Cerita Anak yang Terjebak Jeratan Setan Pinjol, Judol, dan Narkoba

Fathurrohman
Analis Kejahatan Narkotika, Penulis Cerita Perjalanan, ASN di BNN.
Konten dari Pengguna
24 Maret 2024 14:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fathurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pinjaman Online. Foto: Dok. Finmas
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pinjaman Online. Foto: Dok. Finmas
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seorang teman bercerita jika rekannya yang sama-sama berprofesi dokter sedang menghadapi masalah serius terkait kondisi anaknya. Anaknya yang pernah dididik di sekolah asrama sering tidak pulang rumah, terutama di akhir pekan.
ADVERTISEMENT
Anaknya tersebut diduga terjebak dalam lingkaran setan judi online (judol) dan orang tuanya harus kehilangan sekitar seratus juta rupiah karena ulah anaknya tersebut. Padahal anaknya tersebut masih berstatus mahasiswa negeri peringkat wahid di Indonesia.
Teman saya yang ahli di bidang adiksi tersebut tampak sedang membantu temannya agar anaknya dapat keluar dari masalah tersebut. Apalagi masalahnya kemudian menjadi lebih rumit karena secara ternyata bukan masalah judol.
Ada yang berubah dari cara pandang yang dialami anaknya tersebut. Anak yang dididik dengan cukup ketat secara agama tersebut kini memilih tidak salat, mengkonsumsi minuman keras, dan seterusnya.
Beberapa waktu lalu, saya membaca status WA seseorang yang menceritakan nasib karyawannya yang terjerat pinjol. Bermula dari godaan pay later sebuah platform belanja online, mencoba-coba judi online, lalu terjeratlah dalam jebakan pinjaman online.
ADVERTISEMENT
Karyawannya berpikir dengan pinjam satu atau dua juta untuk judi online mungkin solusi. Bukan keluar dari masalah, malah bertambah dalam masalahnya.
Singkat cerita karyawan yang pada mulanya berprestasi tersebut produktivitasnya menurun, tagihan pinjol juga mengganggu lingkungan perusahaan, akhirnya yang bersangkutan perusahaan terpaksa memecatnya demi stabilitas perusahaan.
Cerita serupa juga dialami tetangga saya. Kini dia pulang kampung tanpa pekerjaan yang jelas. Harta ibunya habis tak bersisa untuk membayar utang ke koperasi, ke teman-temannya, hingga ke aplikasi pinjol dan platform penyedia pay later. Itu pun utang masih bersisa.
Ada puluhan, ratusan, atau mungkin ribuan kasus orang-orang yang terjerat judi dan pinjaman online seperti cerita di atas. Apa yang dilakukan petugas atau pihak pemerintah yang bertanggung jawab belum menemukan hasil yang memuaskan. Korban-korbannya masih bergelimpangan.
ADVERTISEMENT
Karena itu memproteksi anak dari lingkungan negatif ini perlu menjadi perhatian bagi kita, terutama orang tua yang memiliki anak berusia remaja. Hari ini, telepon genggam benar-benar seperti senjata bermuka dua. Dia tidak bermanfaat saat tidak digunakan dan dia bisa bermanfaat atau berbahaya saat digunakan.
Cerita pertama yang saya sebutkan di atas adalah gambaran cerita yang menyesakkan dada. Orangctuanya adalah orang punya, profesinya dokter spesialis. Anaknya pun tampak tidak salah dididik. Semasa SMA dia sekolah di sekolah Islamic Boarding kelas atas. Harapan orang tuanya si anak baik dalam beragama dan cakap dalam pelajaran sekolah.
Benar, anaknya pun diterima di kampus negeri ternama. Apalah daya anaknya seolah tiba-tiba berubah.
Jika masalahnya dianggap selesai dengan kerugian materi orang tuanya yang kehilangan seratus juta, bisa jadi orang tuanya akan ikhlas. Tapi situasinya berbeda.
ADVERTISEMENT
Cara pandang anaknya dalam isu yang dianggap krusial oleh norma keluarganya kini juga dilanggar. Salat lima waktu, puasa, miras, dan bisa jadi narkoba kini telah menjadi keseharian anaknya. Terdapat norma yang tergerus.
Orang tua tetaplah orang tua. Rasa sayangnya tiada sirna ditelan masa. Orang tuanya mencari cara untuk menemukan keberadaan anaknya yang kadang tidak pulang berhari-hari. Orang tuanya masih berharap agar anaknya kembali normal, sehat lahir batin seperti sedia kala.
Sama seperti tetangga saya yang bertandang ke rumah dengan muka sangat muram beberapa hari yang lalu. Dia sedih karena anaknya ditahan di salah kantor polisi karena narkoba. Padahal, orang tuanya telah berupaya menata anaknya dengan serius.
Setelah berdialog sampai cukup larut dan mendapat beberapa masukan atas masalah anaknya, orang tuanya tampak ada sedikit kelegaan dan menyiapkan langkah-langkah hukum berikutnya. Kejadian serupa juga pernah terjadi terhadap tetangga yang lain. Kisahnya 11-12.
Ilustrasi Narkoba. Foto: Dok. Kumparan
Setelah saya sedikit menelusuri atas beberapa masalah tersebut di antara sabab musabab masalahnya adalah komunikasi orang tua yang tidak lancar. Ada semacam saling ketidakterbukaan atau distrust yang terbentuk. Mereka tampak berjarak antara anak dan orang tua.
ADVERTISEMENT
Apalagi, di sebagian lingkungan orang berada yang kerap memanjakan anak-anaknya membuat mereka tidak siap untuk menyelesaikan masalah-masalah keseharian di kehidupan remaja dan dewasanya. Pola asuh yang kurang tepat termasuk pola komunikasi yang tidak smooth membuat situasi menjadi pelik ketika anaknya beranjak besar.
Orang tua yang sibuk, sementara anak menemukan lingkungan yang tidak tepat. Perlu diingat lingkungan saat ini bukan hanya lingkungan pertemanan di dunia nyata tapi juga lingkungan pertemanan di media sosial yang jauh lebih tidak terkontrol.
Thus, memperbaiki pola hubungan anak dan orang tua adalah sangat penting. Membangun situasi agar anak mau bercerita terhadap aktivitas kesehariannya adalah salah satu kunci agar orang tua dapat menjaga dari pergaulan yang menyesatkan.
ADVERTISEMENT