Digital Journalism: Belajar Dari Quartz

Fajar Widi
Mantan wartawan yang jatuh cinta pada bisnis/ marketing. Pernah viral di internet karena mahar nikah 1 Bitcoin.
Konten dari Pengguna
12 April 2017 0:02 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fajar Widi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tak kenal Quartz? Sebagai salah satu startup media, progress bisnis Quartz ini sangat menarik untuk dibahas. Dalam kurun empat tahun media tersebut sudah mendulang revenue. Kok bisa?
ADVERTISEMENT
Diluncurkan pada tahun 2012, selama empat tahun Quartz memiliki progress yang cukup impresif.
Dilansir dari Crainsnewyork.com, pada tahun 2016 qz.com telah mendulang lebih dari USD 1 Juta. Angka ini melonjak 60% dari tahun lalu. Tentunya Ada sesuatu yang menarik dari portal berita tersebut.
Pengembangan Karyawan
Tahun ini Quartz merencanakan pertumbuhan perusahaan dengan menambah 50 karyawan hingga mencapai 180 orang di kota New York, USA. Sementara di luar New York, Quartz masih memiliki staf khusus seperti Sales. Total karyawan Quartz saat ini sekitar 270 orang.
Penambahan karyawan tersebut digunakan untuk melakukan pengembangan konten editorial, pengembangan aplikasi yang cukup interaktif, Artificial Intelliegence, serta ekspansi divisi sales mereka yang cukup agresif.
ADVERTISEMENT
Tantangan Saat Ini
Di tengah perubahan bisnis yang ekstra cepat tantangan bagi media publisher saat ini adalah digital advertising. Mereka harus berjibaku melawan raksasa Facebook dan Google yang juga memperebutkan kue pengiklan.
Langkah alternatif mulai dicoba bagi media seperti The Economist dan Financial Times yang berfokus ke online subscription revenue. Langkah yang sama agaknya mulai dicoba juga oleh portal The Guardian.
Frustasi memang karena pada kenyataannya Facebook dan Google telah memakan lebih dari 80% jatah ad spending media-media raksasa di Amerika. Media online saat ini dituntut untuk lebih kreatif dalam menawarkan solusi kepada pengiklan.
ADVERTISEMENT
Elite Readership
Jika Anda adalah pembaca Quartz, media ini memiliki pendekatan unik dalam menyajkan informasi bagi pembaca. Quartz sangat percaya pertumbuhan mobile reader dan social sharing di internet.
Quartz bahkan terkesan tidak peduli bentuk tampilan traditional homepage sebuah portal berita umumnya. Karena mereka berfokus ke mobile experience.
Jika dilihat versi desktop ini didesign secara infinity content. Dimana di tengahnya terdapat slot banner ads. Sementara di sisi mobile, aplikasi Quartz di-desain dengan sangat berbeda.
Quartz berusaha menyuguhkan konten gif dan summary berita yang sesuai personalisasi pembaca dari gaya bahasa penyajiannya. Iklannya pun tidak ada sama sekali di mobile apps. Sebagai gantinya, mereka memiliki format gif yang lebih menarik terutama dari kalangan pembaca milenials. Cek di sini: http://giphy.com/qz
ADVERTISEMENT
Satu hal yang dikerjar Quartz: Elite Readership.
Jika dilihat dari data Comscore, pada bulan Januari 2017, Quartz memiliki 12 juta Unique Visitors (UV) di Amerika. Angka tersebut jauh lebih kecil ketimbang Business Insider dengan raihan 55 juta UV pada periode yang sama.
Tahu bedanya Quartz vs Business Insider? Quartz lebih menyasar pembaca sesuai karakternya, sementara Business Insider dengan jumlah UV yang lebih besar belum melakukan hal tersebut .
“It charges an average of $65 for every thousand ad views, a rate at the top end of the market, according to media analyst Ken Doctor. Other news sites generally get a third to two-thirds of that figure” ~ Crainsnewyork.com
Dengan model tersebut, Quartz saat ini langsung menantang kompetisi dengan Facebook dan Google dalam memperebutkan pasar pengiklan premium. Tidak heran bila pendapatan Quartz sebagai startup media sudah lebih dari USD 1 Juta.
ADVERTISEMENT
Menurut saya pribadi selaku mantan Brand Manager langkah Quartz ini sudah tepat. Beberapa brand terkadang memiliki porsi beriklan di luar Google dan Facebook. Alokasi tersebut bakal mereka gunakan untuk mencari dan mengeksplore content marketing yang lebih unik dan menarik.
Pendapat saya pun sejalan dengan Emily Yao ~ Director Agency Media Buying MEC yang sedang menangani client skala raksasa mereka: Chevron.
Tahukah Anda, Chevron ini diam-diam sudah beriklan di Quartz sejak jaman situs tersebut diluncurkan.
ADVERTISEMENT
Ada sebuah statement menarik dari Emily.
“I've been trying to find the next Quartz but have not been able to."
Bu, jika Anda berada di Indonesia, mungkin Ibu bisa mulai menelusuri hashtag #KumparanAdalahJawaban. ;)
Joget Ahok. (Foto: kumparan)