Tren Bajak Instagram, Menghilangkan Privasi Demi Sensasi?

Irma Luthfiya
Mahasiswa Program Studi Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Konten dari Pengguna
22 Mei 2021 11:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Irma Luthfiya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Melakukan Tren Bajak
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Melakukan Tren Bajak
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belakangan ini muncul sebuah tren baru di media sosial bernama ‘tren bajak’. Tren yang dimana para netizen mengirimkan id dan password Instagram mereka kepada publik figur dan memintanya untuk membajak akun mereka.
ADVERTISEMENT
Tentu terdapat pro dan kontra terkait tren ini. Seperti salah satunya, seorang content creator Jerome Polin, yang menuliskan tentang tren ini pada ciutan twitternya, “Seru banget "ngebajak" instagram orang2 WKWWKWK. Yang paling bingung diminta tlg post feed padahal feed mereka estetik2 bagus gitu,”
Berbeda dengan Jerome Polin, Fiersa Besari, dalam unggahan instagramnya menuliskan bahwa ia dibuat heran oleh tingkah netizen yang berani membagikan akun mereka kepada orang-orang yang tidak dikenalnya.
Saya menganggap hal tersebut bukan sesuatu yang bijak. Bayangkan kalau saya orang jahat yang betulan berniat nge-hack akunmu. Apa yang akan kamu lakukan? Yang saya takutkan, kamu sembarangan ngasih ID akun dan password-mu ke setiap orang yang kamu DM, cuma karena pengin dibajak seseorang yang (katakanlah) terkenal. Lebih bijak supaya enggak betulan dibajak, oke Bebep?" tulisnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Fiersa, seorang seleb Instagram, Lula Lahfah dalam nstagramnya menyebutkan bahwa tren ini seram dan bisa disalah gunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Indi, seorang mahasiswa asal Bekasi pun memberikan komentarnya terkait hal ini, “its kinda norak untuk dijadikan sebuah tren karena mematahkan garis privasi seseorang demi mendapatkan perhatian serta kepuasan diri sendiri yang ingin dicapai,”
Seperti Indi, Alya, salah seorang mahasiswa asal Bandung pun berpendapat bahwa tren ini hadir karena orang indonesia masih terlalu mudah untuk terbawa tren dan kurang bisa menghargai privasi.
Namun, berbeda dengan Alya dan Indi, Suci, mengaku mengikuti tren ini hanya untuk bersenang-senang saja. “Sempet ikutan sekali untuk kebutuhan konten aja, tapi dari situ baru mikir kalo ini bahaya dan lama kelamaan jadi alay
ADVERTISEMENT
Suci yang mengaku pernah mengikuti tren ini sebagai “pembajak” mengaku sejak ia membajak salah satu akun followers-nya, direct message Instagramnya dipenuhi oleh beberapa orang yang tak ia kenal memberikan akun pribadi mereka.
Mengutip dari salah satu content creator yang memilih tidak mengikuti tren ini, Debri Sumule, mengatakan bahwa meskipun kita mempercayai publik figur yang kita berikan akun, namun kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi, bisa saja ketika publik figur yang kita percaya di-hack, dan akun kalian bisa saja jatuh ke tangan orang tidak bertanggung jawab.