Ibadah sebagai Manifestasi Cinta

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
Konten dari Pengguna
12 November 2023 9:46 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi berdoa. Foto: Billion Photos/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi berdoa. Foto: Billion Photos/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ibadah, sebuah ritual penghambaan kepada Tuhan, mencerminkan esensi cinta. Sejatinya, ibadah yang dilakukan dengan cinta tidak terpengaruh oleh pamrih atau ketakutan. Cinta, sebagai inti dari ibadah, terikat erat dengan konsep ikhlas, yaitu melaksanakan segala sesuatu demi yang dicintai.
ADVERTISEMENT
Dalam pemahaman ini, beribadah seharusnya didasarkan pada cinta, bukan karena merasa diawasi. Memupuk rasa takut dalam beribadah dapat mengarah pada praktik yang tidak murni.
Sifat-sifat Tuhan, sebagaimana tercermin dalam 99 asmaul husna, menyoroti dimensi feminin-Nya yang penuh kasih. Ini menggambarkan hubungan Tuhan dengan hamba-Nya dan ciptaan-Nya secara penuh dengan cinta.
Berbicara tentang cinta adalah pembahasan yang tidak pernah lekang oleh waktu. Namun, pada dasarnya, cinta adalah suatu bentuk pengorbanan yang dilakukan dengan sukacita, bukan karena ketakutan atau kewajiban.
Dalam konteks ini, teori kesadaran David Charles dapat memberikan wawasan yang menarik. Charles menitikberatkan pada kesadaran sebagai suatu entitas yang memengaruhi perilaku manusia.
Konsepnya menggambarkan bahwa kesadaran mencakup pemahaman diri dan kemampuan untuk memahami pengalaman sebagai suatu keseluruhan. Dengan memadukan pandangan Charles dengan ide-ide sebelumnya, kita dapat mengeksplorasi hubungan antara cinta, ibadah, dan kesadaran.
ADVERTISEMENT
Pertama-tama, kesadaran tentang diri sendiri menjadi kunci dalam memahami motivasi di balik beribadah. Jika seseorang merasa diawasi dan beribadah karena takut, ini mungkin mencerminkan rendahnya tingkat kesadaran diri.
Dalam konteks ibadah, kesadaran diri yang tinggi dapat membawa individu untuk melihat ibadah sebagai ungkapan cinta yang tulus, bukan sebagai kewajiban yang dilakukan dengan ketakutan.
Kedua, konsep kesadaran dapat membantu kita memahami hubungan antara cinta dan ikhlas dalam beribadah. Ikhlas, sebagai bentuk kesadaran spiritual, merupakan kesediaan untuk melakukan segala sesuatu demi cinta kepada Tuhan.
Dengan kesadaran yang baik, seseorang dapat mencapai ikhlas yang sejati, melakukan ibadah bukan karena kewajiban atau ketakutan, tetapi karena cinta yang mendalam.
Melalui integrasi teori kesadaran David Charles, kita dapat melihat bahwa kesadaran bukan hanya tentang pemahaman diri, tetapi juga tentang pemahaman terhadap hubungan dengan Yang Maha Esa. Kesadaran spiritual menjadi fondasi bagi cinta yang ikhlas dalam ibadah, menciptakan puncak spiritualitas yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Dalam rangkaian ini, opini di atas menyiratkan bahwa ibadah yang sejati adalah hasil dari kesadaran yang mendalam akan cinta kepada Tuhan. Beribadah dengan cinta menghilangkan unsur ketakutan dan menjadikan ibadah sebagai bentuk pengorbanan sukarela yang mencerminkan hubungan kasih yang eksklusif antara manusia dan penciptanya. Dengan demikian, ibadah yang penuh cinta menjadi puncak dari perjalanan spiritual manusia, menggambarkan harmoni antara kesadaran, cinta, dan penghambaan kepada Tuhan.