Puro Mangkunegaran: Eksplorasi Kekayaan Budaya Kota Surakarta, Indonesia

EVA PUSPITASARI
Saya merupakan seorang mahasiswi yang tengah menempuh pendidikan semester 4 Program Studi Industri Pariwisata Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Konten dari Pengguna
8 April 2024 12:13 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari EVA PUSPITASARI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Mengulik Kearifan Warisan Seni, Budaya dan Pariwisata Puro Mangkunegaran sebagai istana di Kota Surakarta, Jawa Tengah

sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keberadaan suatu kota tidak lepas dari suatu identitas dan jati diri. Identitas suatu kota merupakan keunikan kondisi dan karakteristik yang membedakan dengan kota lainnya. Salah satu kota yang memiliki identitas adalah Kota Surakarta. Kota Surakarta merupakan kota yang terkenal dengan budaya maupun kearifan lokal yang ada. Hal tersebut erat kaitannya dengan keberadaan salah satu keraton besar di kota tersebut, yakni Puro Mangkunegaran. Puro Mangkunegaran (Jawa: ꦦꦸꦫꦩꦁꦏꦸꦤꦒꦫꦤ꧀, translit. Puro Mangkunagaran). Nama Puro berasal dari bahasa Jawa yang artinya istana atau kerajaan. Puro Mangkunegaran merupakan sebuah istana bersejarah yang berlokasi di Jl. Ronggowarsito, Keprabon, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta, Jawa Tengah dan menjadi pusat budaya, seni, dan menjadi pusat kegiatan budaya dan warisan sejarah yang kaya di di Kota Surakarta. Puro Mangkunegaran ini menawarkan pengalaman yang mendalam dalam menjelajahi warisan budaya jawa yang kaya dan beragam.
Puro Mangkunegaran, Kota Surakarta Jawa Tengah, Indonesia (Sumber: https://www.shutterstock.com/id/search/mangkunegaran)
Dahulunya, Mangkunegaran merupakan kadipaten yang berdiri karena adanya Perjanjian Giyanti dan Salatiga. Berdirinya Kadipaten Mangkunegaran tersebut tidak lepas dari kepentingan finansial VOC dalam penguasaan empat wilayah kekuasaan baru akibat kedua perjanjian tersebut, yaitu Kasunanan Surakarta, Kadipaten Mangkunegaran, Kasultanan Ngayogjakarta Hadiningrat, dan Kadipaten Pakualaman. Konsekuensi dari Perjanjian Salatiga berakibat pada Kadipaten Mangkunegaran dalam mewujudkan fisik bangunan pusat pemerintahannya. Puro Mangkunegaran berdiri pada 17 Maret 1757 setelah adanya penandatanganan Perjanjian Salatiga antara Sunan Pakubuwana III dengan Raden Mas Said di Salatiga. Berlokasi di Jalan Ronggowarsito, Dusun Keraton, Desa Keraton, Kecamatan Keraton, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Puro Mangkunegaraan didirikan oleh Raden Mas Said yang juga dikenal dengam Pangeran Sambernyawa atau Sultan Adiprakoso Senapati Ingalaga Lelana Jayamisea Prawira Adiningrat. Kala itu, Raden Mas Said bertahta sebagai Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegaran (KGPAA) Mangkunegaran I yang memerintah pada 1757 – 1759. Pembangunan kompleks Puro Mangkunegaran dilakukan secara bertahap dari masa pemerintahan I hingga pada masa pemerintahan Mangkunegaran IX yang berkuasa saat ini. Puro Mangkunegaran berperan penting dalam memelihara dan melestraikan budaya Jawa. Selain menjadi tempat tinggal para penguasa Mangkunegaran, istana ini juga menjadi pusat kegiatan budaya, termasuk seni tradisional, upacara adat, dan pertunjukkan kesenian.
ADVERTISEMENT
Pergerakan klasikisme Eropa pada pertengahan abad ke-18 membawa gaya Eropa ke Indonesia, yang mengadopsi ciri-ciri arsitektur Yunani dan Romawi kuno. Bangunan seperti Pura Mangkunegaran, yang dibangun pada 1757, dan Pendapa Ageng ini dibangun pada tahun 1866 dan memiliki ciri-ciri gaya Eropa. Asal usul kota Surakarta, yang didirikan sebagai hasil dari propaganda Belanda untuk menempatkan kekuasaannya, memengaruhi arsitektur Pur0 Mangkunegaran. Jika dilihat dari ciri-cirinya Pur0 Mangkunegeran hampir sama dengan keraton yang terdiri atas komposisi arstektural Jawa. Secara garis besar Puro Mangkunegaran terdiri atas dua bagian utama yaitu untuk keluarga Puro dan untuk menerima tamu Sri Paduka Mangkunegaran yang sering bermalam di dalam kompleks tersebut.
