Permohonan Maaf: Suci Jiwa dan Harmoni Sosial

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
Konten dari Pengguna
9 April 2024 9:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi minta maaf. Foto: aijiro/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi minta maaf. Foto: aijiro/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Aktivitas yang paling mencolok pada hari raya Idul Fitri dan juga pada hari-hari lainnya adalah tradisi saling memohon maaf, dengan ungkapan "Mohon Maaf Lahir Batin". Namun, apa sebenarnya makna mendalam dari tradisi ini?
ADVERTISEMENT
Menurut para ahli psikologi agama, memohon maaf merupakan langkah awal dalam mensucikan diri. Ini adalah proses di mana kita belajar untuk meminta maaf dengan tulus dan ikhlas, dengan kesadaran penuh atas kesalahan yang telah kita lakukan. Di balik tradisi sederhana ini, terkandung nilai-nilai kearifan manusia yang luar biasa, serta pembelajaran tentang hubungan antarmanusia.
Dalam ajaran Al-Quran, terdapat tiga hal penting yang diajarkan tentang permohonan maaf. Pertama, Al Quran menekankan pentingnya mengakui kesalahan dan melakukan taubat. Kedua, Al Quran mengajarkan pentingnya memaafkan orang lain dan menjaga hubungan yang harmonis. Ketiga, Al Quran menekankan bahwa Allah adalah Maha Pengampun, dan kita sebagai manusia juga harus mempraktikkan sikap yang sama terhadap sesama.
"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan mencapai ketinggian gunung." (Surah Al-Isra, ayat 37)
ADVERTISEMENT
Ayat ini mengajarkan tentang pentingnya merendahkan hati dan mengakui ketidaksempurnaan diri. Dengan merendahkan hati, kita akan lebih mudah untuk memohon maaf kepada orang lain karena kita sadar akan kesalahan yang mungkin telah kita lakukan.
"Dan barang siapa mengerjakan dosa atau menganiaya dirinya sendiri, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Surah An-Nisa, ayat 110)
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah selalu siap untuk mengampuni dosa-dosa hamba-Nya asalkan hamba itu benar-benar bertaubat dengan tulus. Ini menggambarkan pentingnya kesadaran akan kesalahan dan kemudian berusaha untuk memperbaiki diri.
Dalam kaitannya dengan tradisi "Mohon Maaf Lahir Batin", meminta maaf tidak hanya merupakan tindakan untuk membersihkan diri dari dosa-dosa kecil atau kesalahan-kesalahan yang dilakukan, tetapi juga merupakan cara untuk memperbaiki hubungan dengan sesama manusia. Dengan memaafkan dan meminta maaf, kita membangun jembatan kebaikan dan perdamaian dalam komunitas kita.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, tradisi sederhana "Mohon Maaf Lahir Batin" pada hari raya Idul Fitri dan hari-hari lainnya mengandung makna yang dalam dan kompleks. Ia bukan hanya sekadar kata-kata yang diucapkan, tetapi merupakan refleksi dari kebijaksanaan dan kearifan manusia, serta ajaran spiritual yang diilhami oleh Al Quran.