Pengkaderan Elite Politik: Antara Instan dan Integritas Partai

FATA AZMI
Guru Sekolah Dasar, Fasilitator Kelas Peradaban, Mahasiswa Magister Aqidah dan Filsafat Islam Pascasarjana STFI SADRA,
Konten dari Pengguna
27 September 2023 16:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari FATA AZMI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) berjalan di dekat bendera partai politik peserta Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (1/5/2023).  Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Komisi Pemilihan Umum (KPU) berjalan di dekat bendera partai politik peserta Pemilu 2024 di Kantor KPU, Jakarta, Senin (1/5/2023). Foto: Aprillio Akbar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pengkaderan elite partai politik dengan pendekatan instan dan mengabaikan proses kaderisasi partai merupakan isu yang signifikan dan saat ini hangat dibicarakan. Meskipun terdapat argumen-argumen dan pandangan yang mendukung akselerasi dalam merekrut elite politik, pandangan saya bahwa pendekatan ini membawa dampak kontraproduktif dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Proses kaderisasi partai adalah tahap fundamental dan esensial dalam memastikan bahwa calon elite yang muncul memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai, ideologi, dan tujuan partai yang mereka wakili. Kaderisasi berperan penting dalam memastikan bahwa mereka memiliki dedikasi terhadap visi dan misi partai, dan bukan semata-mata mendorong ambisi pribadi atau golongan alih-alih hanya sebatas pencarian kekuasaan. Ketika tahap pengkaderan partai ini diabaikan, maka akan muncul elite-elite yang kurang memadai atau minim loyalitas terhadap partai, yang berpotensi merusak integritas dan kohesivitas partai.
Pendekatan instan dalam proses pengkaderan seringkali lebih berfokus pada aspek-aspek pragmatis, seperti popularitas yang lebih dilihat daripada faktor intelektualitas, etika, dan integritas. Sehingga pengetahuan mendalam tentang isu-isu politik dan pemahaman dalam basis akar rumput masyarakat belum sepenuhnya dikuasai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pengkaderan instan seringkali tumbuh sebagai hasil dari praktik politik yang oportunistik. Partai-partai mungkin merasa terdesak untuk memperoleh figur-figur yang terkenal atau berpengaruh dalam waktu singkat demi meraih keberhasilan elektoral dalam pemilihan yang akan datang. Namun, praktik ini dapat menggoyahkan legitimasi partai di mata publik, karena menciptakan kesan bahwa partai lebih mementingkan kekuasaan daripada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang mereka perjuangkan.
Maka dari itu, partai-partai perlu menegaskan komitmennya untuk melaksanakan proses kaderisasi yang terbuka dan bermutu. Kaderisasi yang efektif harus menyediakan pelatihan, pendidikan politik, dan kesempatan berpartisipasi aktif dalam kegiatan partai bagi calon kader. Hal ini akan membantu memastikan bahwa elite-elite yang akan muncul memiliki pemahaman yang mendalam tentang partai serta komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan partai.
ADVERTISEMENT
Sekali lagi disampaikan, pendekatan instan dalam pengkaderan elite yang menghindari proses kaderisasi partai dapat mengancam integritas partai politik dan menghasilkan elite-elite yang kurang berkualitas dalam menghadapi tantangan politik yang kompleks di masa depan. Oleh karena itu, partai-partai sebaiknya memprioritaskan pembentukan kader-kader yang berkualitas melalui proses kaderisasi yang kuat demi menjaga keberlanjutan dan kredibilitas partai dalam jangka panjang ketimbang hanya mengedepankan popularitas semata tanpa bekal yang cukup sebagai wakil rakyat nantinya.