum Muda Desak Bank BUMN Stop Danai Batubara

firdauscahyadi
Firdaus Cahyadi. Direktur Yayasan SatuDunia. Konsultan knowledge management, monitoring dan evaluasi, analisis media untuk organisasi masyarakat sipil.
Konten dari Pengguna
28 Oktober 2021 15:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari firdauscahyadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Sumber gambar: Markus Spiske, markus-spiske-XhHSid9QqAY-unsplash, https://unsplash.com/photos/XhHSid9QqAY
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Sumber gambar: Markus Spiske, markus-spiske-XhHSid9QqAY-unsplash, https://unsplash.com/photos/XhHSid9QqAY
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun ini, UNICEF mengeluarkan laporan yang mencengangkan terkait dampak krisis iklim terhadap anak-anak muda. Organisasi di bawah PBB itu memperkirakan 850 juta atau 1 dari 3 anak di seluruh dunia terkena dampak krisis iklim ekstrem, tak terkecuali di Indonesia
ADVERTISEMENT
“Menurut laporan UNICEF, anak muda di Indonesia adalah salah satu kelompok di dunia yang menghadapi risiko dampak krisis iklim,” ungkap Koordinator Indonesia Team Leader 350.org Sisilia Nurmala Dewi, “Krisis Iklim telah mengancam kesehatan, pendidikan, dan perlindungan anak-anak muda di Indonesia.”
Emisi gas rumah kaca (GRK), penyebab krisis iklim harus dikendalikan. “Jika tidak, krisis iklim akan semakin mengancam kehidupan di bumi,” lanjutnya, “Salah satu penyumbang emisi GRK itu adalah batubara.”
“Pemerintah perlu menghadirkan pembangunan yang berpihak ke masyarakat dan lingkungan, bukan hanya segelintir orang,” Ungkap Ginanjar Ariyasuta, aktivis muda yang tergabung dalam gerakan Jeda untuk Iklim, “Kongkritnya, pembangunan PLTU Batunbara harus dihentikan, karena selain menjadi sumber emisi GRK, juga erat kaitannya dengan konflik agraria yang merampas lahan masyarakat.”
ADVERTISEMENT
Data inventori Gas Rumah Kaca, penyebab perubahan iklim, dari Kementerian ESDM menunjukkan di tahun 2015 PLTU batubara menyumbang emisi sebesar 122.5 juta ton CO2e atau 70% dari seluruh emisi pembangkit listrik . “Jika proyek-proyek batu bara ini terus didanai oleh perbankan, bencana ekologi akan lebih sering terjadi,” tegas Sisilia Nurmala Dewi, “Ironisnya, di Indonesia, bank-bank BUMN, seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, dan BTN, adalah bank-bank, yang menurut laporan lembaga urgewald, selama Oktober 2018 hingga Oktober 2020, masih tercatat pada Global Coal Exit List (GCEL) memberi pinjaman ke proyek-proyek energi kotor batubara.”
Padahal, lanjut Sisil, trend pendanaan energi di dunia mulai menghentikan pendanaan di sektor energi kotor batubara. “Negara-negara G7 dan China sudah berkomitmen menghentikan pendanaan untuk energi kotor batubara.” Ungkap Sisila Nurmala Dewi, “Namun, bank-bank BUMN justru belum menunjukkan komitmen untuk menghentikan pendanaan ke energi kotor batubara.”
ADVERTISEMENT
Terkait dengan itulah, di Hari Sumpah Pemuda tahun ini, ungkap Sisila Nurmala Dewi, sudah seharusnya menjadi momentum bagi anak-anak muda di Indonesia untuk mendesak bank-bank milik negara agar sesegera mungkin melakukan aksi iklim secara nyata. “Di hari Sumpah Pemuda ini, bank-bank BUMN harus segera membuat komitmen baru menghentikan pendanaan ke energi kotor batubara,” tegasnya, “Anak-anak muda yang telah memiliki kesadaran ekologi yang tinggi, cepat atau lambat, akan menarik uang mereka ke bank-bank yang masih terus mendanai energi kotor batubara itu.”