Kisah Saya Jalani 14 Hari Karantina di Natuna, Sebuah Pengalaman Tak Terlupakan

Konten dari Pengguna
2 Maret 2020 0:58 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Fadil tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tanggal 2 Februari 2020 pukul 10.00 WIB, pesawat yang mengangkut 238 WNI dari Wuhan pun landing dengan selamat. Sorak bahagia memekikkan seisi pesawat dan disitu kami semua baru sadar bahwa kami landing di Batam, dan akan di karantina selama 14 hari di kepulauan Natuna. Kesiapan TNI yang menyambut kami sangatlah sigap. Tenda sudah dibangun, ranjang tidur sudah tersusun rapi dengan segala keperluan pribadi berjejer di atasnya. Merasa terkucilkan itu pasti karena kami berada di pulau kecil di garda terdepan perbatasan Indonesia dengan negara lain. Namun prosedur dari WHO harus tetap dijalankan demi keselamatan seluruh masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Awal kedatangan masih merasa asing dengan lingkungan sekitar, termasuk dengan teman-teman yang hanya sekedar menegur sapa tanpa tau nama mereka. Hari ke hari dijalani dan ternyata kisah manis mulai dihadapi. Satu tenda ditempati 20 orang, terpisah antara laki-laki dan perempuan. Total nya ada sekitar 8 tenda besar dengan tambahan 6 ruang kamar di hangar, iya.. Kami tinggal di hanggar pesawat, kurang keren apa coba? Hanggar pesawat milik TNI Angkatan Udara di Landasan Udara Raden Sadjad yang biasa menjadi tempat istirahat pesawat sekarang berubah menjadi tempat istirahat kami. Itu pengalaman yang unik bagi saya pribadi.
Tenda tempat beristirahat
Diawal kedatangan kami disambut dengan penolakan oleh warga Natuna dan kalau ditanya sedih, itu pasti. Kami serasa terusir dari kampung halaman sendiri. Namun, setelah melewati beberapa tahap dialog akhirnya warga Natuna bisa menerima kami untuk tinggal dan menjalani observasi di sana. Pengamanan ketat oleh pihak TNI disekitar lokasi karantina sudah dipersiapkan demi menjaga keselamatan dan keamanan kami.
ADVERTISEMENT
Tim operasi khusus TNI dari berbagai daerah datang berkumpul demi menjalankan tugas dengan semangat NKRI di dada, tidak ada gentar sedikitpun. TNI AD, AU dan AL bersatu padu mendedikasikan diri dalam operasi khusus ini. Semua keperluan mereka sediakan dengan sangat baik seperti makanan dan kebutuhan sehari-hari. Dapur umum didirikan di belakang hanggar pesawat dan siapa sangka bahwa menu lezat yang kami santap setiap pagi, siang, dan malam berasal dari dapur sederhana itu.
Semua makanan yang kami konsumsi selalu melewati tahap pengecekan oleh Kementerian Kesehatan. Wajib dipastikan apakah makanan yang disajikan memenuhi standart gizi yang cukup atau tidak. Menu yang kami santap setiap hari adalah nasi, sayuran, daging, ayam, telur, tempe dan tahu yang pastinya juga dilengkapi dengan susu dan buah-buahan. Setiap hari juga kami disediakan snack sebanyak 3 kali. Untuk kebutuhan makanan sangat dipastikan bahwa kami mendapatkan asupan yang cukup bergizi demi menjaga kami tetap sehat.
Makan siang bersama
Kegiatan selama observasi selalu dimulai dengan bangun pagi pukul 05.00 wib, dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah bagi yang muslim. Kemudian dilanjutkan dengan bersih-bersih tenda dan sekitar hanggar demi menjaga kebersihan bersama. Semuanya wajib bangun pagi karena harus mengikuti senam pagi.
