COVID-19 Jadikan Idul Fitri Sebagai Kemenangan yang Dirindukan

Erni Juliana Al Hasanah N
Dosen Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta
Konten dari Pengguna
23 Mei 2020 12:40 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Erni Juliana Al Hasanah N tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lebaran bersama keluarga di rumah aja. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lebaran bersama keluarga di rumah aja. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita patut bersyukur kepada Sang Pencipta atas karunia napas yang masih tersambung, atas nikmat sehat yang sangat mahal dan berharga hingga kita sampai di penghujung Ramadhan 1441H. Semoga kita berjumpa lagi dengan Ramadhan berikutnya.
ADVERTISEMENT
Tahun ini kita melewati Ramadhan yang tidak biasa. Ramadhan di tengah pandemi Covid-19 dengan segala pernik-perniknya. Selain menahan lapar dan haus serta hal-hal lain yang bisa membatalkan puasa, kita juga harus menahan nafsu yang (tidak) biasa, yakni tidak keluar rumah bila tidak ada kebutuhan yang sangat mendesak.
Karena Covid-19 kita dipaksa untuk tetap bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah di rumah. Padahal biasanya ibadah-ibadah Ramadhan seperti tarawih, tadarusan, pengajian, dan itikaf, dilakukan bersama-sama di masjid atau musala. Untuk tahun ini, ibadah pun harus kita kendalikan agar tetap bisa dilakukan di rumah.
Buka puasa bersama yang biasanya minimal seminggu dua kali, untuk Ramadhan kali ini sama sekali tidak bisa kita lakukan kecuali bersama keluarga kecil di rumah masing-masing. Berderma dari rumah secara digital, bersilaturahmi dari rumah via online, rapat dan pertemuan-pertemuan lainnya juga dilakukan dari rumah.
ADVERTISEMENT
Jika pada Ramadhan-Ramadhan sebelumnya kita banyak kelelahan akibat didera kemacetan sampai berbuka di mobil/jalanan. Atau sibuk memikirkan acara seremonial Ramadhan dan Idul Fitri hingga hanya sedikit waktu untuk ibadah. Pada Ramadhan yang tak biasa ini kita bisa berkonsentrasi untuk ibadah bahkan rasanya Ramadhan ini terasa begitu pendek.
Ramadhan kali ini benar-benar menggugah kesadaran. Wabah Covid-19 berhasil membuka mata betapa dekat jarak antara kita dan kematian. Virus ini bisa menyerang siapa saja tanpa memandang tahta, harta, dan status sosial lainnya. Dan bila kita kalah kemudian meninggal dunia maka protokol penguburan jenazah yang “menyeramkan” itu diberlakukan pada siapa saja yang diduga kena Covid-19.
Saya merasakan itu pada saat Abdul Qodir Zaelani, adik saya, berpulang diduga karena Covid-19 meskipun hasil swab test-nya belum keluar. Benar-benar menyadarkan bahwa kita ini bukan siap-siapa. Hanya butiran debu yang jika sudah terbang tidak ada yang mampu menolong kecuali ilmu yang bermanfaat, amal jariah, dan anak sholeh yang rajin berdoa untuk kita.
ADVERTISEMENT
Ramadhan kali ini benar-benar sangat nikmat jika kita jalani dengan khusu, ikhlas, tanpa perlu memikiran “apa kata orang”. Bukankah apa yang kita pakai selama ini, apa yang kita kendarai, dan apa yang melekat di tubuh tanpa kita sadari sebenarnya untuk menarik perhatian orang lain? Kita sering terjebak pada keinginan untuk eksis, selfi setiap saat, menampilkan bukan keadaan yang sebenarnya di medsos dan lain sebagainya.
Bersosialisasi memang kebutuhan manusia sebagai mahluk sosial, tapi tentu saja bersosialisasi yang dapat menambah nilai kita agar menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain. Bukan hal yang sederhana untuk bisa meninggalkan itu semua. Tapi di Ramadhan ini kita bisa melakukannya dengan mudahnya. Hanya butuh niat yang kuat dan kesadaran penuh untuk tidak pamer, mencari pujian orang lain. Juga untuk menghindari ghibah, bergunjing, dan berprasangka negatif pada orang lain.
ADVERTISEMENT
Ramadhan kali ini menjadi ladang Ilmu pengetahuan. Cukup dengan webinar mampu mengalahkan kelas konvensional yang bonafid sekalipun. Banyak forum diskusi, seminar, talkshow online yang sangat bermutu dan dapat meningkatkan pengetahuan. Segala jenis kelas ilmu bertebaran di dunia maya dengan narasumber yang berkualitas, dari pembicara internasional, nara sumber darling, selebriti, para akademisi, ulama, praktisi, professional bisa kita ikuti tanpa dipungut biaya, sangat simpel, efisien, efektif, dan tentu saja sangat bermanfaat. Tema-temanya pun beragam mulai dari agama, ekonomi, sosial, bahkan sampai hal yang terkait hobi dan hiburan. Luar biasa!
Tapi, Ramadhan kali juga cukup mengkhawatirkan karena selalu dalam bayang-bayang penularan Covid-19. Di minggu terakhir Ramadhan, kekhawatiran semakin meninggi karena masih dalam suasana PSBB dan wabah corona yang belum mereda, masyarakat sudah berkumpul kembali seperti biasa di pasar, mal, bandara, pelabuhan, jalanan dan tempat publik lainnya tanpa mengindahkan protokol kesehatan, tidak menjaga jarak, tidak memakai masker, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Tentu ini sangat mengkhawatirkan, menimbulkan rasa jengkel dan kesal, karena seolah-olah hanya pergi ke masjid yang dilarang, sementara ke pasar, mal, dan lain-lain dibebaskan. Saya khawatir apa yang sudah kita lakukan menahan diri di rumah selama dua bulan ini menjadi sia-sia karena ulah masyarakat juga yang kurang disiplin dan berbuat semaunya.
Alhamdulillah, akhirnya sampailah kita pada hari kemenangan. Hari yang dirindukan setiap Muslim, yakni Idul Fitri dengan hikmah yang luar biasa. Takbir cukup dilakukan di rumah. Demikian juga dengan salat Idul Fitri.
Terima kasih ya Allah, Kau kirimkan mahluk bernama Covid-19 yang telah memberi pelajaran sangat berharga. Menjadikan hari kemenangan yang benar-benar dirindukan. Ini akan menjadi pengalaman tak terlupakan. Kita berharap, Ramadhan tahun depan suasananya akan kembali berjalan normal dengan kualitas ibadah yang lebih baik.
ADVERTISEMENT