ELN di Kolombia: Prospek Perdamaian dalam Stabilitas Regional

Esyana Oktaviani Amnifu
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Kristen Indonesia
Konten dari Pengguna
31 Oktober 2023 18:10 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Esyana Oktaviani Amnifu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Bendera Kolombia. Foto: Pixabay.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bendera Kolombia. Foto: Pixabay.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kolombia telah lama diwarnai oleh konflik bersenjata yang mengguncang fondasi sosial, ekonomi, dan politik negara tersebut. Salah satu kelompok pemberontakan yang telah menjadi bagian integral dari konflik ini adalah Tentara Pembebasan Nasional atauEjercito de Liberacion Nacional (ELN).
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa dekade terakhir, upaya perdamaian yang berulang kali gagal dan keterlibatan ELN dalam berbagai aktivitas ilegal telah menimbulkan ketidakpastian mengenai masa depan konflik tersebut.
Namun, pada tahun 2022, muncul harapan baru untuk proses perdamaian dengan kelompok ini. Potensi perdamaian dengan ELN di Kolombia dan dampaknya terhadap stabilitas regional menjadi materi yang cukup menarik untuk dibahas.

Perjalanan Menuju Damai ELN dan Pemerintah Kolombia

Pasukan Ejercito de Liberacion Nacional (ELN). Foto: Dialogo-Americas.com
ELN, didirikan pada tahun 1964, adalah kelompok gerilya sayap kiri terbesar di Kolombia. Mereka menyusun doktrin Marxis-Leninis dengan teologi pembebasan dan telah memainkan peran penting dalam konflik bersenjata yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Meskipun mereka telah terlibat dalam berbagai tindakan kekerasan dan aktivitas ilegal, kelompok ini memiliki elemen ideologis yang telah mendorong beberapa upaya perundingan perdamaian selama beberapa dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Tentu saja tidak semua usaha mereka untuk mencapai kesepakatan perdamaian berhasil. Salah satu penyebab gagalnya perdamaian adalah serangan-serangan sporadis ELN terhadap pihak berwenang yang selalu mengganggu proses perdamaian. Namun, pada tahun 2022, akhirnya ada langkah positif menuju penyelesaian konflik.
Kolombia dalam pembicaraan damai dengan pemberontak sayap kiri ELN. Foto: Pixabay.com
Kelompok ELN bergabung dengan proposal “Perdamaian Total” yang diajukan oleh Presiden Kolombia, Gustavo Petro, dan memulai pembicaraan damai di Caracas, Venezuela. Langkah ini mengisyaratkan komitmen baru dari ELN untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Prospek perdamaian dengan ELN memberikan peluang signifikan untuk mengurangi tingkat kekerasan dan ketidakstabilan di Kolombia. Kesepakatan damai yang berhasil akan memungkinkan negara ini untuk mengalokasikan sumber daya yang sebelumnya digunakan untuk pertempuran ke sektor-sektor lain yang membutuhkan perhatian, seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, prospek perdamaian dengan ELN juga memiliki implikasi penting untuk stabilitas regional. Keberhasilan proses perdamaian tidak hanya akan membawa manfaat bagi Kolombia, tetapi juga akan membantu meningkatkan stabilitas regional di Amerika Latin.
ELN sebagai kelompok gerilya binasional telah memanfaatkan perbatasan Kolombia-Venezuela untuk aktivitas ilegal seperti penyelundupan narkoba dan perdagangan ilegal. Kehadiran mereka di Venezuela telah memicu ketegangan tersebut, terutama mengingat hubungan yang rumit antara ELN dan pemerintah Venezuela.
Jika proses perdamaian antara ELN dan pemerintah Kolombia berhasil, maka besar kemungkinan hal tersebut dapat mengurangi dampak negatif ELN pada stabilitas regional. Bahkan, ini juga dapat membantu mengurangi ketegangan di perbatasan Venezuela, serta mengurangi potensi konflik bersenjata lintas batas.
ADVERTISEMENT
Namun, perlu diingat bahwa proses perdamaian dengan kelompok seperti ELN bukanlah perjalanan yang mudah. Perundingan akan memerlukan kompromi dan kesabaran dari kedua belah pihak, serta dukungan dari komunitas internasional.
Lalu, adapula risiko bahwa beberapa elemen radikal dalam kelompok ini mungkin tidak setuju dengan proses perdamaian dan dapat mencoba melanjutkan perlawanan. Pada akhirnya, kebutuhan terbesar dalam proses ini adalah peran aktif dari semua pihak yang terlibat untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.