Stigma Masyarakat Tentang Nelayan Nusantara

Erwin Theofilius LG
Mahasiswa aktif Univesitas Padjadjaran Jurusan Perikanan Angkatan 2017
Konten dari Pengguna
18 Desember 2020 11:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erwin Theofilius LG tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: Kondisi Pelabuhan Ratu, Sukabumi 
Oleh: Erwin Theofilius
zoom-in-whitePerbesar
Foto: Kondisi Pelabuhan Ratu, Sukabumi Oleh: Erwin Theofilius

Apa itu Nelayan?

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mungkin ketika terpintas kata nelayan di pikiran kita maka akan selalu identik dengan Laut, kapal, dan juga ikan. Ya benar nelayan adalah salah satu profesi pekerjaan yang identik dengan hal tersebut. Namun, disini kita akan gali lagi nelayan itu seperti apa sehingga kita dapat memahami lebih jauh tentang profesi yang banyak dikerjaan oleh-oleh masyarakat pesisir pantai.
ADVERTISEMENT
Nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar yang dilengkapi teknologi canggih.

Bagaimana Nasib Nelayan di Ibu Pertiwi?

Secara visual jika kita pergi ke suatu pantai atau pesisir pasti kita disuguhkan dengan pemandangan kapal, alat tangkap, dan orang berada dikapal tersebut. Secara umum nelayan di Indonesia terlihat begitu tradisional dilihat dari teknologi dan penampilan yang mereka tampilkan.
ADVERTISEMENT

Apakah nelayan seperti apa yang kita lihat?

Dikutip dari Antaranews menurut KKP bahwa nelayan adalah profesi yang sangat menjanjikan terlebih dari kebijakan yang sudah diberikan oleh KKP.
Menurut Anna (2019) yang menganalisis data Survey Sosio Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2017 menunjukkan nelayan sebagai salah satu profesi paling miskin di Indonesia. Sebanyak 11,34% orang di sektor perikanan tergolong miskin, lebih tinggi dibandingkan sektor pelayanan restoran (5,56%), konstruksi bangunan (9,86%), serta pengelolaan sampah (9,62%). Hal tersebut tampaknya mengakibatkan berkurangnya jumlah orang muda yang ingin berprofesi sebagai nelayan.
ADVERTISEMENT
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan adanya penurunan jumlah rumah tangga perikanan tangkap secara drastis dari 2 juta di tahun 2000 menjadi 966 ribu di tahun 2016.
Nelayan sangat kurang dapat perhatian. Perhatian secara sosial oleh masyarakat pun terbilang kurang. Masyarakat kota mungkin sangat awam dengan keadaan pesisir dan media yang jarang menyorot profesi nelayan ini.
Dilansir dari mongabay Pengakuan publik Indonesia dan dunia terhadap profesi nelayan sampai sekarang masih belum sebaik pengakuan untuk profesi yang lain. Fakta tersebut memicu banyaknya insiden negatif yang harus diterima oleh para nelayan Indonesia, baik yang bekerja di dalam atau luar negeri. Kondisi itu dinilai harus segera diperbaiki, karena menyangkut nasib para nelayan Indonesia yang bekerja aktif di atas kapal.
ADVERTISEMENT
Organisasi buruh internasional Perserikatan Bangsa-Bangsa (ILO) menilai, Pemerintah Indonesia perlu melakukan koordinasi dan komunikasi yang intensif di tingkat nasional. Langkah itu harus diambil, karena untuk memastikan nasib profesi nelayan dalam negeri bisa sejajar dengan pekerjaan layak lain yang saat ini ada.
Menurut Michiko, keberadaan profesi nelayan sampai kapan pun harus terus ada di Indonesia dan dunia. Terlebih, karena saat ini Indonesia juga sedang mengusung visi “Laut Masa Depan Bangsa” dan itu berarti laut harus bisa menopang pembangunan nasional serta sekaligus meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia di masa sekarang dan akan datang.
ADVERTISEMENT

Apakah Potensi Laut akan di Kembangkan?

Indonesia memliki julukan sebagai negara Maritim yang mayoritas wilayah nya adalah perairan. Bahkan Presiden RI, Jokowi sempat berkata ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dilansir dari The Convesation Melalui doktrin “poros maritim dunia”, Presiden Jokowi berharap bisa mempercepat upaya untuk mengintegrasikan sumber daya darat (hinterland) dan laut untuk kesejahteraan bangsa. Sayangnya, belum banyak kemajuan yang dicapai.
Indonesia akan mendapatkan banyak keuntungan apabila bisa meningkatkan konektivitas antarpulau, terutama untuk memperkecil kesenjangan antara Pulau Jawa dengan pulau-pulau lainnya di Nusantara. Lebih lagi, tanpa adanya kedaulatan maritim atas wilayah laut Indonesia beresiko membuat kita menjadi target dari kapitalisme dan eksploitasi global.
Indonesia masih belum mampu mengembangkan aneka produk ekspor hasil laut yang kompetitf di pasar global. Indonesia belum berhasil untuk memaksimalkan potensi, baik sumber daya manusia dan alam untuk mendukung perekonomian maritim.
ADVERTISEMENT
Indonesia masih jauh dari kejayaan kemaritiman yang pernah dimiliki kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Ini menjadi tanggung jawab pemerintah untuk bisa membangkitkan budaya dan mindset sebagai bangsa maritim, sehingga Indonesia menjadi pemain penting dari jaringan maritim global, bukan sekadar penonton atau objek dari beroperasinya jaringan kekuatan ekonomi global.