ADVERTISEMENT
Pukul 06.00 WIB senam pagi dan beberapa aktivitas fisik selama 60 menit yang kemudian diakhiri dengan sarapan pagi bersama. Antrian panjang saat menunggu giliran makan dan menggunakan toilet mengingatkan saya dengan suasana saat sekolah di pesantren dahulu. Seperti menarik kembali ingatan lama yang selalu dirindukan. Semua kegiatan itu meningkatkan sikap disiplin dan rasa kebersamaan kami. Pengecekan kesehatan rutin dilakukan setiap pagi dan malam hari seperti pengecekan suhu tubuh dan tensi darah.
Teman-teman yang memiliki kemampuan berbahasa asing seperti Mandarin dan Bahasa Inggris membuka kelas belajar bersama yang dilakukan saat siang hari. Sore hari biasanya kami berkumpul di depan hanggar dan bermain bersama. Kadang senam, kadang main game dan kadang juga ada penyampaian materi dan sharing session oleh Kementerian Kesehatan. Setelah jam makan malam dilanjutkan dengan berkumpul di ruang tengah hanggar pesawat, kadang ada penyampaian materi dari Kementerian Kesehatan, Kementerian Luar Negeri dan dari pihak TNI juga ada.
ADVERTISEMENT
Bermain game kartu juga menjadi pilihan favorit kami. Fasilitas olah raga juga disediakan sangat lengkap seperti tenis meja, badminton, bola voli, dan sepak bola. Dan setiap pukul 22.00 WIB segala aktivitas harus dihentikan dan kami diimbau untuk istirahat didalam kamar mengingat jam tidur yang ideal adalah 8 jam setiap hari nya. Untuk hiburan pun tak tanggung-tanggung, alat musik disediakan hingga full set karaoke dimana kami bisa menghabiskan kebosanan dengan bernyanyi bersama.
Sharing session di sore hari
Dukungan satu sama lain adalah poin utama yang kami butuhkan selama observasi. Konseling bersama Psikolog pun disediakan buat teman-teman yang butuh ruang untuk bercerita disaat kesepian melanda. 14 hari berlalu dan akhirnya tanggal kepulangan kami pun tiba, yaitu 15 Februari 2020. Senang bercampur haru kami rasakan disaat itu dimana kami harus berpisah dengan keluarga baru kami yang sudah menjaga dan merawat kami selama ini dengan tulus dan ikhlas.
ADVERTISEMENT
Kami sudah resmi dinyatakan sehat bebas dari virus Corona dan siap kembali ke keluarga masing-masing dengan diberikan surat pernyataan sehat dari Kementerian Kesehatan. Perwakilan WHO pun turut hadir disaat hari pelepasan kami akan kembali ke daerah masing-masing. Lambaian tangan dan senyum ramah menghiasi suasana saat kami hendak masuk ke dalam pesawat yang akan menerbangkan kami ke Jakarta dan rasa haru pun tak terbendungkan saat itu. Tetesan air mata membasahi pipi kami. Serasa masih ingin tinggal di Natuna. Namun keadaan berkata lain, kami harus kembali ke rumah dimana keluarga tercinta sudah menunggu dengan rasa bahagia akan menerima kepulangan kami.
Salam pamit bersama TNI
Saya pribadi ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada pemerintah Indonesia yang sudah mengevakuasi kami dari Wuhan hingga proses observasi. Kepada tim KBRI Beijing, Kementerian Luar Negeri dan Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok Wuhan yang mengorganisir proses evakuasi sejak awal. Terima kasih juga untuk Pemerintah Aceh yang turut peduli dengan kami mahasiswa Aceh di Wuhan dengan memberikan bantuan dana hingga memfasilitasi kepulangan kami hingga ke Aceh.
ADVERTISEMENT
Terima kasih kepada tim dari Kementerian Kesehatan dan TNI yang sudah menjaga kami selama di Natuna. Kalian adalah keluarga tak sedarah namun serasa sejiwa di dalam dada. Semoga keberkahan dan kesehatan selalu mengiringi kalian semua. Kini kami sudah di rumah lagi, melihat senyuman dan pelukan hangat dari orang tua tercinta. Terima kasih Indonesia, terima kasih Natuna. Salam dari pemuda paling barat pulau Sumatera.