Masa Kecil Tidak Bahagia, Penyebab Peter Pan Syndrome?

Fiori Rania Inzandra
Mahasiswa Psikologi - Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
24 November 2022 20:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fiori Rania Inzandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernahkah kalian mendengar istilah Peter Pan Syndrome atau Sindrom Peter Pan? Mungkin istilah itu terdengar asing di telinga kalian. Jika Peter Pan saja, apakah kalian masih merasa asing dengannya? Tidak mungkin jika diantara kalian tidak pernah melihat atau setidaknya mendengar kisah legendaris tentang bocah laki-laki yang tidak bisa bertambah dewasa.
ADVERTISEMENT
Sumber Foto Peter Pan Pixabay.com
Lalu, apa itu Peter Pan Syndrome?
Peter Pan Syndrome pertama kali dikemukakan oleh Dan Killey, seorang psikolog asal Amerika. Killey memberi nama Peter Pan Syndrome berdasarkan fenomena remaja laki-laki pubertas yang terlibat dalam kenakalan remaja. Para remaja laki-laki melakukan tindakan keonaran sebagai simbol pemberontakan untuk dipandang lebih baik dalam kelompoknya, menolak tanggung jawab pribadi seperti sekolah atau melakukan pekerjaan rumah (Killey,1983)
Jadi, Peter Pan Syndrome dapat dikatakan seperti sikap orang dewasa yang belum matang secara psikologis, sosial dan seksual. Karena pada hakikatnya pria dewasa harus bisa hidup mandiri. Tetapi pria dengan sindrom Peter Pan memiliki sifat sebaliknya. Mereka tidak bertingkah seusia mereka, yang biasanya mandiri. Tetapi malah menunjukkan sifat kekanak-kanakan.
ADVERTISEMENT
Peter Pan Syndrome ini biasanya terjadi pada pria dewasa tanpa memandang status dan kelompok usia. Menurut Quadrio (1983), Peter Pan Syndrome dapat terjadi pada pria dewasa yang menikah selama 10-20 tahun dan sudah memiliki anak, menghindari tanggung jawab sebagai ayah atau suami pada umumnya, seperti bekerja dan menyerahkan keputusan serta tanggung jawab sepenuhnya pada istri.
Namun, Peter Pan Syndrome tidak hanya dialami oleh orang yang sudah berstatus ayah atau suami saja, tetapi juga dapat terjadi pada pria muda masih berstatus mahasiswa seperti kita saat ini, yang aktif dalam kegiatan akademik dan olahraga, tinggal mandiri terpisah dari orangtua, memiliki pacar namun ketika dituntut membentuk hubungan dengan komitmen, mereka cenderung menghindar (Quadrio,1983).
ADVERTISEMENT
Apa yang menjadi penyebab dari Peter Pan Syndrome?
Gejala dari Peter Pan Syndrome disebabkan adanya kesalahan pengasuhan dari orangtua yang terlalu berlebihan melindungi anak. Orangtua yang terlalu melindungi anak, kurang memberi kesempatan kepada anak untuk membuat keputusan secara mandiri, kurangnya kemampuan pengembangan keterampilan dalam rangka mempersiapkan diri di kehidupan masyarakat (Ortega,2007).
Terkadang, kita diharuskan untuk mengingat kembali tentang masa kecil kita. Melihat bagaimana cara orang tua memberi pengasuhan kepada kita. Pola asuh orang tua yang terlalu protektif ini justru membuat anak tidak yakin dan cemas ketika nantinya dihadapkan untuk membuat keputusan sendiri. Orang tua mungkin mendorong untuk menikmati masa kanak-kanak. Tetapi di sisi lain, orang tua yang terlalu protektif enggan untuk berdiskusi tentang masa depan sang anak. Hal ini juga dapat menyebabkan anak menjadi pribadi yang takut akan dunia orang dewasa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pola asuh orang tua yang terlalu permisif atau terlalu memberi kebebasan pada anaknya. Maksudnya memberi kebebasan yaitu tidak pernah menegakkan aturan apapun untuk anak. Hal tersebut yang dapat membuat anak tumbuh dengan pemikiran tak apa-apa melakukan segala hal yang diinginkan, karena anak-anak terbiasa tidak diberi hukuman oleh orang tuanya saat melakukan sesuatu yang salah. Orang tua dengan gaya pola asuh permisif membiarkan sang anak mengatur aktivitas, perilaku, dan emosinya sendiri di usia muda. Maka dari itu, tak heran jika orang dewasa dengan Peter Pan Syndrome akan sulit mengontrol emosinya.
Setelah membaca pembahasan tentang Peter Pan Syndrome diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa pola asuh orang tua sangat berpengaruh kepada anak. Selalu ada cara bagi orang tua untuk memberikan pola asuh yang benar untuk anaknya. Orang tua harus bisa menciptakan lingkungan keluarga yang sehat dan terbuka untuk anak. Karena keluarga memiliki peran yang sangat besar dalam pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Jika dari kecil anak sudah mendapat pengasuhan yang benar dari orang tuanya, maka nantinya anak akan lebih siap menghadapi masa dewasa.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Arini, D. P. (2019). Peterpan Syndrome Phenomenon: Self-Identity Crisis In Forming Intimation In Adult Man. PSIKODIMENSIA, 18(2), 158-166.
Killey, D. (1983). The Peter Pan Syndrome: Men Who Never Grown Up. Newyork: Dodd