Tantangan dan Kebahagiaan Mahasiswa Perantau

Fildan Aditya Ramadhan
Communication Student
Konten dari Pengguna
12 Januari 2024 12:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fildan Aditya Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi Anak Rantau. Sumber : Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi Anak Rantau. Sumber : Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Purwokerto - "Tuntutlah Ilmu Sampai Ke Negeri China." Itulah ungkapan yang cukup populer di tengah - tengah masyarakat kita. Banyak yang termotivasi untuk merantau sembari menuntut ilmu dengan tujuan yang beragam seperti menaikan value diri, menambah relasi, dan semacamnya. Sebelum menjadi perantau, tak jarang banyak yang memiliki ekspetasi akan hidup bebas karena jauh dari orang tua. Namun, ternyata banyak tantangan dan cobaan yang harus dijalani untuk menemukan kebahagiaan sebagai mahasiswa rantau. Mulai dari beradaptasi kembali dengan lingkungan yang baru, mempelajari bahasa baru, dan sebagainya. Berikut adalah beberapa fase yang dialami oleh mahasiswa rantau :
ADVERTISEMENT

1. Adaptasi dengan Lingkungan Baru

Seperti yang dilakukan oleh Ridzna dan Taruno , mahasiswa rantau yang kini sedang menempuh studinya di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Jawaban yang hampir serupa juga dilontarkan oleh Ridzna, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang kini sedang menempuh Program Studi Teknik Informatika Angkatan 2021.
Adaptasi dengan lingkungan baru yang hanya memakan waktu satu bulan termasuk cepat, sudah dipastikan bahwa Ridzna dan Taruno memiliki sifat yang fleksibel dan mudah bergaul.
ADVERTISEMENT

2. Pencarian Identitas

Setelah fase adaptasi telah dilewati, pencarian dentitas diri menjadi tantangan selanjutnya. Perbedaan norma dan budaya di kota asal dengan kota rantauan menjadi salah satu faktor identitas mahasiswa rantau berubah atau mungkin bisa jadi bertambah. Pencarian identitas ini bisa berubah ke hal negatif atau positif, tergantung kondisi lingkungan sekitar.
Akulturasi budaya juga menjadi faktor terbentuknya identitas baru yang akan menjadi ciri khas dari mahasiswa rantau itu sendiri di lingkungannya.

3. Homesick, Fase Lumrah Anak Rantauan

Rasa rindu akan suasana rumah menjadi tantangan setiap orang yang sedang merantau. Hal ini sangat diwajarkan, karena perubahan kebiasaan dan pola hidup akan sangat terasa saat sedang menjalani kehidupan merantau.
ADVERTISEMENT
Pada fase ini, permainan mental mulai diuji. Mahasiswa rantau harus kembali mengingat tujuan mereka selama merantau. Keinginan mencari pengalaman baru, kerja keras dan doa orang tua, dan banyak hal lainnya yang biasanya menjadi motivasi mahasiswa rantau bertahan demi masa depan yang cerah di tengah masa rindu suasana rumah yang hangat.

4. Kepuasan Diri Atas Tercapainya Suatu Keinginan

Selanjutnya, mahasiswa rantau ini akan menemukan kebahagiaan tersendiri karena bisa bertahan selama merantau. Mereka akan senang atas beberapa keinginan baik kecil maupun besar yang sudah tercapai. Contoh kecilnya adalah ketika mahasiswa rantau bisa beradaptasi dan menemukan teman baru, atau mungkin merasakan bahwa dirinya mampu untuk hidup mandiri selama beberapa waktu di kota orang lain. Kepuasan diri inilah, yang menjadikan kehidupan mahasiswa rantau semakin berwarna.
ADVERTISEMENT
Pada fase ini, mahasiswa rantau merasakan manfaat yang sangat banyak dari hidup mandiri sebagai perantau sekaligus pelajar.
Dari berbagai hambatan yang ada, mahasiswa rantau akan lebih mudah untuk merasakan bersyukur dan puas, karena bagi mereka bisa bertahan hidup di kota orang lain merupakan suatu achievment yang harus disyukuri.

Setelah membaca artikel pendek ini, apakah kalian tertarik untuk menjadi perantau di kota lain?