Puro Mangkunegaran menawarkan berbagai pengalaman wisata yang unik dan berkesan bagi wisatawan. Seperti tur budaya yang dipandu langsung oleh pemandu lokal yang berpengetahuan, hingga menikmati kuliner tradisional di sekitar kompleks istana. Setiap sudut di Puro Mangkunegaran memberikan pesona dan keindahan budaya yang khas. Tarif masuk tiket wisata ke Puro Mangkunegaran untuk Wisatawan lokal Rp 30.000,- sementara untuk wisatawan mancanegara Rp 50.000,-. Puro mangkunegaran beroperasi setiap hari. Jam Operasional Weekend dibuka dari pukul 08.30 – 14.00, sementara untuk weekend dimulai dari pukul 09.00 – 13.00. Berbagai aktivitas dapat dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung di Puro Mangkunegaran ini. Diantaranya:
ADVERTISEMENT
1. Royal Dinner Mangkunegaran
Royal Dinner Mangkunegaran (Sumber: Instagram Puro Mangkunegaran https://www.instagram.com/p/C4Im9sEvDIa/?igsh=ZGl5YWQ3dnFxaG9w)
Paket acara Puro Mangkunegaran Royal Dinner mengedepankan nuansa klasik acara jamuan malam ala kerajaan Jawa. Ketika datang, peserta akan disuguhi minuman selamat datang berupa beras kencur. Menu utama prasmanan yakni hidangan khas diantaranya bistik lidah, asem-asem daging, sambal goreng bledeg, dan garang asem bumbung. Ada juga sajian kuliner khas Solo yaitu nasi liwet, pecel ndeso, selat solo, timlo dan tengkleng. Selain itu terdapat minuman spesial wedang ronde atau wedang asle. Kedua minuman yang manis dan mampu menghangatkan tubuh.
ADVERTISEMENT
2. Reksa Pustaka
Reksa Pustaka (Sumber: Instagram Reksa Pustaka https://www.instagram.com/p/BZlRXO9lIkT/?igsh=MTFveDcwYmZ4ZXFvaQ==)
Perpustakaan Reksa Pustaka merupakan perpustakaan khusus milik Puro Mangkunegaran. Perpustakaan ini resmi didirikan pada 1867 oleh Sri Mangkunegaran IV. Reksa Pustaka berdiri tahun 1867, memiliki tugas “ngurusi serat-serat” yang dalam Bahasa Indonesia berarti mengurus surat-surat atau memiliki arti buku. Banyak buku Jawa yang judulnya selalu diawali kata “serat”. Reksa Pustaka pada awalnya berfungsi sebagai arsip. Namun, pada tahun 1877 atau 10 tahun kemudian, dibentuk kantor Reksa Wilapa yang memiliki fungsi untuk mengurus surat-surat, sedangkan Reksa Pustaka difungsikan untuk mengurusi buku. Oleh karena itu, pada 1877 Reksa Pustaka dialihfungsikan menjadi perpustakaan. Perpustakaan Reksa Pustaka dibuka dari hari Senin- Sabtu untuk umum. Adapun setiap hari Senin - Kamis dibuka dari pukul 09.00 – 12.00 WIB, sementara setiap hari Jumat – Sabtu dibuka dari pukul 09.00 – 11.00 WIB.
ADVERTISEMENT
3. Museum Mangkunegaran
Kantor Museum Mangkunegaran (Sumber: https://puromangkunegaran.com/mangkunegaran-dan-pergerakan-nasional/puro-mangkunegaran-solo/)
Museum Puro Mangkunegaran berada di dalam kompleks istana Mangkunegaran. Museum ini menyimpan koleksi benda-benda bersejarah milik Puro Mangkunegaran yang dikumpulkan sejak tahun 1926. Museum Puro Mangkunegaran dibuka untuk umum pada tahun 1968 dan dikelola oleh Pariwisata Mangkunegaran. Museum Puro Mangkunegaran dibuka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu jam 08.30-14.30 WIB serta hari Kamis dan Minggu jam 08.30-14.00 WIB. Tiket masuk museum untuk wisatawan domestik Rp 10.000/orang dan wisatawan mancanegara Rp 20.000/orang (tidak termasuk pemandu lokal). Setiap pengunjung museum akan ditemani oleh seorang pemandu lokal (guide) berkeliling bangunan-bangunan utama yakni Pendopo Ageng, Pringgitan, Dalem Ageng, Keputren, dan Pracimosono.
Selain sebagai tempat tinggal bagi keluarga kerajaan Mangkunegaran, Puro Mangkunegaran juga menjadi pusat kegiatan budaya. Setiap tahun, berbagai acara budaya seperti wayang kulit, tari tradisional, dan konser musik Jawa diadakan di dalam kompleks istana ini. Acara-acara tersebut tidak hanya mempertahankan tradisi budaya Jawa, tetapi juga mengundang pengunjung dari seluruh dunia untuk menikmati kekayaan budaya Indonesia. Puro Mangkunegaran berperan penting dalam pendidikan dan konservasi warisan budaya. Melalui program-program pendidikan, pengunjung dapat belajar tentang sejarah, seni, dan budaya Jawa. Selain itu, upaya konservasi dilakukan untuk mempertahankan keaslian bangunan dan artefak berharga di dalam istana, menjadikannya sebagai tempat pembelajaran yang berharga bagi generasi mendatang. Sebagai salah satu peninggalan bersejarah terpenting di Surakarta, Puro Mangkunegaran tidak hanya memancarkan keindahan arsitektur dan seni tradisional Jawa, tetapi juga berperan sebagai penjaga dan pelindung warisan budaya. Melalui kegiatan budaya, pendidikan, dan konservasi, istana ini terus memperkokoh identitas budaya Jawa dan memperkaya pengalaman wisatawan yang datang ke Kota Surakarta.
ADVERTISEMENT