Literasi sebagai Generator Generasi Emas Indonesia

Endang Suprapti
Dosen Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surabaya
Konten dari Pengguna
19 Maret 2023 5:26 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Endang Suprapti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi membaca buku. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi membaca buku. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Jangan pernah membaca karena ingin dianggap pintar. Bacalah karena kamu mau membaca dan dengan sendirinya kamu akan jadi pintar." (Ziggy Z).
ADVERTISEMENT
Kalimat sederhana di atas mengandung makna yang luar biasa dan pesan berat bagi kalangan pendidik bagaimana berjuang dalam menghasilkan lulusan yang pandai. Pandai dalam hal ini tidak hanya dalam hal kognitif saja tetapi bagaimana membangun generasi yang memiliki karakter, melek terhadap perkembangan dalam berbagai bidang.
Melek yang dimaksud di sini adalah bagaimana seseorang memiliki kemampuan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan proses membaca dan menulis yang hal ini sering disebut dengan literasi.
Menurut Elizabeth Sulzby (1986), literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis” dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Jika didefinisikan secara singkat, definisi literasi yaitu kemampuan menulis dan membaca.
Siswa Kelas III MI Muhammadiyah 04 Blimbing Paciran Lamongan terlihat antusias saat menempelkan hasil pendapatnyadi banner yang berbentuk pohon literasi, Foto: doc MI Muhammadiyah 04 Blimbing Paciran Lamongan

Kebijakan dalam Mendukung Kebajikan

Ilustrasi buku. Foto: Shutter Stock
Seiring berjalannya perkembangan waktu, pemerintah menetapkan Permendikbudristek No 17 Tahun 2021 tentang Asesmen Nasional (AN) dengan tujuan mengukur hasil belajar kognitif dan nonkognitif, hasil belajar kognitif yang dimaksud literasi membaca dan numerasi melalui asesmen kompetensi minimum (AKM). Melalui AKM tentunya peserta didik dituntut untuk mampu melakukan pemecahan masalah yang berkaitan literasi dna numerasi.
ADVERTISEMENT
Kebijakan tersebut mengacu pada pendapat UNESCO (2020) menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% atau dari 1000 orang hanya 1 saja yang rajin membaca. Hal ini merupakan fakta yang sangat menyedihkan bagi bangsa kita yang memilki cita-cita mempersiapkan generasi emas pada tahun 2045.
Fakta ini juga ditunjukkan dari hasil survey Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2018, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. PISA ini merupakan survey yang dilaksanakan dalam waktu 3 tahunan oleh Organization for Echonomic Co-operation and Development (OESD) yang mengukur kemampuan membaca, matematika dalam sains pada anak usia 15 tahun.
Tahun 2019, The Literacy and Numeracy Secretariat menyatakan bahwa literasi pada akhirnya akan mampu membentuk masyarakat yang kritis dan dapat membantu mempersiapkan seseorang hidup dalam masyarakat berpengetahuan. Melalui kemampuan literasi yang baik akan membuat seseorang untuk terampil dalam pemecahan masalah.
ADVERTISEMENT
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah dijelaskan dalam National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu tujuan utama dalam pembelajaran matematika (NCTM, 2000).
Partnership for 21st Century Skills dijelaskan bahwa kemampuan abad 21 mencakup (a) critical thinking and problem solving atau berpikir kritis dan memecahkan masalah, (b) communication and collaboration atau berkomunikasi dan berkolaborasi, (c) creativity and innovation atau kreativitas dan inovasi (NCTM, 2000).
Dalam mendukung kebijakan dan permasalah-permasalah tersebut tentunya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) tidak hanya sekedar berguman dalam sebuah kebijakan saja akan tetapi bagaimana berusaha untuk memfasilitasi untuk dapat meningkatkan kemampuan literasi generasi bangsa.
Mendikbudristek Nadiem Makarim saat kunjungan kerja di Tomohon, Sulut, Jumat (6/1). Foto: Kemendikbudristek
Kemdikbudristek, Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan terobosan Merdeka Belajar Episode ke-232 diluncurkan untuk menjawab permasalahan tentang rendahnya kemampuan literasi anak-anak Indonesia sejak dini. Jakarta (27/2) Nadiem menyampaikan “Penyebab rendahnya kebiasaan membaca adalah masih kurang atau belum tersedianya buku bacaan yang menarik minat peserta didik”.
ADVERTISEMENT
Nadiem menuturkan “ Tahun 2022, Kemendikbudristek menyediakan lebih dari 15 juta eksemplar buku bacaan bermutu disertai pelatihan dan pendampingan untuk lebih dari 20 ribu PAUD dan SD yang paling membutuhkan di Indonesia.
Program pengiriman buku dengan jumlah buku dan jumlah penerima yang terbesar sepanjang sejarah Kemendikbudristek. Dan yang paling penting adalah bagaimana kami saat ini menyediakan pelatihan dan pendampingan untuk membantu sekolah memanfaatkan buku-buku yang diterima”.

Pembiasaan-pembiasaan Kecil sebagai Penumbuh Kemampuan Literasi

Ilustrasi anak baca buku Foto: Shutter Stock
Selain Kemdikbudristek menyediakan buku-buku yang diberikan kepada Sekolah-sekolah yang berada di level satu dan di daerah terluar, tertinggal, dan terdepan (3T) ini membutuhkan intervensi khusus, sehingga kami menjadikannya sebagai satuan pendidikan penerima buku bacaan bermutu.
Peningkatan kompetensi literasi perlu difasilitasi dengan berbagai program pelatihan dan pendampingan agar buku yang sudah dikirimkan dapat dimanfaatkan secara tepat. Menurut Mendikbudristek pendekatan ini merupakan cara yang tepat dalam meningkat kemampuan kompetensi literasi peserta didik, dan hal ini sudah terbukti dengan ditunjukannya peningkatan 8% kemampuan membaca dan 9% kemampuan mendengar.
ADVERTISEMENT
Dukungan pemerintah ini niscaya akan berhasil apabila tanpa kesadaran masyarakat dalam meningkat kompentensi literasi. Kemampuan literasi dapat berkembang dan meningkat dengan cara mengasah dan terus berlatih menggunakan kemampuan berpikir.
Berikut adalah beberapa contoh kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan literasi: membiasakan diri membaca buku selain buku pelajaran, seperti novel, pengetahuan umum, bahkan artikel-artikel yang memberikan pengetahuan positif yang dapat mudah kita akses melalui internet, menyimak video-video yang memberikan informasi bermanfaat dan menuliskan resume dalam memperluas wawasan yang tentunya juga mudah di akses melalui chanel youtube, membuat catatan-catatan kecil atau sticky notes yang berisi kata-kata motivasi yang bisa di upload di sosial media, membuat jadawal rutin kunjungan ke perpustakaan dalam membaca buku dan yang terakhir bisa membiasakan membuat majalah dinding di sekolah.
ADVERTISEMENT
Melalui berbagai permasalahan di atas sebagai seorang pendidik tentunya harus siap menumbukan budaya literasi dengan menjadikan diri sebagai individu yang well-literated. Ketika sudah mampu menumbuhkan budaya literasi dan memahami dengan baik apa itu literasi maka dapat meningkatkan kualitas pengetahuan diri kita.