Tidak Memaksa Kesendirian

Felicia
Mahasiswa Manajemen 2022 Universitas Pembangunan Jaya (UPJ)
Konten dari Pengguna
23 Juni 2023 9:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Felicia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi attractive asian woman casual attire spending. Sumber: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi attractive asian woman casual attire spending. Sumber: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tidak memaksa kesendirian untuk berada di antara kerumunan barangkali adalah cara bagaimana seseorang menjalankan kehidupannya. Hal ini bukan tentang kesederhanaan, tetapi ini tentang bagaimana seseorang menjauh dari kekecewaan.
ADVERTISEMENT
Beberapa orang lebih menyukai dirinya apa adanya, membiarkan orang lain datang dan pergi dari kehidupannya, membiarkan dirinya menjalani apa yang harus di jalani, menjalankan tanggung jawab, dan menuntun diri untuk tidak terlalu memaksakan dirinya mendapatkan orang lain.
Menjadi manusia yang tidak memaksa sesuatu sebetulnya tidak terlalu buruk. Ada kalanya kita memerlukan pikiran seperti itu untuk tidak mendatangkan kekecewaan.
Kecewa adalah perasaan yang butuh waktu lama untuk sembuh dan menerima segalanya kembali. Kadang kehilangan seseorang membuat hati nyeri begitu mendalam, membuat kita terus jatuh dan bangun untuk menerima kenyataan.
Sebagaimana dikutip dari novel berjudul Norwegian Wood yang ditulis oleh penulis asal Jepang, Haruki Murakami, pada halaman 76, terkait kesendirian.
Sungguh kutipan yang luar biasa, membuat para pembaca, termasuk saya, merasa untuk melihat kembali pada kenyataan kehidupan yang serba datang lalu pergi meninggalkan, seakan mereka lupa bagaimana cara kita dan mereka datang untuk satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Kutipan tersebut pun membuat saya merasa yakin bahwa, ternyata kehilangan adalah sumber keputusasaan. Sehingga pada akhirnya, kehilangan datang melantunkan banyak kekecewaan.
Apa bila suatu hari kita sama-sama kehilangan seseorang yang pernah datang dan kehadirannya sangat membekas di hati kita, dengan tidak memaksa kesendirian, sebagaimana kehendak mereka maka kita hanya perlu menerima dengan lapang dada.
Ada kalanya ingin kita terus mempertahankan mereka namun sulit untuk dilakukan, juga pada akhirnya perjuangan kita memang tidak bisa dilakukan sendirian.
Beberapa orang memilih pergi jauh untuk menggapai apa yang mereka impikan, dan kita yang memiliki tekad yang sama pun akan merasa kehilangan sebab perpisahan tersebut. Namun kecewakah kita?
Bisa saja. Sebab kehilangan tidak melulu tentang seseorang yang sudah betul-betul menghilang dari Bumi. Kehilangan juga ada ketika orang tersebut masih ada di Bumi.
Ilustrasi asian couple say hi goodbye abroad. Sumber: Shutterstock
Sebagai manusia, tentu kita tidak menyukai kesendirian, kecuali kita memang butuh waktu untuk sendirian. Namun itu dua hal yang berbeda. Menjadi manusia adalah menjadi makhluk sosial, kita hidup untuk saling membutuhkan dan saling ada untuk segala hal.
ADVERTISEMENT
Kalau tidak sempat memasak, kita perlu mereka yang membuka usaha makanan. Kalau alat elektronik di rumah sedang rusak, maka kita butuh mereka yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Kesendirian adalah hal paling sepi dan terasa tidak hidup, nyawa seakan tidak pernah tercipta dan membuat sepi lebih terasa di tengah keramaian. Menjadi apa adanya dengan menerima dengan tidak memaksa diri untuk ada menjadi bagian adalah menjadi diri yang mengerti apa yang seharusnya terjadi. Ketika kita mulai menerima, maka kita bukan disebut sebagai penyendiri melainkan penerima.
Tidak semua orang harus datang kepada kita, tidak semua yang pergi akan datang kembali. Dengan menerima, kekecewaan akan terasa lebih ringan, dan putus-asa akan lebih manusiawi untuk di rasakan. Sebaiknya tidak memaksa adalah jawaban yang baik, menjadi diri manusia yang sederhana akan melantunkan kualitas yang bagus untuk diri kita.
ADVERTISEMENT
Apa yang pernah dikutip dari novel Norwegian Wood pada kutipan di atas tentu bisa menjadi sudut pandang baru bagi kita semua bahwa tidak memaksa mendapatkan teman atau seseorang adalah cara terbaik untuk sedikit demi sedikit mengembangkan diri menjadi pribadi yang tidak mudah dikecewakan. Pasti dan yakinlah bahwa akan ada seseorang yang datang kepada kita entah sebagai teman, sahabat, atau bahkan kekasih. Kita tentu tidak mungkin sendirian di dunia, dan kita terlahir dari keluarga.
Tidak ada yang suka kesendirian. Namun memaksa diri dengan berbaur dan menyiksa diri sendiri menjadi pribadi yang ekstra sama saja menimbulkan kelelahan yang tidak pernah bisa dibayangkan, sehingga kecewa dan putus asa akan datang.
Apapun yang di paksa, pasti akan jelas terlihat. Usaha yang terlalu ekstra, tentu akan melebihi kapasitas. Sama seperti melebih-lebihkan sesuatu, maka hasilnya akan buruk. Butuh waktu untuk berbaur, butuh waktu untuk menyusun rencana, butuh proses pula untuk menjalankan usaha.
ADVERTISEMENT
Akan ada waktu di mana kita merasa hari sedang bahagia, siang, dan malam lebih ramai dari biasanya. Dan orang-orang terlihat bahagia. Namun karenanya, kita merasa kesepian, kita merasa terpaksa dan memaksa.
Maka, menerima adalah jawaban yang dapat mengurangi perasaan kecewa dan putus asa. setidaknya, kita adalah manusia yang selalu diingatkan untuk bersyukur. Setidaknya pula, kita selalu ada beberapa orang yang senantiasa bersama kita.