Dekonstruksi Kecanduan Gadget

ewia ejha putri
1. Pimpinan Lembaga PKBM Pahlawan kerinci. 2. Anggota LHKP Muhammadiyah Jambi 3. Pengamat Sosial
Konten dari Pengguna
5 November 2023 16:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ewia ejha putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi kecanduan gadget. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kecanduan gadget. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagai generasi yang tumbuh di era teknologi digital, kita tidak bisa menghindari fakta bahwa smartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, kita harus berbicara tentang bagaimana penggunaan smartphone dan media sosial telah memengaruhi kualitas hidup kita.
ADVERTISEMENT
Sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita tanyakan adalah apakah teknologi ini benar-benar membuat kita lebih pintar? Atau sebaliknya, justru menjadikan kita lebih bodoh?
Anak-anak, yang seharusnya menikmati masa kecil dengan bermain layangan, dakon, dan aktivitas luar lainnya, sekarang lebih sering terpaku pada layar smartphone mereka. Game-game yang meracuni pikiran mereka seringkali lebih menggoda daripada bermain di alam bebas. Hal ini mengakibatkan mereka kehilangan kontak dengan dunia nyata dan pertemanan di luar sana.
Bukan hanya anak-anak, bahkan orang dewasa pun, terperangkap dalam perang like dan komentar di media sosial. Penggunaan smartphone tidak lagi tentang mengabadikan momen indah, tetapi tentang mencari pengakuan dan popularitas. Apakah ini benar-benar memberikan kebahagiaan yang tulus atau hanya sekadar pencapaian palsu?
Ilsutrasi melihat instagram. Foto: Shutterstock
Salah satu dampak negatif lainnya adalah bagaimana smartphone dan media sosial telah mengubah cara kita berinteraksi dengan orang lain. Kita sekarang cenderung menjauhkan diri dari orang-orang yang ada di sekitar kita dan lebih mendekatkan diri pada orang-orang yang jauh di dunia maya. Kehangatan pertemuan tatap muka digantikan dengan update-update akun media sosial.
ADVERTISEMENT
Mengapa kita melakukan ini? Apakah itu untuk mendapatkan pengakuan? Apakah itu agar kita dihormati di dunia maya? Memang benar, kita bisa merasa dihormati di dunia maya, tetapi apakah itu benar-benar memenuhi kebutuhan sosial dan emosi kita? Bagi banyak orang, dunia maya menjadi pengganti kehidupan nyata yang lebih bermakna.
Saat kita terlalu terpaku pada smartphone dan media sosial, otak kita terpengaruh. Kita terlalu sering menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak selalu bermanfaat. Ini adalah penyebab mengapa penggunaan baterai smartphone di Indonesia begitu singkat. Kita membiarkan smartphone menguasai hidup kita.
Perlu diingat bahwa kita tidak hanya mencoba menghakimi orang lain, tetapi juga diri kita sendiri. Saat kita melihat empat orang dalam suatu forum, empat orang dengan smartphone dan hanya satu yang benar-benar berbicara, pertanyaannya adalah, apakah ini adalah bentuk interaksi sosial yang sehat?
Ilustrasi phubbing, kebiasaan mengobrol sambil main gadget. Foto: Shutterstock
Seharusnya kita bertanya pada diri sendiri, apa tujuan sebenarnya dari penggunaan smartphone dan media sosial ini? Apakah kita ingin agar hidup kita ramai di dunia maya? Apakah kita ingin dihormati? Atau apakah kita merasa terkucilkan dan tidak punya pilihan selain menjadi pengikut yang tidak punya kontribusi nyata?
ADVERTISEMENT
Kita harus sadar bahwa ada lebih banyak hal di luar sana yang indah. Alam dan pertemanan sejati menunggu kita. Tertawa tanpa campur tangan motivasi menjadi terkenal adalah hal yang tulus dan berharga. Kita harus mengingatkan diri kita sendiri untuk berhenti sejenak dan menyadari dampak negatif dari ketergantungan pada smartphone dan media sosial.
Penggunaan smartphone dan media sosial seharusnya meningkatkan kualitas hidup kita, bukan menguranginya. Kita harus lebih bijak dalam menggunakannya dan mengembalikan kehidupan sosial yang nyata.
Inilah saatnya untuk merenungkan kembali bagaimana teknologi ini memengaruhi kita dan apakah kita benar-benar menginginkan perubahan tersebut dalam hidup kita.